ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM DENGAN MASTITIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asuhan
masa nifas diperlukan pada priode ini, karena merupakan masa kritis
baik ibu maupun bayinya. Alat kandung kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu. Diperkirakan 6 %
kematiaan ibu akibat kehamilanterjadi pada persalinan, 50 % kematian ibu
pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. (Prawirohardjo, 2001:
156)
Di Indonesia, Mastitis ikut menyumbang perhatiaan kita karena
mastitis mempengarui 1 % wanita segera setelah lahir, yang kebanyakan
adalah ibu yang baru menyusui bayinya. Mastitis hampir selalu terjadi
dan berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak, 2004 : 111)
Sesungguhnya
hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui
yang benar dan kebersihan payudara juga harus diperhatikan oleh semua
yang kontak dengan bayi baru lahir secara langsung dan ibu juga akan
mengurangi kejadian insiden mastitis. (Diktat ASKEB 4)
Pada saaat
penulis melakukan Praktek Klinik Kebidanan II di BPS
Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb. terhitung sejak tanggal 11 Februari 2008 -
29 Februari 2008, jumlah persalinan normal 20 ibu bersalin terdapat 1
kejadian mastitis sehingga dari angka tersebut penulis menumukan kasus
mastitis sebesar 1 % dari data yang didapat sehingga penulis tertarik
untuk mengambil kasus Ny. N dengan post partum dengan mastitis untuk
dijadikan makalah ini.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswi mampu menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu post partum dengan mastitis dengan pendekatan manajemen kebidadan.
1.2.2. Tujuan Khusus
- Mahasiswi mampu melakukan pengkajian pada ibu post partum dengan mastitis.
- Mahasiswi mampu menentukan diagnosa kebidanan pada ibu post partum dengan mastitis
- Mahasiswi mampu menegakkan diagnosa dan masalah potensial pada ibu post partum dengan mastitis
- Mahasiswi mampu mengambil tindakan segera/kolaborasi pada pada ibu post partum dengan mastitis
- Mahasiswa mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan mastitis
- Mahasiswa mampu melaksanakan tindakan perawatan pada ibu post partum dengan mastitis dengan perencanaan tindakan.
- Mahasiswi mampu mengevaluasi setelah dilakukan tindakan pada ibu post partum dengan mastitis
1.3. Metode Penulisan
- Wawancara
- Observasi Partisipasi
- Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan topik kasus dengan ibu post partum dengan mastitis
1.4. Sistetematika Penulisan
Makalah ini disusun secara sistimatis, terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Terdiri dari konsep medis dan konsep asuhan kebidanan mengunakan sistem varney
BAB III TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pendokumentasian dengan menggunakan sistem SOAP.
BAB IV PEMBAHASAN
Terdiri dari pengkajian, interprestasi data, masalah pontesial, tindakan segera, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB V PENUTUP
Terdiri dari Kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Medis
2.1.1. Pengertian
2.1.1.1. Pengertian Nifas
- Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
- Masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Prawirohardjo, 2001: 255 ) Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat - alat reproduksi kembali seperti pra-hamil lamanya 6 - 8 minggu (Mohtar, 1998 : 175)
- Masa nifas Masa nifas (puerperium) adalah waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaaan normal, kala nifas ini berlangsung selama 6 minggu atau 42 minggu (Manuaba, 1998 : 55)
- Masa nifas (puerperium) adalah setelah partus selesai dan berakhir setelah 6 minggu (Mansjoer, 1990 : 121)
2.1.1.2. Pengertian Mastitis
- Mastitis adalah inflamasi yang terjadi pada payudara yang paling parah dapat menyakitkan dan dapat menimbulkan abses (Benneth, 1998 : 135)
- Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan oleh kuman terutama staphloccous aureus melalui luka puting susu atau melalui peredaran darah (Diktat ASKEB.4)
2.1.2. Penyebab Ibu Post Partum Terjadi Mastitis
Ada
dua penyebab utama mastitis adalah statis ASI dan infeksi. Statis ASI
biasanya merupakan penyebab primer yang dapat disertai atau berkembang
menuju infeksi
2.1.2.1. Statis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara. Hal ini dapat terjadi bila ;
a. Adanya Bendungan Payudara
Bendungan ini terjadi kira - kira hari ke - 3 setelah melahirkan, kondisi ini tidak terjadi bila bayi disusui segera setelah lahir, sehingga statis ASI dapat terhindarkan. Pentingnya pengeluaran ASI yang segera pada tahap awal mastitis yaitu untuk mencegah perkembangan penyakit dan pembentukkan abses dan isapan bayi adalah saran pengeluaran ASI yang efektif.
b. Pembatasan Frekuensi Menyusui
Bendungan payudara dapat dibatasi setengahnya bila bayi disusui tanpa batas. Oleh karena itu, waktu untuk menyusui seharusnya tidak dijadwal, jika waktu menyusui dijadwal maka lebih sering terjadi bendungan yang diikuti dengan mastitis dan kegagalan laktasi.
c. Isapan Bayi Yang Buruk Pada Payudara
Pentinanya isapan bayi yang baik pada payudara untuk mengeluarkan ASI yang efektif isapan yang buruk sebagai penyebab pengeluaran ASI yang tidak efisien dan dapat dianggap sebagai faktor predisposisi utama mastitis. Nyeri putting dan putting pecah - pecah merupakan akibat dari isapan yang buruk pada payudara yang sakit dan karena itu mencetuskan statis ASI dan terjadi bendungan
(Diktat ASKEB. 4)
2.1.2.2. Infeksi
Infeksi
ini biasanya disebabkan oleh microorganisme staphloccous aureus dan
staphloccous albrrs. Berdasarkan tempatnya infeksi ini dapat dibedakan;
- Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamme
- Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu Mastitis pada jaringan dibawah dapat dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan abses antara mammae dan otot- otot dibawahnya
(Diktat ASKEB.4)
2.1.3. Tanda dan Gejala Klinik
Tanda dan gejala mastitis, yaitu;
- Rasa panas dingin disenai dengan kenaikan suhu
- Penderita merasa lesu
- Tidak ada nafsu makan
- Mammae membesar, terasa nyeri dan seluruh atau sebagian mammae berwarna kulit merah mengkilat
- Mammae membekak dan nyeri raba
- Infeksi payudara dapat terjadi 1 - 3 minggu post partum jarang ditemukan kejadian infeksi sebelum 8 hari post partum
(Soetjiningsih, 1997 : 164)
2.1.4. Faktor Predisposisi
Ada sejumlah faktor yang telah diduga dapat meningkatkan resiko mastitis, yaitu;
2.1.4.1. Paritas
Primipara ditemukan sebagai faktor resiko terjadi mastitis
2.1.4.2. Serangan Sebelumnya
Serangan
mastitis pertama cenderung berulang - ulang, hal ini merupakan akibat
dan teknik menyusui yang salah yang tidak diperbaiki
2.1.4.3. Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat menyebabkan resiko mastitis
2.1.4.4. Pekerjaan di luar rumah
Bekerja
diluar rumah berkaitan erat dengan peningkatan resiko terjadinya
mastitis, ini dikarenakan interval antara menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu untuk pengeluaran ASI yang adekuat
2.1.4.5. Trauma
Trauma
pada payudara karena penyebab apapun dapat merusak jaringan kelenjar
dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis
(Diktat ASKEB.4)
2.1.5. Pemeriksaan Laboratorium
Sample
ASI dikirim untuk pemeriksaan laboratorium, kemudian sample ASI
tersebut akan diberi spectrum anti-biotic sampai penyebab (organisme)
diketahui (Benneth, 1998 : 146)
2.1.6. Usaha - Usaha yang Perlu Dilakukan
Sebaiknya diperiksakan pada dokter dan biasanya diberi anti-biotic dan obat untuk mengurangi rasa sakit (Diktat ASKEB.4)
2.1.7. Pencegahan
Mastitis
sangat mudah dicegah bila menyusui dilakukan dengan baik sejak awal,
perawatan putting susu dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui untuk
menghilangkan kerak dan mongering. Selain itu, yang memberi pertolongan
kepada ibu menyusui bayinya harus bebas dari infeksi dan stafilococus.
Dan bila ditemukan tanda dini seperti bendungan, sumbatan saluran
payudara dan nyeri putting susu harus diobati dengan cepat, adapun
penataslaksanaan menyusui yang efektif untuk mencegah statis ASI, yaitu;
2.1.7.1. Mulai menyusui satu jam atau lebih setelah bayi lahir
2.1.7.2. Memastikan bahwa bayi mengisap payudara dengan baik
2.1.7.3.
Menyusui tanpa batas, dalaim hal frekuensi atau durasi dan membiarkan
Bayi selesai menyusui satu payudara terlebih dahulu, sebelum memberikan
yang lain, menyusui secara eksklusif selama 4 bulan dan bila mungkin
menyusui sampai dengan 6 bulan
(Diktat ASKEB.4)
Adapun hal - hal yang dapat meningkatkan statis ASI, yaitu;
a. Penggunaan Dot
Pemberian makanan dan minuman pada bayi pada bulan - bulan pertama terutama dari susu botol.
b.
Tindakan melepas bayi dari payudara sebelum ia siap untuk menghisap
payudara yang lain Beban kerja yang berat dan penuh tekanan.
c.
Kealpaan menyusui termasuk bila bayi mulai tidur sepanjang malam Trauma
pada payudara, karena kekerasaan atau penyebab lainnya
(Diktat ASKEB.4)
Ada beberapa praktik penting untuk mencegah statis ASI dan mastitis, yaitu;
a.
Bayi harus mendapatkan kontak dini dengan ibunya, dan mulai menyusui
segera setelah tampak tanda - tanda kesiapan, biasanya dalam jam
pertama.
b. Bayi harus tidur ditempat tidur yang sama dengan ibunya atau didekatkan pada kamar yang sama.
c.
Semua ibu harus dapat bantuan dan dukungan yang terlatih dalam teknik
menyusui, baik sudah maupun belum pernah menyusui sebelumnya, untuk
menjamin hisapan yang baik pada payudara, penghisapan yang efektif dan
pengeluaran ASI yang efisien.
d. Setlap ibu harus didorong untuk
menyusui kapan saja bayi menunjukkan tanda-tanda siap menyusui seperti
membuka mulut dan mencari puting susu.
e. Setiap ibu harus
memahami pentingnya menyusui tanpa batas dan eksklusif dan menghindari
penggunaan makanan tambahan botol atau dot.
f. Ibu harus menerima
bantuan tenaga terlatih untuk mempertahankan laktasi bila bayinya
terlalu kecil atau lemah untuk menghisap dengan efektif.
g. Bila
ibu dirawat di RS, ia memerlukan bantuan tenaga yang terlatih saat
menyusui pertama kali dan sebanyak yang diperlukan pada saat menyusui
berikutnya
h. Bila ibu berada di rumah, ibu menentukan bantuan
tenaga yang terlatih selama hari pertama setelah persalinan beberapa
waktu setelah minggu pertama dan selanjutnya seperti yang dibutuhkan
sapa ibu menyusui dengan efektif dan percaya diri.
(Diktat ASKEB.4)
2.1.8. Penanganan
Untuk menangani mastitis, penting untuk;
2.1.8.1. Menganamnesa ibu, untuk mempelajari adanya penyebab nyata untuk kesulitan atau faktor predisposisi.
2.1.8.2.
Mengamati cara menyusui dan mengkasi apakah teknik ibu menyusui dan
isapan bayi pada payudara memuaskan dan bagaimana hal itu dapat
diperbaiki. Jika dengan semula usaha pencegahan mastitis terjadi, maka
ia harus ditangani dengan cepat dan edekuat. Bila penanganan ditunda.
Penyembuhan kurang memuaskan dan meningkatkan resiko abses payudara.
(Diktat ASKEB.4)
Prinsip - prinsip utama penanganan mastitis, adalah;
a. Konselling Suportif
Mastitis
merupakan pengalaman yang paling nyeri dan membuat frustasi dan sangat
sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri,
wanita memerlukan dukungan emosional. Ia mungkin mendapat nasehat yang
membingungkan dari petugas kesehatan, mungkin disarankan untuk berhenti
menyusui atau tidak diberi petunjuk apapun. Ia akan menjadi bingung dan
cemas dan tidak ingin terus menyusui.
Ibu harus yakinkan kembali
tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan. Bahwa ASI dari
payudara yang terkena mastitis tidak akan membahayakan bayi. Dan, bahwa
perlu sekali untuk berusaha melampaui kesulitan ini
Ia membutuhkan
bimbingan yang jelas semua tindakan yang dibutuhkan untuk pengalaman
dan bagaimana meneruskan menyusui atau meremas ASI dari payudara yang
terna. Ia akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapatkan dukungan
terus menerus dan bimbingan sampai ia benar- benar pulih
(Diktat ASKEB.4)
b. Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal
ini merupakan bagian therapy terpenting. Anti-biotic dan therapy
symbolic membuat wanita merasa lebih baik untuk sementara waktu, tetapi
kondisi tersebut akan memburuk atau berulang. Walaupun sudah diberikan
anti-biotic kecuali pengeluaran ASI diperbaiki
i. Bantu ibu memperbaiki hisapan bayi pada payudara
ii. Dorong untuk sering menyusui sesering mungkin dan selama bayi menghendaki tanpa pembatasan
iii. Bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa sampai menyusui dimulai lagi
(Diktat ASICEB.4)
c. Therapy
i.
Menyusui diteruskan. Bayi disusui pada payudara yang terkena mastitis
selama dan sesering mungkin agar payudara kosong, kemudian ganti pada
payudara yang normal
ii. Berikanlah kampres panas (bisa menggunakan shower hangat) atau lap basah panas pada payudara yang terkena.
iii.
Ubahlah posisi menyusui dari waktu ke waktu, yaitu; dengan posisi
tiduran, duduk atau posisi memegang bola (football position).
iv. Pakailah baju dan BH yang tidak ketat
v. Istirahat yang cukup, serta asupan nutrisi yang bergizi
vi. Banyak minum air putih / mineral ± 2 liter 1 hari
vii.
Dengan cara - cara tersebut diatas biasanya peradangan akan cepat
hilang setelah 2 X 24 jam, jarang sekali menjadi abses, tetapi jika
cara-cara tersebut diatas tidak ada perbaikan setelah 12 jam, maka
diberikan antibiotic selama 5 - 10 hari dan berikan juga obat analgesic
(Soetjiningsih, 1997: 111)
d. Therapy anti-biotic diindikasikan kepada;
i. Menunjukkan infeksi
ii. Gejala berat sejak awal
iii. Terlihat putting pecah – pecah
iv. Gejala tidak membaik setelah 12 - 24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
Anti - Biotic untuk pengobatan mastitis infeksiosa
Anti Biotic Dosis
Eritroisin 150- 500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250- mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125- 500 mg setiap 6 jam
Amoxsilin 250- 500 mg setiap 8 jam per oral
I Sefeleksin 250- 500 mg setiap 6 jam
Anti-biotic
terpilih harus diberikan dalam jangka panjang sekitar 10 - 14 hari,
karena pemberian jangka pendek berkaitan dengan insiden kekambuhan yang
tertinggi (Diktat ASKEB 4)
e. Therapy Symtomatic
Insisi
radial sejajar dengan jalannya ductus lactiferous temponade untuk
mengeringkan nanah (Diktat ASKEB 4) Keamanan Bila Ibu Melanjutkan
Menyusui
2.1.9. Keamanan bila ibu melanjutkan menyusui
Mempertahankan
laktasi saat ibu mastitis adalah penting untuk pemulihan ibu sendiri
dan untuk kesehatan bayinya. Menghentikan menyusui selama serangan
mastitis tidak membantu ibu untuk sembuh atau dengan kata lain
menghambat proses penyembuhan sebaliknya beresiko memperburuk
kondisinya. Lebih jauh, bila ibu menghentikan menyusui sebelum ia siap
secara emosional, ia dapat menderita dys-stress emosional berat kecuali
bila terjadi abses menyusui dihentikan untuk sementara, pada payudara
yang sakit. (Diktat ASKEB.4)
2.1.10. Dampak Jangaka Panjang
Seiring
dengan waktu serta dengan tetapi mastitis yang sesuai dan akurat,
pemulihan akan lengkap dan dengan melanjutkan laktasi biasanya payudara
diharapkan dapat berfungsi normal. Akan tetapi yang terlambat, tidak
tepat, dan tidak adekuat dapat mengakibatkan kekambuhan lesi yang lebih
luas dan bahkan jaringan permanent. (Diktat ASKEB.4)
2.2. Konsep Asuhan Kebidanan
2.2.1. Pengkajian Data Subjektif
2.2.1.1. Identitas
a. Nama Ibu/Suami : Untuk membedakan pasien yang satu dengan yang lain, memudahkan mengidentifikasi dan mengenal pasien
b.
Umur : Untuk mengetahui apakah ibu mempnyai faktor resiko tinggi tetapi
usia ibu tidak mempengaruhi terjadinya partus sungsang
c. Suku/Bangsa : Untuk menentukan adat istiadat atau budayanya
d. Agama : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu selama persalinan
e. Pendidikan : Untuk menentukan bagaimana kita memberikan konseling
f.
Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial, ekonominya dan juga untuk
mengetahui beban tugasnya. Poast partum normal apapun pekerjaannya tidak
berpengaruh namun post partum dengan mastitis sangat berpengaruh
apabila ibu tersebut seorang pekerja kasar / berat. (Diktat ASKEB.4)
g. Alamat : Untuk mengetahui keadaan lingkungan tempat tinggalnya.
2.2.1.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Pada Klien dengan pada post partum normal biasanya tidak ada keluhan.
Pada Klien dengan mastitis mengeluh payudaranya terasa keras, nyeri dan terasa bengkak
b. Riwayat Menstruasi
Menarche : 10 - 16 Tahun (± 12.5 Tahun)
Siklus : 25 - 32 Hari (± 28 Hari)
Banyaknya : 33.2 (± 16 cc)
Lamanya : 3 - 5 Hari
Sifat Darah : Encer dan merah
Teratur / Tidak : Teratur
Dysmenorhea : Ya / tidak à bila YA sebelum/selama/ sesudah menstruasi
HPHT :
HTP :
c. Riwayat Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang lalu
No. SuamiKe Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB
Gravida Peny Penolong Penv Jenis J B P Lahir
K B B Mati Ilidup
d.
Riwayat kehamilan, persalinan yang sekarang Kehamilan ke ….... dengan
usia kehamilan …… minggu Periksa ke PKM …… kali bidan …… kali, periksa
ke dokter …… kali Penyuilit saat kehamilan
Persalinan ditolong oleh dukun tidak terlatih/dukun terlatih/bidan/ dokter obgyn/petugas kesehatan lainnya
Bersalin di rumah ibu/rumah bidan/rumah dokter/polindes/ klinik/swasta/puskesmas/RS swasta/ RS Pemerintah.
Perdarahan pervagina …… cc
Penyulitan yang terjadi saat persalinan ……
BB …… gram PB …… cm Jenis kelamin bayi ……
Bayi langsung menangis/tidak
Warna kulit bayi merah/biru/pucat/lemas
Pemberian ASI diberikan < 1 jam atau > 1 jam
e. Riwayat penyakit sekarang
Post partum hari ke 4 terjadi mastitis
f. Riwayat kesehatan diri dan keluarga
Jantung : DM
Hypertensi : Gemeli
g. Pola -pola kebiasaan sehari - hari
Pola Nutrisi : Pada ibu post partum normal pola nutrisi baik sehingga ibu post partum normal tidak mudah terinfeksi.
Pada
ibu mastitis biasanya mempunyai pola makan yang buruk sehingga mudah
terinfeksi. Sehari makan …… kali, dengan menu gizi seimbang/tidak, menu
gizi seimbang itu terdiri dari mengandung karbonhidrat (nasi/roti),
protein hewani - nabati (daging ayam, sapi, ikan) - (sayuran; tempe,
tahu), buah - buahan, dan susu (susu laktasi)
Pola Eliminasi : BAB …… kali/hari
BAK …… kali/hari
Pola Hygine : Pada ibu post partum normal pola hygine baik sehingga ibu post partum normal tidak mudah terinfeksi.
Pada
ibu mastitis biasanya kurang menjaga kebersihan daerah sekitar
payudara/daerah sekitar payudara tidak bersih. Sehingga dengan mudah
terinfeksi. Mandi …… kali/hari, ganti pakaian dalam …… kali/hari Po1a
Aktivitas
: Pada ibu post partum normal pola aktivitas baik tidak yang berat -
berat sehingga ibu post partum normal tidak mudah capek dan daya tahan
tubuhnya tidak menurun sehingga tidak mudah terkena infeksi. Pada ibu
mastitis biasanya banyak melakukan kegiatan berlebih menyebabkan mudah
capek dan daya tahan menurun sehingga mudah terkena infeksi.
Pola
Istirahat : Pada ibu post partum normal pola istirahat baik sehingga ibu
post partum normal tidak menyebabkan mudah capek dan daya tahan menurun
sehingga mudah terkena infeksi. Pada ibu mastitis biasanya kurang
istirahat; sehingga daya tahan tubuh menurun dan menyebabkan mudah
sekali terkena infeksi.
Istirahat Malam ± 6 - 8 jam/hari
Istirahat Siang ± 1 - jam/hari
Pola Seksual : Pada ibu mastitis dilakukan seperti ibu post partum yang lain
h. Riwayat Sosial - Ekonomi
Persalinan ini diterima oleh keluaga/tidak.
Perasaan ibu, suami, dan keluarga lain menerima/tidak, senang/sedih
Status Pernikahan
Menikah …… kali
Pernikahan I : Usia saat menikah …… tahun,
Lamanya …… tahun
Pernikahan II : Usia saat menikah …… tahun,
Lamanya …… tahun
2.2.2. Pengkajian Data Objektif
2.2.2.1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : untuk mengetahui keadaan klien secara umum
Keadaan Emosional : mengetahui keadaan emosional apakah stabil atau tidak
Kesadaran
: untuk mengetahui sejauh mana kesadaran klien pada saat pemeriksaan
apaakah keadaan klien apatis, composmetis atau delirium
Tekanan
darah : Tensi normal pada ibu nost partum tidak boleh mencapai 140
systolis atau 90 diastolik. Juga perubahan 30 systolis dan 15 diastolis
di atas tensi sebelum hamil menandakan toxemia gravidarum
Nadi : 80 - 100 kali
Respirasi : 18 - 20 kali
Suhu : Post partum normal 36,5 – 37,5 °C
Post partum dengan mastitis ³ 38° C
2.2.2.2. Pemeriksaan Fisik
Rambut
: Rambut untuk melihat status gizi klien (apakah kekurangan protein
atau tidak) dan kebersihan rambut normal adalah bersih dan tidak rontok
Muka : Apakah ada/tidaknya oedema & ditemukan/tidak cloasma gravidarum & pucat/tidak
Mata : Letak à simetris
Conjungtiva à merah muda
Sklera à putih
Kelopak mata à ada/tidak oedema
Mulut & Gigi : Stomatitis à ada/tidak
Caries à ada/tidak
Gigi palsu à ada/tidak
Lidah à merah aga keputihan
Graham à perdarahan ada/tidak
Leher : Pembesaran Kelenjar Tyroid à ada/tidak
Pembesaran Kelenjar Lymfe à ada/tidak
Pembesaran vena jugularis à ada/tidak
Dada : Payudara
Pembengkakan
à post partum normal tidak terjadi Pembengkakan, tetapi nada kasus
mastitis terjadi pembekan & Kemerahan mengkilat.
Bentuk à Post partum normal bentuknya simestris, tetapi pada kasus mastitis asimetris
Benjolan à post partum normal tidak terjadi benjolan, tetapi pada kasus mastitis adanya benjolan
Rasa
nyeri à post partum normal tidak teriadi rasa nveri bila ditekan,
tetapi pada kasus mastitis ada rasa nyeri tekan sekitar payudara
Putting à post partum normal tidak terjadi menonjol, tetapi pada kasus mastitis putting tenggelam
Hyperpigmentasi à areola mamae
Calostrum à sudah keluar
Kebersihan à post partum normal kebersihan terjaga, tetapi pada kasus mastitis kurang bersih
Jantung : ada/tidak kelainan, ada/tidak bunyi wheezing dan ada/tidak bunyi ronchi
Paru - paru : ada/tidak kelainan, bunyi reguler
Punggung & Pinggang : Posisi tulang belakang à lordosis/tidak
Nyeri ketuk pinggang à nyeri ada/tidak
Abdomen : Bekas luka operasi à ada/tidak
Striae à mungkin tidak menghilang secara keseluruhan
TFU à uterus berangsur - angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali sebelum hamil
Kontraksi à baik/tidak
Konsistensi uterus à keras/lembek
Extremitas : Atas
telapak tangan pucat/tidak & oedema/ tidak & varises/tidak Kuku : Cyanosis/tidak
Bawah
tidak oedema & varises, reflex Patella ka/ki & reflex homman +/- Kuku : Cyanosis/tidak
Genetalia : Pengeluaran pervagina
Hari ke 4 - 9 Warna Agak kecoklatan
Lochea Isi Darah bercampur
Sanguilentta lendir
2.2.3. Interpretasi Data
Pada
langkah ini dilakukan interprestasi data berupa penetapan diagnosa
dasar, masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data - data yang telah
dikumpulkan sebelumnya.
Diagnosa : P ... A ... hari ke 4 post partum dengan mastitis
Dasar : Post partum
Payudara
asimetris, payudara sebelah kiri atau kanan menegang, puting susu
terbenam, teraba bagian keras, terdapat nyeri tekan, dan berwarna merah
sekitar aerola
Masalah : Tidak bisa menyusui dan terasa nyeri payudara sebelah kiri atau kanan
Diagnosa Pontesial : Abses payudara
Masalah Pontesial : Infeksi payudara
Kebutuhan : Kolaborasi dengann dokter obbyn
2.2.4. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Pontesial
Pada
langkah ini kita mengidetifikasikan masalah atau diagnosa pontesial
lain yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosa yang sudah ditetapkan
atau diidentifikasikan. Diagnosa pontesial pada robekan perineum dapat
terjadi perdarahan dan infeksi.
Diagnosa pontesial bisa terjadi abses payudara
Masalah pontesial infeksi pada payudara
2.2.5. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera / kolaborasi
Pada
langkah ini kita menentukan kemungkinan tindakan segera harus dilakukan
tindakan kolaborasi dengan dokter obgyn. Kolaborasi yang harus
dilakukan bila ada penyulitan adalah dengan dokter obgyn atau dirujuk
segera ke rumah sakit terdekat.
2.2.6. Planning
Merencanakan
asuhan yag menyeluruh berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan
oleh bidan. Menyusun rencana asuhan kebidanan dilaksanakan untuk
menetapkan tindakan kebidanan yang dilakukan da;am mengatasi masalah.
Perencanaan yang harus dilakukan pada ibu 4 hari post partum dengan
mastitis adalah :
2.2.6.1. Bina hubungan baik antara petugas dengan ibu dan keluarga
2.2.6.2. Informasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2.2.6.3. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk mengkompres payudaranya dengan air panas/air hangat.
2.2.6.4. Anjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin
2.2.6.5. Berikan dukungan, moril dan motivasi ibu untuk terus memberikan ASI pada bayinya.
2.2.6.6. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk banyak mengkonsumsi air mineral
2.2.6.7. Anjurkan pada ibu dan keluarga agar cukup istirahat dan makan menu gizi seimbang
2.2.6.8. Anjurkan pada ibu untuk mengunakan baju / BH yang tidak terlalu ketat
2.2.6.9. Beritaukan pada ibu dan keluarga agar posisi menyusui dari waktu ke waktu posisinya berubah, dan
2.2.6.10. Berikan konseling tentang cara merawat kebersihan payudara, cara menyusui yang baik dan benar
2.2.6.11. Beri therapy amoxsilin 9 tablet 3xl dan parasetamol 9 tablet 3 x l
(Diktat ASKEB 4)
2.2.7. Implentasi
Pada tahap ini perencanaan yang telah tersusun dilaksanakan sesuai dengan keadaan ibu.
2.2.7.1. Membina hubungan baik antara petugas dengan ibu dan keluarga
2.2.7.2. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
2.2.7.3. Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk mengkompres payudaranya dengan air panas / air hangat
2.2.7.4. Menganjurkan ibu untuk menyusui sesering mungkin tanpa adanya jadwal
2.2.7.5.
Berikan dukungan, moril dan motivasi ibu untuk terus memberikan ASI
saja sampai dengan usia bayi berumur 4 - 6 bulan tidak menghadirkan menu
pendampimg ASI.
2.2.7.6. Anjurkan pada ibu dan keluarga untuk banyak mengkonsumsi air mineral, sehari ± 8 gelas
2.2.7.7.
Anjurkan pada ibu dan keluarga agar cukup istirahat malam ± 8 jam dan
siang ± 1 - 2 jam dan makan menu gizi seimbang, menu gizi seimbang itu
terdiri dari mengandung karbonhidrat (nasi/roti), protein hewani -
nabati (daging ayam, sapi, ikan) - (sayuran, tempe, tahu); buah -
buahan, dan susu (susu laktasi).
2.2.7.8. Anjurkan pada ibu untuk mengunakan baju / BH yang tidak terlalu ketat
2.2.7.9. Beritaukan pada ibu dan keluarga agar posisi menyusui dari waktu ke waktu posisinya berubah
2.2.7.10. Berikan konseling tentang cara merawat kebersihan payudara, cara menyusui yang baik dan benar
2.2.7.11. Memberikan therapy amoxsilin 9 tablet 3 x l dan parasetamol 9 tablet 3 x1
2.2.8. Evaluasi
Pada
tahap ini dilakukan evaluasi atau penilaian terhadap asuhan kebidanan
yang telah dilakukan pada ibu post partum dengan mastitis.
2.2.8.1. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya mbina hubungan baik antara petugas dengan ibu dan keluarga
2.2.8.2. Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
2.2.8.3. Ibu dan keluarga mengetahui untuk mengkompres payudaranya dengan air panas / air hangat
2.2.8.4. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya untuk menyusui sesering mungkin
2.2.8.5. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya memberikan ASI pada bayinya
2.2.8.6. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya banyak mengkonsumsi air mineral
2.2.8.7. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya cukup istirahat dan makan menu gizi seimbang
2.2.8.8. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya cara merawat kebersihan payudara, cara menyusui yang baik dan benar
2.2.8.9. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya merubah posisi menyusui dari waktu ke waktu, dan
2.2.8.10. Ibu dan keluarga mengetahui pentingnya tidak mengunakan baju / BH yang terlalu ketat
(Diktat ASKEB 4)
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian Data
Tanggal dan Hari pengkajian : 24 Februari 2008
Waktu : 15.30 WIB
Tempat : BPS Bidang Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb.
Oleh : Eti Jayanti
3.1.1. Pengkajian Data Subyektif
3.1.1.1. Identitas
a. Nama Ibu/Suami : Ny. N / Tn. J
b. Umur : 25 Tahun / 26 Tahun
c. Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SLTP / SMU
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga / Swasta
g. Alamat : Kandanghaur
3.1.1.2. Anamnesa
a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan payudaranya terasa keras, nyeri dan terasa bengkak.
b. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus : 28 Hari
Banyaknya : 2 kali ganti pembalut/hari
Lamanya : 3 – 5 hari
Sifat darah : Encer dan merah
Teratur/tidak : Teratur
Dysmenorhea : Ya, 2 hari sebelum menstruasi
HPHT : 18 Mei 2007
HTP : 25 Februari 2008
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas dan bayi yang lalu
No. SuamiKe Kehamilan Persalinan Nifas Anak KB
Gravida Peny Penolong Penv Jenis J B P Lahir
K B B Mati Ilidup
d. Riwayat kehamilan, persalinan yang sekarang
Kehamilan ke 1 dengan usia kehamilan 36 minggu
Periksa ke PKM - kali bidan 5 kali, periksa ke dokter 4 kali Penyuilit saat kehamilan –
Persalinan ditolong oleh bidan Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb.
Perdarahan pervagina ± 250 cc
Penyulitan yang terjadi saat persalinan –
BB 3500 gram PB 50 cm Jenis kelamin bayi laki - laki
Bayi langsung menangis
Warna kulit bayi merah Pemberian ASI diberikan < 1 jam
e. Riwayat penyakit sekarang
Post partum hari ke 4 terjadi mastitis
f. Riwayat kesehatan diri dan keluarga : tidak ada yang menderita seperti Jantung, DM, hypertensi, gemeli
g. Pola -pola kebiasaan sehari – hari
Pola Nutrisi : Sehari makan 3 kali, dengan menu gizi seimbang
Pola Eliminasi : BAB 2 kali/hari
BAK 5 - 7 kali/hari
Pola Hygine : Mandi 2 kali/hari, ganti pakaian dalam 2 kali/hari
Pola Aktivitas : Ibu hanya melakukan kegiatan rumah tangga selama masa post partum.
Pola Istirahat : Istirahat Malam ± 6 - 8 jam/hari istirahat Siang ± 1 - 2 jari/hari
Pola Seksual : Ibu belum melakukan hubungan seks karena masih dalam masa perawatan
h. Riwayat Sosial - Ekonomi
Persalinan ini diterima oleh keluaga
Perasaan ibu, suami, dan keluarga lain menerima dan senang akan kehadirannya
Status Pernikahan
Menikah I kali
Pernikahan I : Usia saat menikah 22 tahun,
Lamanya 1 tahun
Pernikahan II : Usia saat menikah - tahun,
Lamanya - tahun
3.1.2. Pengkajian Data Objektif
3.1.2.1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Keadaarl Emosional : Stabil
Kesadaran : Composmetis
Tekanan darah : 110 - 70 mmHg
Nadi : 84 kali
Respirasi : 24 kali
Suhu : 38,6° C
3.1.2.2. Pemeriksaan Fisik
Rambut : Bersih dan tidak rontok
Muka : Tidak oedema & ditemukan cloasma gravidarum & tidak pucat
Mata : Letak à simetris
Conjungtiva à an-anemi
Sklera à an-iterik
Kelopak Mata à Tidak oedema
Mulut & Gigi : Stomatitis à tidak ada
Caries à tidak ada
Gigi palsu à tidak ada
Lidah à merah aga keputihan
Graham à perdarahan tidak ada
Leher : Pembesaran Kelenjar Tyraid à tidak ada
Pembesaran Kelenjar Lymfe à tidak ada
Pembesaran vena jugularis à tidak ada Dada : Payudara
Pembengkakan à terjadi Pembengkakan dan Kemerahan mengkilat
Bentuk à asimetris
Benjolan à ada
Rasa nyeri à ada
Putting à tenggelam
Hyperpigmentasi à areola mamae
Calostrum à sudah keluar
Kebersihan à kurang bersih
Jantung : tidak ada kelainan, bunyi reguler
Paru - paru : tidak ada kelainan, tidak ada bunyi wheezing dan tidak ada bunyi ronchi
Punggung & : Posisi tulang belakang : lordosis
Pinggang Nyeri ketuk pinggang : tidak ada nyeri
Abdomen : Bekas luka operasi : tidak ada
Linea Nigra : Menghilang
Striae : tidak menghilang secara Keseluruhan
TFU : uterus berangsur - angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali sebelum hamil
Kontraksi : baik
Konsistensi uterus : keras
Extremitas : Atas : telapak tangan tidak pucat & tidak oedema & tidak varises, Kuku : Cyanosis
: Bawah : tidak oedema & varises, reflex Patella ka/ki & reflex homman +/+ Kuku : Cyanosis
Genetalia : Pengeluaran pervagina
Hari ke 4 – 9 Warna Agak kecoklatan
Lochea isi darah bercampur
Sanguilentta lendir
3.2. Assesment
3.2.1. Diagnosa : P2A0 hari ke 4 post partum dengan mastitis
3.2.2. Masalah : Tidak bisa menyusui dan terasa nyeri pada bagian payudara sebelah kiri
3.2.3. Diagnosa Pontesial : Abses payudara, infeksi payudara
3.2.4. Kebutuhan : Kolaborasi dengan dokter obgyn
3.3. Planning
3.3.1. Membina hubungan baik antara petugas dengan ibu dan keluarga à bersikap sopan dan ramah pada petugas.
3.3.2. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga à ibu dan keluarga mengetahui keadaan dirinya.
3.3.3.
Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk mengkompres payudaranya dengan
air panas / air hangat à ibu dan keluarga akan melakukan anjuran yang
diberikan oleh petugas
3.3.4. Menganjurkan ibu untuk menyusui
sesering mungkin à ibu akan menyusui bayinya sesering mungkin sesuai
dengan keinginan bayinya
3.3.5. Memberikan dukungan, moril dan
motivasi ibu untuk terus memberikan ASI saja sampai dengan usia bayi
berumur 4-6 bulan à keluarga ikut berpartisipasi dalam berikan dukungan
secara moril saat petugas memberikannya dan ibu juga mengatakan akan
menyusui sampai dengan usia bayi 4 bulan akan diberikan ASI saja
3.3.6.
Menganjurkan pada ibu dan keluarga untuk banyak mengkonsumsi air
mineral à ibu dan keluarga akan melakukan anjuran yang diberikan oleh
petugas
3.3.7. Menganjurkan pada ibu dan keluarga agar cukup
istirahat istirahat malam ± 8 jam dan siang ± 1 - 2 jam dan makan menu
gizi seimbang, menu gizi seimbang itu terdiri dari mengandung
karbonhidrat (nasi/roti), protein hewani - nabati (daging ayam, sapi,
ikan) - (sayuran, tempe, tahu), buah - buahan, dan susu (susu laktasi) à
ibu dan keluarga akan melakukan anjuran yang diberikan oleh petugas
3.3.8.
Memberikan konseling tentang cara merawat kebersihan payudara, cara
menyusui yang baik dan benar à ibu dan keluarga akan melakukan anjuran
yang diberikan oleh petugas
3.3.9. Memberitaukan pada ibu dan
keluarga agar posisi menyusui dari waktu ke waktu posisinya berubah à
ibu dan keluarga akan melakukan anjuran yang diberikan oleh petugas
3.3.10.
Anjurkan pada ibu untuk mengunakan baju / BH yang tidak terlalu ketat à
ibu dan keluarga akan melakukan anjuran yang diberikan oleh petugas
3.3.11. Menganjurkan pada ibu untuk meminum obat yang diberikan Amoxcilin 9 tablet 3 x 1 dan parasetamol 9 tablet 3 x 1.
3.3.12. Merencanakan melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn di RSUD Bayangkara à ibu tidak bersedia
3.3.13.
Membuat kesepakatan kunjungan ulang, ibu, akan datang ke BPS Hj.
Nurnaenah, A.Md.Keb. tanggal 2 Maret 2008 atau ada kegawatdaruratan à
ibu bersedia
3.3.14. Pendokumentasian secara SOAP telah dilakukan
(Diktat ASKEB 4)
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah
penulis melakukan pengkajian “Asuhan Kebidanan Pada Ny. N 4 Hari Post
Partum dengan Mastitis Di Bidan Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb. Desa Karang
Sinom Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu”, maka penulis
mendapatkan data - data sebagai berikut :
4.1. Pengkajian
Pada
saat melakukan pengkajian atau pengumpulan data - data yang diperlukan.
Ny. N 4 dapat berkomunikasi dengan baik dan kooperatif dalam menjawab
dengan baik yang ditanyakan sehingga penulis memperoleh data yang cukup
dan akurat bahkan klien menceritakan dengan antusias, dalam pengkajian
pada Ny. N ditemukan data-data ibu, payudara bentuknya asimetri,
payudara sebelah kiri lebih besar, menegang, putting susu terbenam,
teraba bagian keras, terdapat nyeri tekan dan berwarna merah disekitar
areola sehingga menyebabkan tidak bisa menyusui dengan baik dikarenakan
adanya rasa nyeri pada bagian payudara kiri. Penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang
didapat karena menurut teori payudara bentuknya asimetri, salah satu
payudara lebih besar, menegang, putting susu terbenam, teraba bagian
keras, terdapat nyeri tekan dan berwarna merah disekitar areola sehingga
menyebabkan tidak bisa menyusui dengan baik dikarenakan adanya rasa
nyeri pada bagian yang nyeri.
4.2. Interprestasi Data
Data
yang penulis dapatkan dari Ny. N 4 hari post partum dengan mastitis
adalah payudara bentuknya asimetri, payudara sebelah kiri lebih besar,
menegang, putting susu terbenam, teraba bagian keras, terdapat nyeri
tekan dan berwarna merah disekitar areola sehingga menyebabkan tidak
bisa menyusui dengan baik dikarenakan adanya rasa nyeri pada bagian
payudara kiri. Dalam teori post partum dengan mastitis terjadi pada ibu
post partum hari ke-3 setelah melahirkan kondisi ini tidak akan terjadi
apabila bayi disusui sesegera mungkin, kasus mastitis hiasanya terjadi
pada ibu dengan pekerja berat, pola nutrisi dan kebersihan kurang
terjaga dengan baik, pada Ny. N terjadi pada hari ke-4 post partum
dengan keadaan sosial ekonomi kurang menyebabkan ibu harus bekerja lebih
keras dan menyebabkan pola nutrisi dan kebersihan tidak terjaga dengan
baik. Sehingga penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan.
4.3. Indentifikasi Masalah dan Diagnosa Potensial
Menurut
teori diagnosa pontesial yang mungkin akan terjadi abses payudara dan
infeksi payudara bila kebersihan itu tidak terjaga, pola nutrisi dirubah
dan pola aktivitas tidak seimbang dengan pola istirahat. Berdasarkan
data yang di dapat pada Ny. N dan setelah melakukan asuhan kebidanan
pada Ny. N, post partum dengan mastitis ditemukan kebersihan kurang,
pola nutrisi tidak terjaga dan pola aktivitas berlebih yang tidak
sebanding dengan pola istirahat. Namun abses dan infeksi payudara tidak
terjadi pada Ny. N Sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek.
4.4. Identifikasi kebutuhan Akan tindakan Segera/Kolabirasi
Pada
kasus Ny. N post partum dengan mastitis, tindakan yang dilakukan yaitu
dilakukan mengkompres untuk mengurangi Pembengkakan dan memberikan
konselling tentang pola nurisi, pola hygine, dan pola aktivitas serta
tetap menyusui sesuai dengan standar asuhan kebidanan. Setelah dilakukan
pengkompresasan air hangat Pembengkakan berangsur berkurang, dan tidak
terjadi abses dan infeksi pada payudara Ny. N. Sehingga terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek.
4.5. Planning
Dalam
menyusun rencana sesuai dengan standar asuhan kebidanan pada ibu post
partum dengan mastitis yang disesuaikan dengan teori dari kewenangan
seorang bidan yaitu lakukan mengkompres dengan air hangat pada payudara,
dan menganganjurkan ibu untuk menjaga kebersihannya, dan merubah pola
nutrisi, pola aktivitas dan tetap menyusui, pada kasus Ny. N dilakukan
mengkompressan pada payudara, dan menganganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihannya, dan merubah pola nutrisi, pola aktivitas tetapi Ny. N
tidak ingin menyusui terlebih dahulu. Sehingga terdapat kesenjangan
antara teori dan praktek.
4.6. Implementasi
Dari
perencanaan yang telah disusun semua dilaksanakan dikarenakan pada kasus
Ny. N, dengan mastitis, ibu tidak ingin menyusui terlebih dahulu
dikarenakan masih nyeri pada payudara sebelah kiri dan keadaan emosional
ibu yang masih labil sehingga hanya memotivasi ibu untuk lebih tenang
dan memberi dukungan pada ibu. Padahal dalam teori ibu harus tetap
menyusui. Sehingga teijadi kesenjangan antara teori dan praktek.
4.7. Evaluasi
Setelah
dilakukan pengompresan pada payudara, dan menganganjurkan ibu untuk
menjaga kebersihannya, dan setelah memberikan asuhan kebidanan,
diharapkan keadaan umum ibu baik dan bayi dapat meneteki dengan baik.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah
penulis melakukan asuhan kebidanan pada Ny. N 4 hari post partum dengan
mastitis. Maka penulis dapat menarik kesimpulan : asuhan kebidanan pada
ibu post partum di BPS bidan Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb. Desa Karang Sinom
Kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu dilakukan menyeluruh dengan
asuhan kebidanan post partumm, meskipun asuhan kebidanan post partum
dilakukan secara menyeluruh mastitis dapat saja terjadi dengan faktor
penyebabnya pola hygine kurang, pola nutrisi kurang, dan pola aktvitas
yang tidak seimbang dengan pola istirahat. Dengan demikian faktor
berpendidikan tinggi tidak menjamin bahwa akan menjaga pola hygine, pola
nutrisi, pola aktivitas, dan pola istirahat. Mastitis dapat terjadi
pada hari ke-3 post partum mastitis dapat dihindari apabila bayi disusui
segera setelah dilahirkan, dengan tanda-tanda terjadi ibu dengan post
partum dengan mastitis adalah bentuk payudara asimetris, payudara
sebelah kiri atau kanan terlihat lebih besar, menegang, puting susu
terbenam, teraba bagian keras, terdapat nyeri tekan, dan berwarna merah
sekitar aerola. Setelah melakukan pemeriksaan di dapat data Ny. N bentuk
payudara asimetris; payudara sebelah kiri terlihat lebih besar,
menegang, puting susu terbenam, teraba bagian keras, terdapat nyeri
tekan sebelah kiri, dan berwarna merah sekitar aerola. Pada Ny. N
masalah pontesial yang dihadapi oleh ibu adalah tidak dapat menyusui
dengan baik dikarenakan adanya nyeri dibagian kiri payudara ibu.
Pembengkakan diatasi dengan pengompressan air hangat pada payudaranya.
Setelah pengompressan dilakukan, Pembengkakan berangsur berkurang.
Diagnosa pontesial yang dapat terjadi adalah abses dan infeksi pada
payudara, tetapi pada kasus Ny. N tidak terjadi abses maupun infeksi
pada payudara, sehingga tidak memerlukan tindakan tim-medis yang lain
tetapi harus direncanakan berkolaborasi dengan tim-medis yang lain
bilamana dikemudian hari terjadi komplikasi. Dalam pengumpulan data pada
Ny.N penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, penulis dapat
menggali data yang sebanyak mungkin pada Ny. N dan keluarga sehingga
memudahkan untuk menentukan asuhan kebidanan pada Ny.N 4 hari post
partum dengan mastitis. Meskipun dalam pelaksanaannya masih banyak
terdapat kendala yang dihadapi penulis dalam melakukan asuhan kebidanan
pada Ny. N 4 hari post partum dengan mastitis baik kendala dari BPS
Bidan Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb. itu sendiri seperti halnya masih
terbatasnya penggunaan peralatan yang sudah tersedia dan keterbatasan
waktu yang tersedia. Namun secara keseluruhan, tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan dan pemberian asuhan
kebidanan pada Ny. N 4 hari post partum dengan mastitis dapat
dilaksanakan dengan baik meskipun masih banyak tedapat kekurangan dalam
beberapa hal.
5.2. Saran
5.2.1. Bagi BPS Bidan Hj. Nurnaenah, A.Md.Keb.
Hendaknya
dapat meningkatkan pelayanan kesehatan semua pasien tanpa memandang
status ataupun yang lainnya. Selain itu diharapkan untuk melengkapi
peralatan yang belum tersedia bagi pelayanan kebidanaan. Selain itu juga
hendaknya diharapkan untuk melakukan pemeriksaan yang
selengkap-lengkapnya kepada pasien untuk mendeteksi secara dini
kemungkinan - kemungkinan yang bisa terjadi
5.2.2. Bagi Program Study Diploma III Kebidanan STIKes Cirebon
Diharapkan
untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswi agar lebih meningkatkan
pengetahuannya dengan cara membaca dari buku dan sumber dan teori yang
didapatkan. Dan diharapkan agar sering mengujungi mahasiswi di lapangan.
Bagi
Seluruh Mahasiswi Program Study Diploma III Kebidanan STIKes Cirebon
diharapkan dalam melakukan asuhan kebidanan pada ibu post partum dengan
mastitis harus lebih komprehensif dan sesuai dengan strandar asuhan
kebidanan.
5.2.3. Bagi Ny. N dianjurkan untuk menjaga kebersihan
payudara dan meminum obat yang sudah diberikan oleh bidan, makan makanan
yang bergizi dan istirahat yang cukup.
DAFTAR PUSTAKA
Benneth, Ruth. V. 1998. Myles Tex Book For Midwiver, Eidenber. London
Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Maternity Nursing edition 4, Jakarta: EGC
Diktat Asuhan Kebidanan IV (Patologi - Mastitis). Surabaya - Tim
FKUI, 1992. ASI Dari Beberapa Aspek. Jakarta: FKUI
Manuaba, Ida, Bagus, Gede. 1998. Perayakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC
Mansjoer,
Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Edisi III. Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Prawirihardjo, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Rustam, Mochtar. 1989. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Jakarta: EGC
Sulaeman, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung : Fakultas Kedokteran UNPAD
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanif. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
No comments:
Post a Comment