BAB I
BERBAGAI PANDANGAN TENTANG KURIKULUM
1.1 Aneka Ragam Pengertian Kurikulum
Pengertian kurikulum pada hakikatnya adalah satu rencana yang menjadi panduan dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Sebelum abad kedua puluh, istilah kurikulum belum banyak digunakan dalam konteks pendidikan. Para ahli mencatat, bahwa konsep-konsep tentang kurikulum mulai berkembang sejak di publiksaikannya buku the curriculum yang ditulis oleh Frankin Bobbit pada tahun 1918 (Saylor, Alexander, and Lewis, 1981).
Munculnya berbagai pandangan dan konsep tentang kurikulum ini membawa dampak terhadap munculnya berbagai rumusan pengertian dari istilah kurikulum. Dari berbagai macam rumusan pengertian ini, sebenarnya ada unsur-unsur kesamaan dan perbedaan, sehingga dapat dibuat kategorisasi. Saylor, Alexander, and Lewis (1981), membuat kategori rumusan pengertian kurikulum yaitu :
· Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran.
· Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar.
· Kurikulum sebagai rencana tentang tujuan pendidikan yang hendak di capai.
· Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar.
Kategori pengertian kurikulum adalah
· Kurikulum sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran
· Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
· Kurikulum sebagai rencana belajar.
1.1.1 Kurikulum Sebagai Pengalaman Belajar
Kategori pengertian kurikulum yang kedua adalah kurikulum dianggap sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah.
Tampaknya pandanan di atas dipengaruhi oleh pandangan yang muncul sebelumnya, seperti Stratemeyer, Forkner, and McKim (1974).
Ketiga tokoh di atas mengartikan kurikulum dalam tiga cara, yaitu :
1.1.1.1 Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelas.
1.1.1.2 Seluruh pengalaman belajar, baik yang dipeoleh dala kelas, maupun diperoleh dari luar kelas yang disponsori oleh sekolah.
1.1.1.3 Seluruh pengalaman hidup ssiswa.
1.1.2 Kurikulum Sebagai Rencana Belajar
Pengertian kurikulum yang termasuk kategori ini ialah rencana belajar, yakni apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk dipelajari oleh siswa selama mengikuti pendidikan di suatu sekolah.
Rencana belajar mencakup tujuan, materi organisasi kegiatan, dan penilaian keberhasilan belajar.
1.2 Konsep-konsep Kurikulum
Menurut Hilda Taba (Fungsi Pendidikan di Sekolah dapat dikategorikan ke dalam tiga jenis, yaitu :
· Sebagai pemelihara dan pentransmisi budaya
· Sebagai pentransformasi budaya, dan
· Sebagai pengambang pribadi anak (Taba, 1962)
McNeil (1981), mengategorikan konsep-konsep kurikulum ini ke dalam empat macam, yaitu :
· Konsep Kurikulum Humanistis
· Konsep Kurikulum Tekhnologis
· Konsep Kurikulum Rekonstruksi
· Konsep Kurikulum Akademis
1.2.1 Kurikulum Humanistis
Konsep kurikulum humanistis memandang kurikulum sebagai untuk mengembangkan diri setiap individu, siswa.
1.2.2 Kurikulum sebagai Rekonstruksi Sosial
Konsep kurikulum ini melakukan pentingnya kurikulum sebagai alat untuk melakukan rekonstruksi atau penyusunan kembali corak kehidupan dan kebudayaan masyarakat.
Dampak dari penerapan konsep kurikulum sebagai rekonstruksi sosial adalah :
1.2.2.1. Untuk kepentingan penyusunan kurikulum perlu dilakukan analisis kebutuhan.
1.2.2.2. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang dapat dikenali dilakukan penentuan prioritas.
1.2.2.3. Proses pendidikan di sekolah menekankan pada kegiatan pemecahan masalah, dan
1.2.2.4. Masyarakat dijadikan sebagai sumber belajar.
1.2.3 Kurikulum sebagai Teknologi
Istilah teknologi yang dimaksudkan di sini adalah suatu pendekatan sistem dalam memcahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Konsep kurikulum akademis melahirkan bentuk-bentuk kurikulum yang berorientasi pada mata pelajaran.
1.3 Keterkaitan Antara Kurikulum dan Pengajaran
Kurikulum mempunyai kaitan erat dengan pengajaran, karena :
1.3.1 Pengajaran merupakan bagian intergal dari kurikulum
1.3.2 Pengajaran merupakan pelaksanaan kurikulum, dan
1.3.3 Kurikulum tidak akan terwujud, sedangkan pengajaran tanpa kurikulum dapat menjadi kegiatan yang tidak terencana.
BAB II
LANDASAN-LANDASAN DALAM
PEGEMBANGAN KURIKULUM
2.1 Kepentingan Pengembangan Kurikulum
Di antara fakor yang dianggap penting dalam perwujudan ide-ide yang tertuang dalam kurikulum resmi adalah kemampuan pelaksana kurikilum dalam mengmbangkan kurikulum, untuk dijadikan pegangan dalam mengimplementsikan kurikulum itu.
v Guru Secara langsung melaksanakan kurikulum di kelas.
v Guru bertugas menjabarkan kurikulum resmi dalam bentuk operasional, sehingga dapat dilaksnakan dalam pengajaran
v Guru adlah orang yang secara langsung menghadapi masalah-masalah yang muncul sehubungandengan pelaksanaan kurikulum
v Guru pulalah yang mencarikan upaya memecahkan permasalahan yang dihadapi itu.
2.1.1 Tuntunan Utama Bagi Guru Profesional
Apa yang dimaksud dengan kompetensi dapat dilihat dari petunjuk atau indikator sebagai berikut :
2.1.1.1 Kompetensi ditunjang oleh latar belakang pengetahuan.
2.1.1.2 Kompetensi dapat dikenali dari adanya penampilan dalam melakukan pekerjaan itu sesuai dengan tuntunan
2.1.1.3 Dalam melakukan kegiatan itu digunakan prosedur dan teknik yang jelas dan nalar.
2.1.1.4 Dapat dikenalinya hasil pekerjaan yang dicapai.
2.2 Lanadasan Konseptual Dalam Pengembangan Kurikulum.
Pengembangan kurikulum di sekolah dapat dipandang sebagai suatu model perencanaan kurikulum mikro. Pengalaman belajar yang diperoleh, meskipunn tidak tercantum dalam perencanaan secara tertulis.
2.3 Acuan dan Asas-asas Pengembangan Kurikulum.
Pemilihan acuan dalam asas-asas itu dapat dilakukan dengan menggunakan tolak ukur sebagai berikut :
v Arah kurikulum menngacu kepada esuatu yang diyakini sebagai kebenaran atau kebaikan oleh masyarakat.
v Pengalaman belajara yang diharapkan dapat diperoleh siswa melalui pendidikan disesuaikan dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat.
v Materi yang menjadi isi kurikulum disesuaikan dengan perkembangan dalam ilmu dan teknologi
v Proses belajar mengajar berpedoman pada teori-teori psikologi baik psikologi belajar maupun psikologi perkembangan.
Disamping nilai yang berlatar belakang agama atau adat istiadat, konsep individu dengan pendidikan itu sendiri membawa pengaruh terhadap arah pendidikan.
Fungsi pendidikan disekolah dapat dikelompokan ke dalam tiga macam, yaitu :
v Pendidikan di sekolah berfungsi memlihara dan menyampaikan warisan budaya kepada anak didik.
v Pendidikan di sekolah berfungsi mentransformasi budaya.
v Pendidikan di sekolah berfungsi mengembangkan pribadi individu. (Taba, 1962).
2.3.1 Asas Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah produk dari kebudayaan manusia yang terkait dengan ilmu dan teknologi pada saat ini telah mencapai tingakat yang sangat tinggi.
2.3.2 Asas Psikologi
Psikologis berkenan dengan kajian tentang tingkah laku. Sekalian dengan ciri psikis yang berpengaruh dalam belajar, keunikan individu ditandai oleh perbedaan-perbedaan dalam :
2.3.2.1 Kemampuan potensial
2.3.2.2 Kesiapan dalam belajar
2.3.2.3 Motivasi belajar
Jean Piaget, salah seorang ahli psikologi bangsa Swis adalah salah seorang tokoh yang mengemukakan tentang teori perkembangan kecerdasan. Piaget merumuskan tahapan perkembangan kecerdasan manusia sebagai berikut :
v Tahap sensorimotor
v Tahap pre operasional atau pre konseptual
v Tahap operasi kongkret
v Tahap operasi formal
BAB III
PROSEDUR PENGEMBANGAN KURIKULUM
3.1 Rancang Bangun Kurikulum
Rancang-bangun itu dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Gambar : Rancang bangun kurikulum
Rancang bangun kurikulum diatas menggmbarkan kepada kita tentang komponen-komponen kurikulum dalam suatu suatu susunan timbal balik.
3.2 Komponen-Komponen Kurikulum
Kajian komponen-komponen kurikulum ini meliputi komponen tujuan, komponen isi atau materi, komponen metode atau organisasi, dan komponen evaluasi.
3.2.1 Komponen Tujuan
Tujuan kurikulum adalah arah atau sasaran yang hendak dituju oleh proes penyelenggaraan pendidikan.
3.2.2 Isi Kurikulum
Isi kurikulum adalah semacam panduan bagi guru dan siswa dalam meyelenggarakan proyek-proyek kegiatan yang berorienatsi pada pemahaman dan pemecahan masalah-masalah kehidupan dan masalah sosial itu. Keberdaan isi kurikulum adalah rumusan tentang bahan-bahan pelajaran yang diambil dari berbagai disiplin ilmu.
3.2.3 Organisasi dan Metode
John Dewey (1986) dalam laboratory school atau sekolah laboratorium, Ellsworth Collings (1904) dalam project Curriculum atau kurikulum proyek, yang menerapkan metode proyek yang dikembangkan oleh Killpatrick (1918), merupakan contoh-contoh dari kurikulum kegiatan.
3.2.4 Evaluasi Kurikulum
Sehubungan dengan rancang bangun kurikulum ini, evaluasi dilakukan untuk mencapai dua sasaran utama, yaitu :
3.2.4.1 Evaluasi tehadap hasil atau produk kurikulum.
3.2.4.2 Evalusi terhadap proses kurikulum.
Untuk dapat melakukan evaluasi kurikulum lebih baik, harus dipegang prinsip-prinsip dalam melakukan evaluasi. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut :
v Evaluasi mengacu kepada tujuan, fungsi utama evaluasi adalah keberhasilan pencapaian tujuan.
v Evaluasi dilaskukan secara menyeluruh
v Evalusi harus obyektif
3.2.5 Pengertian Sistem
Suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait satu sam lain untuk mencapai tujuan tertentu.
3.2.6 Rancang Bangun Sistem dalam Pengembangan Kurikulum
Rancang bagun sitem merupakan suatu rancangan atau pola umum dalam mengembangkan suatu sistem.
3.3 Langkah-Langkah Pengembangan Kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-langkah :
3.3.1 Perumusan Tujuan
3.3.2 Menentukan Isi
3.3.3 Memilih Kegiatan
3.3.4 Merumuskan Evolusi
Rancang bangun kurikulum adalah pola umum memetakan komponen-komponen kurikulum berdasarkan pola pikir penyusunnya
BAB IV
PENGEMBANGAN TUJUAN KURIKULUM
Tujuan kurikulum dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :
v Tujuan jangka panjang (Long term objectives aims).
v Tujuan antara – perantara (Intermediate objectives-goals)
v Tujuan segera (Immediate objectivies-specific objectivies)
4.1 Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam kurikulum resmi (Departemen Pendidikan dan kebudayaan, 1979) ialah :
Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia pembangunan yang ber-pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan pnuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang dasar 1945.
4.2 Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan sekolah sering disebut dengan tujuan lembaga atau tujuan institusional. Sedangkan tujuan kurikulum disebut juga dengan tujuan pelajaran atau tujuan bidang studi.
Urutan kemampuan itu (mulai dari yang terendah) adalah
4.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan berhubungan dengan kemampuan mengingat kepada bahan yang sudah dipelajari sebelumnya.
4.2.2 Pemahaman
Kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau merangkum suatu pengertian.
4.2.3 Penerapan
Kemampuan menggunakan atau menafirkan suatu bahan kongkret, seperti menerapkan suatu dalil, metode, konsep, prinsip atau teori.
4.2.4 Analisis
Analisis adalah kemampuan menguraikan atau menjabarkan sesuatu ke dalam komponen-komponen atau bagian, sehingga susunannya dapat dimengerti. Kemampuan ini dapat dimengerti, kemampuan ini meliputi mengenal bagian-bagian, hubungan antar bagian serta prinsip yang digunakan dalam organisasi bagian.
4.2.5 Sintesis
Kemampuan sintesis menunjukan kepada menghimpun bagian ke dalam suatu keseluruhan. Seperti merumuskan tema suatu rencana, atau melihat hubungan abstrak dari berbagai informasi atau fakta. Kemampuan membuat penilaian terhadap sesuatu berdasrkan pada maksud atau kriteria tertentu.
Tingkatan afeksi ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks. Urutan tingkatan itu dari yang paling sederhana adalah :
4.2.5.1 Kemauan menerima
4.2.5.2 Kemauan menanggapi
4.2.5.3 Berkeyakinan
4.2.5.4 Penerapan karya
4.2.5.5 Ketekunan dan ketelitian
4.3 Sumber-sumber Perumusan Tujuan
Ralph W. Tyler (1970) mengemukakan saran-saran dalam penggunaan sumber perumusan tujuan kurikulum, yaitu :
4.3.1 Kebutuhan siswa baik yang bersifat individual maupun sosial.
4.3.2 Tuntunan kehidupan yang bersifat kontemporer
4.3.3 Saran berbagai ahli dari berbagai cabang ilmu pengetahuan.
4.4 Pengembangan dan Perumusan Tujuan Kurikulum
Hilda Taba mengemukakan tentang tolak ukur rumusan tujuan sebagai berikut :
4.4.1 Pernyataan tujuan harus menggambarkan jenis tingkah laku yang diharapkan serta isi atau konteks penerapanya.
4.4.2 Rumusan tujuan yang kompleks perlu dijabarkan sehi8ngga tidak mengaburkan jenis perilaku yang diharapkan.
4.4.3 Rumusan tujuan harus jelas menggambarkan bentuk perilaku mana dari berbagai pengalaman belajar yang beraneka ragam itu hendak di capai.
4.4.4 Rumusan tujuan harus menggambarkan bentuk-bentuk perilaku yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam konteks yang berbeda-beda.
4.4.5 Tujuan harus bersifat realistis sehingga dapat diwujudkan dalam kurikulum maupun dalam bentuk pengalaman belajar di kelas.
4.4.6 Ruang lingkup tujuan harus luas sehingga dapat menembus berbagai bentuk hasil tanggung jawab sekolah.
BAB V
PENGEMBANGAN ISI DAN
ORGANISASI KURIKULUM
5.1 Kriteria Memilih Isi Kurikulum
Kriteria dapat digunakan dalam menentukan isi kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh Hilda taba (1962) adalah :
5.1.1 Isi kurikulum harus valid (sahih) dan signifikan (terpercaya).
5.1.2 Isi kurikulum harus berpegang kepada kenyataan-kenyataan sosial.
5.1.3 Kedalaman dan keluasan isi kurikulum harus seimbang.
5.1.4 Isi kurikulum menjangkau tujuan yang luas, meliputi pengetahuan keterampilan dan sikap.
5.1.5 Isi kurikulum harus dapat dipelajari dan disesuaikan dengan pengalaman siswa
5.1.6 Isi kurikulum harus dapat memenuhi kebutuhan dan menarik minat siswa.
Langkah langkah penentuan topik sebagai isi kurikulum adalah :
v Analisis hakikat dan sisi tujuan pengajaran.
v Identifikasi alternatif-alternatif topik yang menurut perkiraan mampu dijadikan bahan pelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.
v Memilih satu cara bebrapa alternatif topik untuk dijadikan bahan pelajaran dengan persyaratan :
- Relevan
- Fungsional-efektif
- Komprehensif
- Luas dan dalamnya diukur dari waktu yang diperlukan untuk mempelajari topik secara efektif dan efesien bagi pencapaian tujuan.
5.2 Kriteria Pola Organisasi Kurikulum yang Efektif
Kriteria yang merumuskan organisasi kurikulum yang efektif menurut Tyler adalah :
5.2.1 Berkesinambungan (Continuity)
5.2.2 Berurutan (Sequence)
5.2.3 Keterpaduan (Intregation)
5.3 Kurikulum yang Berpusat pada Mata Pelajaran
Organisasi kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran berisi bahan pelajaran yang diambil dari mata pelajaran yang menjadi isi organisasi.
5.3.1 Kurikulum yang berisi mata-mata pelajaran yang terpisah-pisah (Separated Subject Curriculum).
5.3.2 Kurikulum yang berisi mata-mata pelajaran yang dihubung-hubungkan (Correlated Curriculum).
5.3.3 Kurikulum yang terdiri dari peleburan (fusi) mata-mata pelajran sejenis (Broad Field).
Broad field merupakan bentuk organisasi urikulum yang dibuat dengan melebur mata-mata pelajaran sejenis ke dalam satu bidang studi kita mengenal lima macam broad field dalam kurikulum yaitu :
5.3.3.1 Ilmu Pengetahuan Sosial (peleburan dari mata pelajaran ilmu bumi, sejarah, kewarganegaraan, ekonomi dan sejenisnya).
5.3.3.2 Bahasa (peleburan dari mata-mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis, mengarang, menyimak, pengetahuan bahasa).
5.3.3.3 Ilmu pengetahuan alam (peleburan dari ilmu alam, ilmu hayat, ilmu kimia, ilmu kesehatan.
5.3.3.4 Matematika (peleburan dari berhitung, aljabar, ilmu ukur sudut, bidang, dan ruang dan ststiska).
5.3.3.5 Kesenian (peleburan dari seni tari, seni suara, seni lukis, seni pahat dan seni drama).
BAB VI
EVALUASI KURIKULUM
Sasaran evaluasi secara garis besar dapat dilakukan kepada dua hal, yaitu :
v Evalusi terhadap secara garisbesar kurikulum
v Evalusi terhadap hasil kurikulum
6.1 Prinsip-prinsip Evaluasi Kurikulum
Dalam melakukan evaluasi kurikulum perlu dipegang prinsip-prinsip sebagai berikut :
6.1.1 Evaluasi mengacu kepada tujuan
6.1.2 Evaluasi bersifat komperhensif atau menyeluruh
6.1.3 Evaluasi dilaksanakan secara obyektif.
Agar data yang diperoleh itu bdapt dijadikan dasar feedback dalam kurikulum,maka alat yang digunakan dalam evalusi harus memenuhi kriteria :
v Alat evalusi harus sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai.
v Alat yang digunakan harus terpercaya (valid)
v Alat yang digunakan harus terandalkan (reliable)
v Alat evaluasi harus signifikan atau dapat dicapai bila alat yang digunakan bersifat baku (standardized).
6.2 Bentuk-bentuk Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum
Dilihat dari pelakanaan dan tujuanya, evaluasi kurikulum dapat dibedakan dalamdua macam yaitu :
6.2.1 Evaluasi Formatif
Yakni evaluasi yang dilaksanakan selma kurikulum itu digunakan dengan tujuan menjadi dasar dalam perbaikan.
6.2.2 Evaluasi Sumantif
Yakni evaluasi yang dilaksanakan di akhir pelaksanaan suatu kurikulum, seperti evaluasi kurikulum SD dilaksanakan setelah selesai (6 tahun) kurikulum itu dilaksanakan dengan tujan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kurikulum tersebut.
6.3 Teknik-teknik Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi kurikulum dapat menggunakan dua macam teknik, yaitu :
6.3.1 Teknik Bukan Tes
6.3.1.1 Wawancara atau Interview.
6.3.1.2 Angket
6.3.1.3 Pengamatan atau Observasi
6.3.1.4 Daftar Cek tau Check List
6.3.1.5 Skala Penilaian
6.3.2 Teknik Tes
Teknik tes biasanya digunakan untuk menilai hasil atau produk kurikulum, yang berupa hasil beljar siswa. Tees dapat dilkukan dengan tiga cara tes lisan, tes tulisan dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan secara verbal. Ini terutama bertujuan untuk menilai :
6.3.2.1 Kemampuan memecahkan masalah
6.3.2.2 Proses berpikir terutama melihat hubungan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
6.3.2.3 Menggunakan bahsa lisan
6.3.2.4 Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau jonsep yang dikemukakan.
TANGGAPAN
Dalam penyelenggaraan pendidikan di suatu sekolah harus berpedoman kepada kurikulum yang berlaku di sekolah itu dan untuk sekolah-sekolah yang ada di negara kita, digunakan suatu jenis kurikulum yang berlaku secara nasional.kurikulum disusun oleh pemerintah, dengan tujuan utama agar setiap warga negara, di mana pun ia bersekolah, mempunyai kesempatan memperoleh pengalaman belajar yang sejenis. Dan semoga perubahan kurikulum dari masa orde lama hingga pembentukan kurikulum baru akan menjadi lebih baik untuk kependidikan di Indonesia.
Evaluasi terhadap tujuan berkaitan dengan kelayakannya sebagai sasaran maupun arah yang hendak dituju dan dicapai. Karena tujuan mempunyai landasan, patut dipertanyakan, apakah dalam menentukan tujuan digunakan landasan yang kokoh. Tujuan itu juga merupakan harapan dan keinginan, patut pula dipertanyakan dalam hal ini apakah filosofi yang dijadikan landasan, apakah keinginan itu bersumber dari harapan masyarakat (restrictions) atau hanya merupakan harapan perancang saja. Hambatan apa yang diperkirakan muncul dalam mencapai tujuan itu. Masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang dapat kita ajukan dalam menilai suatu tujuan kurikulum.
KESIMPULAN
Setelah penyusun membaca dan mempelajari, maka penyusun menyimpulkan bahwa keberadaan kurikulum adalah rencana tentang pengalaman belajar yang diharapkan dapat diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah itu. Rencana itu ada kalanya hanya dirumuskan dalam bentuk berbagai mata pelajaran yang ditawarkan, rincian isi setiap mata pelajaran, tujuan yang hendak dicapai, atau dirumuskan secara lengkap berbagai segi yang berkaitan dengan pengalaman belajar yang akan diperoleh siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah.
Kurikulum mempunyai kaitan erat dengan pengajaran, karena :
1. Pengajaran merupakan bagian integral dari kurikulum
2. Pengajaran merupakan pelaksanaan kurikulum
3. Kurikulum tanpa pengajaran tidak akan terwujud, sedangkan pengajaran tanpa kurikulum dapat menjadi kegiatan yang tidak terencana.
Menilai kurikulum sebenarnya bukan hanya semata-mata dilakukan terhadap salah satu komponen saja. Melainkan terhadap seluruh komponen, baik tujuan, bahan, organisasi, metode, maupun proses evaluasi itu sendiri.
No comments:
Post a Comment