Sunday 4 April 2010

Makalah Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Dalam Keberhasilan Siswa

KATA PENGANTAR


Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi allah SWT. Yang telah menciptakan alam semesta yang begitu indah ini, sholawat beriring salam semoga di curah limpahkan atas junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Segenap keluarga dan para sahabatnya serta orang yang mengikuti jejaknya sampai akhir zaman.



Atas berkat rahmat serta inayah Allah SWT. Kami telah dapat menyelesaikan penyusunan makala sebagai tugas semester 111 dengan mengambil judul “PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN SEKOLAH DALAM KEBERHASILAN SISWA“

Dalam makala ini kami menyadari bahwa kekurangan terjadi disana sini, untuk itu tegur sapa maupun kritik, saran yang tak terhingga kepada dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan baik materi maupun motifasi yang sangat berharga bagi kami.

Hanya kepada Allah SWT. Kami mohon ampun dan rahmatnya. Semoga kehadiran makala ini mendatangkan manfaat bagi kita semua.amin ya robbal ‘alamin



Indramayu, Nopember 2006

Penyusun

DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga 1
1. Keluarga Zaman Dahulu dan Zaman Sekarang 1
2. Pentingnya Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga 2
3. Peranan anggota Keluarga terhadap Pendidikan Anak-anak 3
4. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Pendidikan Anak-anak 6

BAB II Pendidikan Dalam Lingkungan Sekolah 7
1. Macam-macam Lingkungan Sekolah 7
2. Perbedaan Lingkungan Keluarga dan Sekolah 8
3. Kerja sama antar keluarga dan Sekolah 9
4. Taman Kanak-kanak sebagai Jembatan antara
Keluarga dan Sekolah 12

Daftar Pustaka 13

BAB I
PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN KELUARGA



1. Keluarga Zaman Dahulu dan Keluarga Sekarang
Pada zaman dahulu umumnya orang yang hidup dalam satu rumah yang besar. Di dalam rumah yang besar itu hiduplah beberapa keluarga menjadi satu, kesatuan kekeluargaan yang besar itu lazim disebut famili. Suatu famili mempunyai peraturan-peraturan dan tata tertib sendiri yang diatur dan dikepalai oleh seorang kepala famili.
Famili atau kesatuan keluarga yang besar itu, selain merupakan kesatuan kekeluargaan, juga merupakan kesatuan ekonomi dan kesatuan hukum. Ia mengenal upacara-upacara, ibadat dan dewa-dewa famili sendiri, juga cara cara pendidikan anak mereka.
Segala kebutuhan hidup mengenai makanan, pakaian alat-alat rumah tangga, dan lain-lain di buat sendiri oleh anggota-anggota famili masing-masing secara gotong-royong. Demikian pula pendidikan yang diberikan kepada anak-anak dalam famili itu umumnya merupakan kelanjutan adat istiadat yang mereka terima dari nenek moyang yang merupakan tradisi statis dan hampir tak berubah-ubah. Disamping itu, diajarkan pula kepada anak-anak mereka segala sesuatu yang lazimnya diperbuat atau dikerjakan oleh orang-orang tua atau orang-orang dewasa dalam famili itu. Dengan kata lain, bagaimana kehidupan dan penghidupan mereka, demikian pula hendaknya kehidupan dan penghidupan anak cucunya nanti.
Lain halnya dengan keluarga pada zaman sekarang. Kesatuan kekeluargaan secara famili ini (keluarga besar) sekarang telah terpencar menjadi keluarga yang kecil-kecil, dan fungsinya terhadap pendidikan anak-anak pun berubah pula.
Keluarga yang tadinya merupakan kesatuan yang menghasilkan segala kebutuhan mereka, menjadi kesatuan yang memakai semata-mata. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas pada kita katakan melalui uang yang di terimanya setiap bulan atau setiap minggu.
Pesatnya kemajuan dunia di segala bidang seperti politik, ekonomi, sosial, perindustrian, kenegaraan, kesenian, ilmu pengetahuan dan pendidikan menyebabkan kita terhitungnya jumlah macam pekerjaan yang masing-masing memerlukan bakat dan kemampuan yang berbeda-beda dari para pekerjanya.
Sejajar dengan itu, kaum wanita atau kaum ibu yang tadinya dapat mencurahkan tenaga dan fikirannya dalam mengurus rumah tangga dan mendidik anaknya.
Dengan adanya emansipasi wanita yang bekerja di luar rumah tangga sehingga tugas untuk mendidik anak-anak sebagian diserahkan kepada sekolah-sekolah, kecuali anak-anak yang masih sangat muda.
Didalam keluarga yang sudah sedemikian teroraknya seperti sekarang ini keluarga yang akarab dan kecil itu tinggallah berfungsi menurunkan dan mendidik anak-anak dalam suasana kerukunan yang tidak mereka jumpai dalam suatu golongan yang lain manapun. Fungsi inilah yang tetap dipegang oleh keluarga pada zaman sekarang ini.

2. Pentingnya Pendidikan dalam Lingkungan Keluarga
Demikianlah, tidak dapat di sangkal lagi betapa pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluaraga bagi perkembangan anak-anak menjadi manusia yang peribadi dan berguna bagi masyarakat. Tentang pentingnya pendidikan dalam lingkungan keluarga itu dinyatakan oleh banyak ahli didik dari zaman yang telah lampau.
a. Coomenius (1592 – 1670)
Seorang ahli didaktik yang terbesar dalam buku didaktica maqna, disamping mengemukakan asas-asas didaktiknya yang sampai sekarang masih dipertahankan kebenarannya, juga menerangkan betapa pentingnya pendidikan keluarga itu bagi anak-anak yang sedang berkembang. Dalam uraiannya tentang tingkatan-tingkatan sekolah-sekolah yang dilalui oleh anak sampai mencapai tingkat kedewasaannya ia menegaskan bahwa tingkatan permulaan bagi pendidikan anak-anak dilakukan didalam keluarga yang disebutnya secola-materna (sekolah ibu).



b. J.J. Rouseau (1712 –1778)
Sebagai salah seorang pelopor ilmu jiwa anak, mengutarakan pula beta pentingnya pendidikan keluarga itu. Ia menganjurkan agar pendidikan anak-anak disesuaikan dengan tahap-tahap masa perkembangannya sedari kecil.
Perlu pula kita ketahui bahwa dasar pendidikan menurut J.J. Rouseau ialah alam anak-anak yang belum rusak, anak-anak harus dididik sesuai dengan alamnya. Kata-kata J.J. Rouseau yang penting dan selalu menjadi pedoman bagi kaum pendidik ialah anak itu bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Pikiran, perasaan, keinginan dan kemampuan anak itu berbeda dengan kemampuan orang dewasa.
c. C.G. Salzmann (1744 – 1811)
Seorang penganut aliran philantropinum, dalam karangannya, Krebs Buchlein (buku udang garang). C.G. Salzmann mengatakan bahwa segala kesalahan anak-anak adalah akibat perbuatan pendidiknya, terutama orang tua. Orang tua pada masa C.G. Salzmann dipandangnya sebagai penindas yang menyiksa anaknya dengan pukulan yang merugikan kesehatannya, dan menyakiti perasaan-perasaan kehormatannya. Di sini C.G. Salzmann hendak menunjukkan bahwa pendidikan keluarga atau orang tua penting sekali ia juga menunjukkan betapa besar pengaruh lingkungan alam sekitar terhadap pertumbuhan dan pendidikan anak-anak.

3. Peranan Anggota Keluarga terhadap Pendidikan Anak
a. Pernanan Ibu
Pada kebanyakkan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang penting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu disampingnya. Ibulah yang memberi makan, minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. Itulah sebabnya kebanyakan anak lebih cinta kepada ibunya daripada kepada anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang hidup terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah seorang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa.
Sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga, dapat disimpulkan bahwa peranan ibu dalam pendidikan anak-anaknya adalah sebagai berikut :
- Sumber dan pemberi kasih sayang;
- Pengasuh dan pemelihara;
- Tempat mencurahkan isi hati;
- Pengatur kehidupan dalam rumah tangga;
- Pembimbing hubungan pribadi;
- Pendidik dalam segi-segi emosional.
b. Peranan Ayah
Disamping ibu, seorang ayahpun memegang peranan yang penting pula. Anak memandang ayahnya sebagai orang yang tertinggi gengsinya atau prstisnya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekeerjaan sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih anak yang agak besar.
Meskipun demikian di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesahalan pendidikan yang diakibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka-lagi seorang ayah yang sengaja tidak mau berurusan dengan pendidikan anak-anaknya.
Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu di dalam keluarga, ditinjau dari fungsi dan tugasnya sebagai ayah, dapat dikemukakan disini bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai berikut :
- Sumber kekuasaan di dalam keluarga;
- Penghubung intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar;
- Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga;
- Pelindung terhadap ancaman dari luar;
- Hakim atau mengadili jika terjadi perselisihan;
- Pendidik dalam segi-segi rasional.

c. Peran Nenak
Selain seorang ibu dan ayahnya banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari nenek dan kakek atau pun keduanya.
Umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih sayang, yang mencurahkan kasih sayangnya yang berlebih-lebihan terhadap cucu-cucunya. Merkea tidak mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya itu, mereka semata-mata memberi belaka. Maka dari itu, mereka memanjakan cucu-cucunya dengan sangat berlebih-lebihan.
Dalam suatu keluarga yang diam serumah dengan nenek yang sering kali terjadi pertengkaran atau perselisihan antara orang tua anak dan nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya. Pandangan orang tua anak tentang mendidik anaknya sering betentangan dengan pandangan nenek yang merasa bahwa si nenek itu sudah lebih banyak “makan garam” dari pada anaknya orang tua anak itu.
Dari pengalaman, orang dapat mengetahui bahwa untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya sering lebih baik jika keluarga itu tinggal terpisah dari nenek. Kunjungan nenek yang sewaktu-waktu dan bermalam sekali-kali di rumah orang tua telah cukup untuk menyenangkan hati anak.
d. Peranan Pembantu Raumah Tangga (Pramuwisma)
Keluarga yang berkecukupan sosial ekonominya sering memiliki seorang lebih atau pembantu rumah tangga atau pramuwisma, disamping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga, seperti memasak, mencuci dan menyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyeiram halaman hias, sering pula di serahi tugas untuk mengasuh atau memelihara anak-anak. Bahkan, ada pula pramuwisma yang diserahi tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (baby sitter) karena kedua orang tua anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah diluar rumah. Dalam hal demikian pramuwisma dapat dikatakan anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam keluarga.
Pada umumnya pramuwisma (yang bukan baby sitter) tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam hal mengasuh atau mendidik anak-anak, apalagi pramuwisma yang masih muda atau yang belum pernah berkeluarga.
Peranan pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga seyogyanya hanyalah sebagai “pembantu” pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dan mendntukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.

4. Pengaruh Lingkungan Keluarga terhadap Pendidikan Anak-anak
Kita semua tentu telah maklum bahwa pengaruh keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya berbeda-beda. Sebagian keluarga atau orang tua mendidik anak-anaknya menurut pendirian-pendirian modern, sedangkan sebagian lagi masih menganut pendirian-pendirian yang kuno atau kolot.
Keadaan tiap-tiap keluarga berlain-lainan pula satu sama lain. Ada keluarga yang kaya, ada keluarga yang selalu diliputi oleh suasana tenang dan tentram, ada pula yang selalu gaduh, bercekcok dan sebagainya. Dengan sendirinya keadaan dalam keluarga yang bermacam-macam coraknya itu akan membawa pengaruh yang berbeda-beda pula terhadap pendidikan anak-anak.
Bagaimana cara mendidik yang berlaku dalam keluarga itu, demikianlah cara anak itu mereaksi terhadap lingkungannya.
Jika di dalam lingkungan keluarganya, anak itu sering di tertawakan dan diejek jika tidak berhasil melakukan sesuatu, maka dengan tidak sadar ia akan berhati-hati tidak akan mecoba melakukan yang baru atau yang sukar, ia akan menjadi orang yang selalu diliputi oleh keragu-raguan.
Jika di dalam lingkungan keluarganya ia selalu di anggap dan di katakan bahwa ia masih kecil dan karena itu belum dapat melakukan sesuatu, kemungkinan besar anak itu akan menjadi orang yang selalu merasa kecil, tidak berdaya, tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Ia akan berkembang menjadi orang yang bersifat masa bodoh, tidak atau kurang mempunyai perasaan harga diri.
Sebaliknya, jika anak itu dibesarkan dan dididik oleh orang tua atau lingkungan keluarga yang mengetahui akan kehendaknya dan berdasarkan kasih sayang kepadanya, ia akan tumbuh menjadi anak yang tenang mudah menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Waktunya akan berkembang dengan tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang besar.

BAB II
PENDIDIKAN DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH



1. Macam-macam Lingkungan Pendidikan
Pada umumnya, kita telah mengetahui bahwa anak-anak semenjak dilahirkan sampai menjadi manusia dewasa, menjadi orang yang dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab sendiri dalam masyarakat, harus mengalami perkembangan. Baik buruknya hasil perkembangan anak itu terutama bergantung kepada pendidikan (pengaruh-pengaruh) yang diterima anak itu dari berbagai lingkungan pendidikan yang dialaminya. Adapun macam-macam lingkungan (tempat) pendidikan itu ialah :
a. Lingkungan keluarga;
b. Lingkungan sekolah;
c. Lingkungan kampung;
d. Lingkungan perkumpulan pemuda;
e. Lingkungan negara dan sebagainya.

2. Perbedaan Lingkungan Keluarga dan Lingkungan Sekolah
a. Perbedaan pertama ialah rumah atau lingkungan keluarga, yakni lingkungan pendidikan yang sewajarnya.
Sudah sewajarnya bahwa keluarga, terutama orang tua, memelihR Dn mendidik ank-anaknya dengan rasa kasih sayang. Perasaan kewajiban dan tanggung jawab yang ada pada orang tua untuk mendidik anak-anaknya timbul dengan sendirinya, secara alami, tidak karena disuruh oleh orang lain.demikian pula perasaan kasih sayang orang tua terhadao anak-anaknya adalah kasih sayang sejati, yang timbul dengan spontan, tidak dibuat-buat.
Anak menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang tuanya, tempat ia mencurahkan isi hatinya, anak merasa satu dengan anggota-anggota dari keluarganya,tidak merasa asing seperti dengan anggota-anggota keluarga lain.
Sedangkan sekolah adalah buatan manusia. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memberi bekal persiapan hidup bagi anak-anaknya.
Guru sebagai pendidik adalah lain dari orang tua, orang tua menerima tugasnya sebagai pendidik dari tuhan atau kodratnya, Guru menerima tugas dan kekuasaan sebagai pendidik dari pemerintah atau negara. Guru adalah pendidik karena jabatanya.
Maka dari itu, sudah sewajarnya pula bahwa kasih sayang guru terhadap murid-muridnya tidak akan sedalam kasih sayang oerang tua terhadap anak-anaknya. Hubungan guru dengan anak didiknya hanya bersifat sementara, tidak tetap, karena guru sering berganti-ganti dan berpindah-pindah, demikian pula murid-muridnya.


b. Perbedaan Kedua Adalah Perbedaan Suasana
Dalam lingkungan keluarga anak lebih merasa bebas dari pada di sekolah. Anak bebas dalam segara gerak-gerik, seperti, makan, minum, tidur, tertawa, bermain, bekerja, dan sebagainya, asal tidak melanggar kesopanan adat istiadat yang berlaku dalam keluarga itu.
Sedangkan kehidupan pergaualan disekolah sifatnya lebih zakelijk dan lebih lugas. Disekolah harus ada ketertiban dan peraturan-peraturan tertentu yang harus dijalankan oleh tiap-tiap murid dan guru. Pergaulan antara anak-anak sesamanya dan antara anak-anak dan guru lebih bersifat zakelijk dan objektif dari pada pergaulan didalam lingkungan keluarga yang lebih diliputi oleh suasana kasih sayang sejati.
Anak-anak tidak bolen ganggu-menganggu, masing-masing hendaklah melakukan tugas dan kewajiban menurut peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Suasana di sekolah lebih mendekati suasana kerja dari pada suasana bermain-main, maka dari itu disekolah anak-anak lebih tidak lebih bebas, lebih terkekang oleh peraturan-peraturan dari pada dilingkungan keluarga.


c. Perbedaan ktiga ialah perbedaan tanggung jawab
Telah dikatakan bahwa orang tua atau dikeluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anak dari tuhan atau karena kodratnya Keluarga yaitu, orang tua bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya, sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya. Bagaimana seharusnya anak-anak itu berbuat, bertingkah laku, berkata-kata dan sebagainya. Terutama bergantung kepada teladan dan pedidikan yang dilakukan oleh keluarganya. Anak itu akan berkelakuan baik, jujur, sabar, suka menoling, ataukah akan menjadi jurang, pemarah, sosial dan sebagainya, terutama adalah tanggung jawab orang tua dalam memberi pendidikan anak-anaknya. Tentu saja disamping pendidikan watak, orang tua juga memberikan pelajaran-pelajaran atau kepandaian-kepandaian meskipun secara sederhana.
Sedangkan sekolah (guru-guru) lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta pendidikan keterampilan (skill) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti, dan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat pada waktu itu. Tentu saja dalam hal ini tidak berarti bahwa guru boleh mengabaikan begitu saja pendidikan untuk anak-anak didiknya. Tetapi, seperti telah dikatakan bahwa sekolah berkewajiban dan bertanggung jawab atas hasil pelajaran-pelajaran yang telah diberikan kepada anak-anak, yang umumnya keluarga yang tidak mampu lagi memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang dibgerikan di sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga.
Jelas sekarang bagi kita bahwa sebenarnya tugas orang tua atau keluarga dan sekolah hampir bersamaan : keduanya melaksanakan pendidikan keseluruhan dari anak didik, perbedaannya hanyalah yang satu lebih menitikberatkan kepada salah satu segi pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya masing-masing.

3. Kerjasama antara keluarga dan sekolah
a. Pentingnya kerjasama antara keluarga dan sekolah bagi pendidikan
Kita tahu bahwa anak-anak yang kita didik adalah berasal dan masih akan tetap tinggal dan dididik oleh keluarga, maka akan memperoleh manfaat yang sangat berharga jika dalam mendidik anak-anak sekolah dapat bekerja sama sebaik-baiknya dengan keluarga.
Dengan adanya kerjasama itu, orang tua akan dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keternagan-keterangan dari orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Keterangan-keterangan orang tua itu sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan pendidikan terhadap murid-muridnya juga dari keterangan-keterangan orang tua murid, guru dapat mengetahui keadaan alams ekitar tempat-tempat murid-muridnya itu dibesarkan. Demikian pula, orang tua dapat mengetahui kesulitan-kesulitan manakah yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah.
b. Cara-cara untuk mempererat hubungan dan kerjasama antara keluarga dan sekolah.
1. Mengadakan pertemuan dengan orang tua pada hari penerimaan murid baru
Berfungsi untuk membicarakan tentang perlunya kerjasama dalam mendidik anak-anaknya agar jangan sampai terjadi atau timbul salah faham. Mengadakan ceramah tentang cara-cara mendidik anak-anak yang baru masuk sekolah itu.
2. Mengadakan surat menyurat antara sekolah dan keluarga.
Surat menyurat itu perlu diadakan, terutama pada waktu-waktu yang sangat dikerjakan bagi perbaikan pendidikan bagi anak-anaknya. Seperti surat peringatan dari guru kepada orang tua jika anaknya perlu lebih giat, sering mangkir atau membolos, dan lain-lain.
Alangkah baiknya jika surat-menyurat timbul dari orang tua sendiri kepada guru atau kepala sekolah, maupun ketika orang tua memerlukan keterangan bagaimana tingkah laku anaknya di sekolah. Adakah anaknya itu tidak menyusahkan guru dan sebagainya sebab, ternyata banyak anak-anak yang menunjukkan tingkah laku yang berlawanan di rumah dengna di sekolah.
3. Adanya daftar nilai atau rapor
Rapor pun bisa dipakai sebgaai penghubung antara sekolah dan orang tua murid. Sekolah dapat memberikan peringatan atau meminta bantuan orang tua yang hasil rapornya kurang baik, atau sebalinya jika anaknya mempunyai keistimewaan dalam suatu mata pelajaran agar dapat lebih giat mengembangkan bakatnya .
4. Kunjungan guru ke rumah orang tua murid, atau sebalinya kunjungan orang tua murid ke sekolah
Hal ini lebih menguntungkan daripada hanya mengandalkan surat menyurat daja. Tentu saja kunjungan guru ke rumah orang tua murid itu dilakukan bilamana diperlukan, misalnya untuk membicarakan kesulitan-kesulitan yang dialami di sekolah terhadap anak-anaknya. Umumnya orang tua murid akan merasa senang sekali atas kunjungan guru itu karena ia merasa bahwa anaknya itu sungguh-sungguh diperhatikan. Demikian pula, kepala sekolah dapat memberi surat kepada orang tua untuk datang ke sekolah bilamana ada sesuatu tentang anaknya, yang perlu dibicarakan di sekolah atau bersama dengna guru.
5. Mendirikan perkumpulan orang tua murid dan guru (POMG)
Jika perkumpulan semacam ini sudah dapat diusahakan, segala usaha yang telah diuraikan di muka lebih mudah dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selaiin itu, sekolah dapat mengadakan pertemuan-pertemuan secara teratur untuk membicarakan masalah-masalah mendidik yang masih banyak kesalahan yang terdapat pada orang tua. Adanya POMG dapat membantu kelancaran jalannya pengajaran di sekolah itu. Pelbagai masalah pengajaran seperti pengumpulan uang untuk memperindah sekolah, untuk menambah ruang guru, melengkapi kekurangan alat-alat pelajaran, mengadakan perpustakaan sekolah, mengadakan pesta sekolah, mengadakan karyawisata dan lain-lain dapat diusahakan dengna mudah. Semuanya itu dapat dimintakan bantuan dan permufakatan dengan pengurus POMG.
Akan tetapi setiap sekolah yang mempunyai POMG hendaklah selalu menjaga agar ada batas-batas yang tegas antara fungsi atau pekerjaan sekolah sebagai instansi pemerintah yang mempunyai hierarki sendiri dan tugas kewajiban pengurus POMG tersebut.


4. Taman Kanak-kanak sebagai jembatan antara keluarga dan sekolah.
Manfaat TK itu antara lain dapat kita lihat dari tujuan frobel mendirikan kinder ganten, yaitu :
1) Memberikan pendidikan yang lengkap kepada anak-anak (kira-kira 3 sampai 6 tahun) sesuai dengan perkembangannya yang wajar karena pendidikan di rumah tidak mencukupi sama sekali.
2) Memberikan pertolongan dan bimbingan kepada para ibu dalam mendidik anaknya.
Karena kebanyakan ibu pada umumnya sekarang kurang mempunyai waktu yang cukup untuk bergaul dan bermain dengan anaknya, disebabkan dengan banyaknya pekerjaan di rumah maupun di luar rumah tangganya.
3) Mendidik dan menyiapkan para calon ibu dalam teori dan praktik untuk menjadi pemimpin Kinder Ganten dan untuk tugasnya sebagai ibu di kemudian hari. Dengna adanya TK mau tidak mau harus ada sekolah yang khusus untuk mendirikan para calon guru yang nantinya akan ditempatkan ditempatkan di TK.

No comments:

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda! Jangan Lupa Untuk Meninggalkan Komentar!.