BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa kematian ibu diperkirakan sebanyak 500.000 kematian setiap tahun diantaranya 99% terjadi di negara berkembang. Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Di Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih tinggi.
|
Publish Post
Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Mother Hood” yaitu; 1) Keluarga berencana, 2) Pelayanan antenatal care, 3) Persalinan yang aman, 4) Pelayanan obstetric essensial. Pilar yang kedua yaitu pelayanan antenatal care yang bertujuan utamanya mencegah komplikasi obstetri dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai (Saifuddin, 2002).
Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya pencegahan awal dari faktor resiko kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Antenatal care untuk mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut dapat segera diketahui, dan diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan antenatal care (Winkjosastro, 2006).
Apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang resiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut. Dan ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal untuk memeriksakan kehamilannya, sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan. Hal ini juga dimaksudkan untuk dapat membantu menurunkan angka kematian ibu yang cukup tinggi di Indonesia dan diharapkan pada tahun 2010 angka kematian ibu bisa menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup (www.depkes.go.id).
Hasil Survei Demografi Indonesia (SDKI) pada tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307/100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2004). Sedangkan menurut Wakil Gubernur Jabar H. Dede Yusuf dalam http://bataviase.co.id menyatakan bahwa Kematian Ibu di Jawa Barat pada tahun 2009 mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup dan termasuk dalam kategori tinggi. Kabupaten Indramayu jumlah kematian ibu pada tahun 2010 sebanyak 56 kasus (Dinkes Indramayu, 2010).
Berdasarkan data KIA Puskesmas Kedokanbunder Tahun 2010 cakupan K1 yang tercapai 97% sedangkan target K1 95%. Cakupan K4 80,9% sedangkan terget pencapaian K4 90%. Data tersebut mencerminkan bahwa kunjungan ibu hamil Trimester III belum mencapai target pencapaian. Selain itu informasi yang diperoleh dari Bidan desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu jumlah ibu hamil Trimester III yang ada sebanyak 46 orang sedangkan yang aktif berkunjung sebanyak 36 orang atau dengan kata lain baru 78% ibu hamil Trimester III yang aktif memeriksakan kehamilanya.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa di desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder masih ada ibu hamil yang tidak aktif dalam kunjungan antenatal care yaitu sebesar 22%, berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pengetahuan ibu hamil Trimester III tentang antenatal care di desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan infornasi diatas, maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokan Bunder Kabupaten Indramayu Tahun 2011?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang pengertian antenatal care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011.
b. Mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang tujuan pemeriksaan antenatal care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011.
c. Mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang pentingnya pemeriksaan antenatal care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011.
d. Mengetahui gambaran pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang kunjungan minimal antenatal care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada gambaran pengetahuan Ibu Hamil Trimester III Tentang Antenatal Care di Desa Kaplongan Kecamatan Kedokanbunder Kabupaten Indramayu tahun 2011 dari pengetahuan, kegiatan antenatal care dan manfaat antenatal care. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April 2011 di dengan populasi 36 orang ibu hamil Trimester III dimana penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif.
E. Manfaat Penelitian Teoritis dan Praktis
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Menjadi masukan informasi tentang gambaran pengetahuan ibu hamil terhadap pelayanan antenatal care sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan antenatal care.
2. Bagi Pendidikan
Dapat menambah bahan pustaka di instansi pendidikan sehingga memberi berbagai sumber informasi tentang pengetahuan ibu hamil tentang antenatal care
3. Bagi Responden
Dapat mengetahui manfaat pelayanan antenatal care sehingga dapat lebih awal mengenali, melakukan tindakan pencegahan yang berkaitan dengan kehamilannya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan dibedakan menjadi beberapa tingkatan, yaitu :
a. Tahu, diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
b. Memahami, diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.
c.
Aplikasi, diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi atau kondisi sebenarnya.
|
d. Analisa, diartiakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen. Kemampuan analisa ini penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan atau membuat bagan.
e. Sintetis adalah suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian- bagian ke dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi – formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriterian yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
3. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2005) pengukuran pengetahuan seseorang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan pertanyaan baik lisan maupun tulisan. Adapun pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengatahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu :
a. Pertanyaan subjektif, misalnya pertanyaan essay
b. Pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), benar salah dan pertanyaan menjodohkan.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek peneliti atau responden. Penilaian kuesioner tersebut berdasarkan kriteria:
a. Baik : dengan skor 76 % - 100 %
b. Cukup : dengan skor 56 % - 75 %
c. Kurang : dengan skor 0 % - 55 %
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Pedidikan
Pendidikan adalah upaya memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan sangat berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi.
b. Pekerjaan
Pekerjaan mempengaruhi tingkat pengetahuan. Pekerjaan yang memungkinkan seseorang mempunyai waktu luang lebih banyak dan digunakan mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di lingkungan sekitar atau pendidikan non formal akan dapat meningkatkan pengetahuan.
c. Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi adalah kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sosial ekonomi mempengaruhi tingkat pengetahuan dan perilaku seseorang di bidang kesehatan sehubungan dengan kesempatan untuk memperoleh informasi karena adanya fasilitas atau media informasi.
d. Pengalaman
Pengalaman yang berulang menyebabkan pengetahuan lebih meningkat (Notoatmodjo, 2005 : 124).
5. Cara memperoleh kebenaran ilmu
No comments:
Post a Comment