MAKALAH PENGARUH SOSIAL EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD
Seperti biasanya di dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar mengajar merupkan kegiatan paling cocok dilakukan oleh siswa. Hal ini berarrti bahwa berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik.
Dalam kegiatan sehari hari di sekolah sering di hadapkan pada kenyataan bahwa walaupun siswa diberi pelajaran ioleh guru dengan bahan pelajaran, waktu, tempat dan metode pembelajaran yamng sama namun hasil yang diperoleh berbeda-beda.
Hal itu disebabkan karena banyak siswa yang mengalami hambatan-hamabatan dalam belajar, baik dari dalam individu maupun dari luar individu, salah satu faktor yang berasal dari luar individu adalah lingkungan keluarga. Seperti yang dikemukakan oleh Mohamad Surya (1973:18) bahwa ”berhasil tidaknya suatu pembuatan ata proses belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kematangan dan lingkungan keluarga”.
Dengan hal tersebut, kehidupan keluarga dan pengaruh sosial Ekonomi perkembangan baik anak selanjutnya karena keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama yang mempunyai peranan penting dalam menentukan dan membina proses perkembangan anak. Oleh karena itu tidak menutup kemungkinan bahwa masalah yang dialami siswa di sekolah merupakan akibat atau lanjutan dari situasi lingkungan keluarga.
Berdasarkan penjelasan diatas disimpulkan bahwa pengaruh sosial Ekonomi mempunyai peranan penting dalam pencapaian prestasi belajar anak.
Hampir semua ahli mencoba dan merumuskan dan membuat tafsirannya. Belajar adalah modifikasi atau memerteguh kelakuan melalui pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Belajar merupakan suatu proses atau usaha perubahan tingkah laku seseorang yang dipengaruhi oleh dorongan yang timbul dari dalam dari individu. Doreongan tersebut timbul karena adanya kebutuhan yang menurut pemenuhan dan pemuasan. Untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan itu individu berinteraksi dengan linkungan untuk mencapai kebutuhan yang diharapkan. Dalam hal tersebut diatas M. Surya mengemukakan (1979:32) bahwa : "Belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”
C.T Morgan (Singgih, D. Gunarasa, 1986 : 2) mengartikan bahwa “belajar adalah sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku sebagai akibat (hasil) dari pengalaman yang lalu”. Selanjutnya Rocman N. (1976:9). Merumuskan belajar yaitu suatu proses perubahan itu dapat terjadi dalam bidang keterampilan, kebiasaan, sikap, pengrtian pengetahuan atau prestasi”.
Pengertian belajar yang dikemukakan oleh para ahli dirumuskan secara berbeda-beda akan tetapi pada dasarnya semua ahli itu mengartikan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku.
Proses belajar memang komplek, namun dengan mempelajari uraian terahulu juga dapat terperinci dalam bentuk-bentuk atau prinsip-prinsip belajar adalah suatu proses perubahan perilaku.
- Belajar adalah suatu proses berkembang, anak baru dapat mempelajari dan mencerna bila ia tentyang matang untuk meniru pelajaran itu. Manusia sebagai organisme yang berkembang kesediannya mempelajari sesuatu tidak hanya menimbah saja tetapi karena perkembangan anak, lingkungan dan pengalaman.
- Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Pengalaman adalah sutu interaksi anatara individu dengan lingkungannya.
- Belajar berlangsung terus menerus, anak memperoleh kemampuannya tidak hany sekolah akan tetapi di luar sekolah. Dalam pergaulan memperoleh penglama-pengalaman sendiri-sendiri karena itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat. Agar semuanya turut membantu perkembangan anak-anak secara harmonis.
Kehidupan manusia dapat berlangsung oleh hubungan-hubungan yang terus menerus yang timbal balik dengan lingkungan hidup. Dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan ini manusia sering dihadapkan pada masalah-masalah. Setiap individu pada umumnya memiliki masalah dan seolah-olah dilahirkan bersama-sama dengan permasalahannya. Demikian halnya siswa di sekolah merekapun memiliki masalah didalam hidupnya. Salah satunya adalah masalah belajar.
Prestasi belajar yang rendah meruakan petunjuk bahwa siswa yang bersangkutan memiliki masalah terutama kesulitan dalam belajarnya. Kesulitan yang dialami siswa dapat disebabkan oleh keadaan dari dalam diri siswa ataupun dari luar siswa. Moh. Surya (1973:10-11) menjelaskan bahwa “proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai pembawaan dan dari luar dipengaruhi oleh lingkungan”.
Salah satu faktor yang mempangaruhi disri siswa yaitu lingkungan. Dalam hal ini lingkungan keluarga. Winarno S (1972 : 56) mengemukakan bahwa selanjutnya, terutama sangat berpengaruh bagi perkembangan anak keluarga, huubungan antar keluarga, status sosial ekonomi keluarga, status anak dalam keluarga.
Lingkungan keluarga yang tidak membantu atau menunjang keberhasilan akan menimbulkan masalah bagi siswa diantaranya kesulitan di dalam perbuatan belajar di rumah, yang meliputi :
- Keadaan lingkungan di sekitar rumah
- Fasilitas belajar (tempat, waktu, dan perlengkapan)
- Hubungan antar anggota keluarga
- Keutuhan anggota keluarga
- Perhatian dan bimbingan orang tua atau anggota keluarga lainya.
Hal tersebut di atas yang dikemukakan nana S. (Soetrisno, 1983: 22) sebagai berikut :
Sebab-sebab pelajaran ditinjau dari segi orang tua yaitu masalah kurang perhatian dan bimbingan orang tuanya selama di rumah. Pengawasan yang ketat terhadap anak, masalah keamanan anak dalam situasi rumah akibat keutuhan keluarga, orang tua sudah tidak ada atau anak tidak terlibat dengan ibu atau bapak tirinya ternyata memberikan pengaruh yang tidak sedikit tentu saja faktor fasilitas belajar di rumah (waktu, tempat perlengkapan) cukup memberikan pengaruh terhadao hasil belajar siswa.
Disisi lain Erman Amti (193:72-74) memperjelas pendapat diatas bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan masalah kesulitan berasal dari dalam diri siswa dan lingkungan keluarga.
a. Keadaan ekonomi yang memadai
Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya mengandalkan keterangan-keterangan yan diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan jua alat-alat yang memadai seperti buku tulis, pensil, peta, pena dan terlebih dahulu lagi buku bacaan. Sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid-murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonoominya kurang memadai sudah barang tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua siswa, maka siswa yang bersangkutan akan menanggung resiko-resiko yang tidak diharapkan.
b. Anak kurang mendapat perhatian dan pengawasan dari orang tuanya
Pendidikan tidak hanya berlansung di sekolah tetapi juga di dalam keluarga. Sayangnya, masih ada orang tua yang beranggapan bahwa tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para orang tua seperti itu menganggap bahwa tugas mendidik hanyalah tugas sekolah saja. Para orang tua seperti itu menganggap bahwa tugas orang tua tidak lebih darisekedar mencukupi kebutuhan lahir anak: seperti makan, minum, apakaian dan alat-alat pelajaran, serta kebutuhan-kebutuhan lain yang bersifat kebendaan. Oleh sebab itu, para orang tua seperti ini selalu sibuk dengan pekerjaannya sejak pagi sampai sore, bahkan ada juga sampai malam untuk mendapatkan uang memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya belajar dan atau bermain.
c. Harapan orang tua terlalu tinggi
Disamping adanya orang tua yang kurang memperhatikan dan mengawasi anak-anaknya terdapat pula orang tua yang meiliki pengharapan yang sangat tinggi anak-anaknya. Mereka memaksa anak-anaknya untuk selalu rajin belajar dan memperoleh nilai tinggi tanpa mempertimbangkan apakah anak memiliki kemampuan yang cukup memadai untuk melakaksanakan kegiatan-kegiatan belajar memperoleh nilai tinggi. Bagi siswa-siswa yang ditakdirkan tidak memiliki kemampuan yang cukup tinggi dengan sendirinya akan merasakan tugas-tugas dan harapan-harapan itu sebagai satu siksaan, dan pada gilirannya dapat menimbulkan putus asa dan tak acuh lagi pada siswa itiu sendiri.
d. Orang tua pilih kasih terhadap anak
Keadaan anak dalam suatu keluarga selalu sama. Dengan kata lain, mereka dilahirkan dengan membawa kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada mereka yang dilahirkan dengan membawa potensi yang cukup tinggi, tetapu juga sebaliknya. Ada anak yang dilahirkan sesuai yang diharapkan, tetapi juga yang ada yang tidak demikian. Keadaan-keadaan ini rupanya tidak selalu diterima oleh sebagian orang tua sebagai suatu kenyataan. Ada orang tua yang menolak anak yang keadaanya tidak sesuai dengan yang mereka harapkan. Penolakan ini memang tidak dinyatakan terus terang, tetapi ditampilkan dalam bentuk-bentuk perlakuan-perlakuan tertentu. Misalnya dengan melebih-lebihkan atau menyanjung-nyanjung anak yang mereka anggap memenuhi harapan mereka, dan mengabaikan atau mencela anak yang tidak harapkan.
e. Hubungan keluarga yang tidak harmonis
Orang tua merupakan tumpuan harapan anak-anak. Mereka mengharapkan pendidikan, bimbingan, kasih sayang dari orang tua agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa. Harapan-harapan itu akan mungkin terwujud apabila dalam keluarga itu terdapat hubungan yanng harmonis antara yang satu dengan yang lain, yaitu antara ayah dan ibu, antara kedua orang tua dengan anak-anaknya, dan antara anak dengan sesamanya. Apabila di dalam suatu keluarga tidak terdapat hubungan yang harmonis; seperti ayah dan ibu selalu cekcok, jarang tinggal rumah, anak akan merasa tidak aman dan tidak dapat memutuskan perhatiannya dalam belajar. Hal ini karena proses belajar memang menuntut ketenangan dan ketentraman di rumah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas dengan demikian bahwa masalah yang dialami anak di rumah (lingkungan keluarga) memiliki pemgaruh terhadap prestasi belajarnya di sekolah.
a. Tingkat kecerdasan rendah
Tidak diragukan lagi bahwa taraf kecerdasan atau kemampuan dasar merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan belajar. Kemampuan yang tinggi pada seseorang anak memungkinkannya dapat menggunakan pikirannya untuk belajar dan memecahkan persoalan-persoalan baru secara tepat, cepat dan berhasil. Sebaliknya tingkat kemampuan yang rendah dapat mengakibatkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
b. Kesehatan sering terganggu
Belajar tidak hanya melibatkan pikiran tetapi juga jasmaniah. Badan yang sring sakit-sakitan, kurang vitamin, dan kurang gizi dapat membuat seseorang tidak berdaya, tidak bersemangat dan tidak memiliki kemampauan dalam belajar, apabila seseorang tidak bersemangat tidak memiliki kemampuan dalam belajar, maka besar kemungkinan orang yang bersangkutan tidak dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
c. Alat penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi dengan baik
Pengliehatan dan pendengaran merupakan alat indra yang terpenting untk belajar. Apabila mekanisme mata atau telinga kurang berfungsi, maka anggapan yang disampaikan dari dunia luar umpamannya dari guru, tidak mungkin diterima oleh orang yang bersangkutan. Oleh sebab itu, sidswa tidak dapat menerima dan memenuhi bahan-bahan pelajaran, baik yang disampaikan langsung oleh guru mapun melalui buku-buku bacaan.
d. Gangguan alat perseptual
Setelah sesuatu pesan diterima oleh mata dan telinga, langkah berikutnya dalam belajar dalam mengirimkan pesan itu ke otak, sehingga pesan itu dapat ditafsirkan. Langkah-langkah tersebut disebut persepsi. Apa yang sebenarnya yang terjadi dalam persepsi adalah proses pengelolahan tanggapan baru (yang diterima melalui indera) dengan pertolongan ini akan menghasilkan dan memberikan arti atau makna tertentu kepada tanggapan yang diterima. Tetapi, persepsi itu bisa juga salah, akalau ada gangguan-gangguan pada alat perseptual. Dalam hal ini anggapan yang diterima oleh alat indera tidak dapat diartikan sebagaimana mestinya.
e. Tidak menguasai cara-cara belajar yang baik
Kegagalan belajar tidak semata-mata disebabkan oleh tinkat kecerdasan rendah atau karena faktor-faktor kesehatan, tetapi juga disebabkan karena faktor-faktor kesehatan, tetapi juga disebabkan karena tidak menguasai cara-cara belajar yang baik. Ternyata terdapat huv\bungan yang berarti antara cara-cara belajar yang dicapai. Ini berarti bahwa siswa yang cara-cara belajarnya lebih baik cenderung memperoleh hasilyang lebih baik pula, dan demikian juga sebaliknya, untuk memungkinkan siswa dapat menerapkan cara-cara belajar yang baik, sejak dini siswa hendaknya diperkenalkan dan dibiasakan menerapkan cara-cara belajar yang baik dalam kehidupannya sehari-hari, baik di sekolah maupun dirumah.
Prestasi belajar merupakan kecakapan nyata siswa mencapai materi pelajaran tertentu sesuai kurikulum dan kriteria penelitian yang mempunyai tujuan dan hasil yang harapan yaitu dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Pretasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Pretasi yangdicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut :
2.2.4.1 Faktor yang barasal dari diri sendiri (internal)
- Faktor Jasmaniyah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagai mestinya, seperti mengalami skit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
- Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, terdiri atas;
- Faktor intelektif meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi uyang dimiliki.
- Faktor nonitelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motifasi, emosi, dan penyesuaian diri.
- Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
- Faktor sosial yang terdiri atas- Lingkuangan keluarga
- Lingkungan sekolah
- Lingkungan masyarakat
- Lingkungan kelompok
- Faktor sosial yang terdiri atas- Lingkuangan keluarga
2. Faktor budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kesenian.
3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan belajar.
4. Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan
Bloom juga, (Abin Syamsudin, 1981:146) mengemukakan bahwa perubahan perilaku sebagai hasil belajar mencakup tiga spek koggnitif, afektif dan psikomotor, secara terinci ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut :
a. Aspek kognitif yang meliputi
- Pengamatan/perseptual.
- Hafalan/ingatan
- Pengertian/pemahaman
- Aplikasi/penggunaan
- Analisa
- Sintesa
- Evaluasi
b. Aspek afektif
- Penerimaan
- Sambutan
- Apresiasi/penghargaan
- Internalisasi
- Karakterissi/penghayatan
c. Aspek Psikomotor
- Keterampilan bergerak/bertindak
- keterampilan ekspresi verbal dan non verbal
Jadi prestasi belajar merupakan kecakapan nyata siswa setelah ia memperoleh pelajaran tertentu yang tercermin dalam penguasaan terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diberikan di sekolah. Indikator yang digunakan adalah angka atau nilai yang hasilnya berbeda-beda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh pembawaan, kematangan ataupun lingkungan. Dalam hal ini Mohamad Surya (1973:13) mengemukakan sebagai berikut :
Keunikan dari individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rohaniah. Individu yang satu berbeda dengan indivdu yang lainnya. Rimbul perbedaan indivdual ini kita dapat kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan sebagai komponen utama terbentuknya keunikan individu.
Abin Syamsudin (2002) mengemukakan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, sebagai berikut :
- Raws Input ialah siswa dengan segala karakteristik seperti IQ, motifasi, motif, kebiasaan, emosi, fisik dan lain-lain.
- Instrumental inputs ialah masukan instrumental seperti guru, kurikulum, sekolah sarana dan prasarana, buku sumber, dan lain-lain.
- Enviromental inputs ialah masukan-masukan lingkungan seperti lingkungan keluarga, sosial dan masyarakat.
Perbedaan prestasi belajar siswa ditujukan oleh tinggi rengahnya nilai rata-rata yang dicapai mereka. Sehubungan dengan ini Abin Syamsudin (1972:2) menjelaskan sebagai berikut :
Perbedaan ini tidak hanya nampak dalam rangka nilai hasil belajarnya, juga kalau diperhatikan hanya nampak dalam angka hasil belajarnya, juga kalaudiperhatikan di dalam proses atau jalannya cara pemecahan masalah atau pengerjaan tugas, dengan kata lain di dalam proses perbuatan belajarnya pun berbeda-beda pula. Ada yang sangat cepat sekali, tetapi adapula yang tidak berhasil sama sekali melakukan tugasnya dalam waktu yang telah ditetapkan.
Olh karena itu slah satu penyebab prestasi belajar yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama lingkungan keluarga. Dengan demikian, makin rendah prestasi belajar yang dicapai siswa maka semakin besar kecenderungan bahwa siswa yang bersangkutan mengalami kesulitan.
Bimbingan meerupakan suatu proses kegiatan bantuan kepada individu, kegiatan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam proses belajar agar setelah mendapatkan pelayanan bimbingan dapat mempergunakan kemampuan yang dimilikinnya untuk :
- Mengatasi kesulitan siswa dalam memahami dirinya sendiri.
- Mengatasi kesulitan siswa dalam memahami lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah keluarga, dan kehidpan masyarakat yang lebih luas.
- Mengatasi kesulitan siswa dalam mengidentifikasi dan memecehkan masalah yang dihadapinya.
Dengan memperhatikan uraian di atas bahwa tujuan yang ingin dicapai dengan bimbingan adalah tingkat perkembangan yang optimal bagi setiap individu sesuai dengan kemampuan, agar dapat menyesuaikan diri dengan kemampuan, agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkunyannya.
Berdasarkan gambaran umum permasalahan dan uraian di atas, maka penulis merumuskan masalah-masalah langkah-langkah bimbingan yang perlu dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan masalah tersebut di atas. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut : je3nis bantuan yang diberikan ialah :
- Bimbingan dalam kesulitan belajar siswa
- Bimbingan penyesuaian diri siswa, terutama dalam kehidupan sosial.
Untuk itu langkah-langkah usaha untuk memberikan bimbingan yang ditempuh ialah :
- Mengadakan wawancara khusus dengan siswa yang bersangkutan Dalam kesempatan wawancara tersebut diusahkan siswa agar siswa memahami gambaran tentang dirinya. Dijelaskan bahwa ia tidak perlu merasa rendah diri.
- Mengadakan pendekatan dengan orang tua siswa untuk memperoleh gambaran tentang keadaan lingkungan keluarga, hal ini dilakukan dengan mengunjungi rumah
- Mengikutsertakan siswa tersebut dalam kegiatan-kegiatan kelompok dalam hal ini diikutsertakan dalam kegiatan kelompok, seperti kerja kelompok, agar dapat berperan aktif dalam kegiatan tersebut.
- Memberikan bantuan secara khusus dan individual dalam belajar, yaitu memberikan jam tambahan belajar. Dalam hal ini diberikan dan jam tambahan pada waktu istirahat atau pulang sekolah. Diberikan tugas-tugas pelajaran tambahan untuk dikerjakan baik di sekolah maupun di rumah.
- Kegiatan remedialKegiatan remedial merupakan bentuk khusus dari pengajaran yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dari hasil remedial tersebut dapat disimpulkan bahwa rendahnya prestasi belajar dikarenakan latar belakang keluarga dan lingkungan sosial kirang mendukung misalnya. Bimbingan belajar tempat belajar serta perlengkapan belajar.
Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga dan ekonomi sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan prestasi belajar siswa di sekolah, karena keluarga merupakan pendidikan sebagai pondasi bagi perkembangan siswa selanjutnya. Selain itu juga siswa banyak menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarga. Dengan demikian baik buruknya kondisi lingkungan keluarga akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Disamping itu bimbingan dan penyuluhan juga memiliki peran penting dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu membantu siswa agar dapat memecahkan masalah-masalah belajar. Masalah-masalah belajar secara terinci yang kerap kali di alami siswa antara lain kesulitan menyesuaikan diri dengan pelajara, guru tata tertib, lingkungan sekolah, dan sebagainya. Oleh karena itu agar tujuan bimbingan dan penyuluhan dapat tercapai maka harus ada kerjasama yang baik anatara pihak sekolah, orang tua dan siswa itu sendiri.
3.2.1 Bagi Sekolah
Pendidikan merupakan usaha dan tanggung jawab bersama baik sekolah, orang tua, dan masyarakat, oleh karenaitu penanganannya pun tidak dapat dibebankan kepada salah satu pihak.
Pihak sekolah khususnya, henakdnya memberikan pelayanan yang baik bagi para siswanya. Guru sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar di kelas adalah yang lebih bagi para siswanya. Dikelas adalah yang lebih baik mengetahui perkembangan belajar siswa dan orang yang berpengaruh dalam pencapaian prestasi siswa.
Dengan pemahaman dan posisi tersebut, guru dapat membantu siswa dengan menciptakan atau menggunakan strategi yang mendorong siswa untuk dapat merelisasikan kemampuannya masing-masing. Selain itu juga hal-hal yang tak kalah penting yang perlu dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru adalah sebagai berikut :
- Dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pihaksekolah sebaiknya melibatkan keluarga siswa, disamping itu berusaha untuk mengungkapkan lebih jauh ptestasi belajar yang dicapai siswa dengan segala permasalahannya yang berkaiatan dengan kesulitan belajar di rumah.
- Memberikan pengajaran remedial dan jam tambahan (les)
- Membentuk kelompok belajar dengan pengawasan guru
- Menggunakan metode belajar yang bervariasi dengan harapan siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreatif dalam belajarnya.
3.2.2 Bagi Orang Tua
Dengan adanya pengaruhnya kesulitan belajar di rumah terhadap prestasi belajar siswa, maka jelaslah betapa pentingnya bimbingan keluarga kepada siswa yang menghadapi kesulitan dalam belajarnya. Ada beberapa alternatif usaha yang dapat dilaksanakan oleh keluarga adalah :
- Memberikan perhatian dan menciptakan suasana lingkungan rumah yang nyaman untuk belajar
- Menyediakan perhatian dan menciptakan fasilitas belajar yang mendukung terhadap kelancaran dan keberhasilan belajar, misalnya waktu, tempat dan perlengkapan.
- Mengadakan kerjasama dengan pihak sekolah khususnya guru kelas untuk mengawasi perkembvangan belajar anak.
- Prof DR. H. ABIN SYAMSUDIN MAKNUN. (2003). Psikologi Pendidikan. ROSDA
- RACMAN ABROR (1983) Psikologi Pendidikan. Tiara Wacana
- AMTI, E. dan MARJOHAN (1991) Bimbingan dan Konseling, Jakarta Depdikbud
No comments:
Post a Comment