KATA PENGANTAR
Syukur
Alhamdullilah kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniannya, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah “Konsep Kebidanan” dalam hal ini kami mengambil
materi “TEORI & MODEL KONSEPTUAL ASUHAN KEBIDANAN” ini dengan baik dan
lancar.
Makalah
teori & model konseptual asuhan kebidanan ini diperuntukan khusus untuk
mahasiswa program studi kebidanan Stikes Indramayu agar memudahkan proses
belajar mengajar di Stikes Indramayu.
Dalam
penyususnan makalah ini tentunya kami tidak lepas dari bantuan dan dukungan
beberapa pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung telah ikut dalam
penyelesaian makalah ini.
Makalah
ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karenanya kritikan dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan”
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin
Indramayu, Oktober 2009
Penyusun
MODEL KONSEPTUAL
KEBIDANAN
A.
PENGANTAR TEORI KEBIDANAN
Teori adalah seperangkat konsep atau pernyataan yang
dapat secara jelas menguraikan fenomena penting dalam sebuah disiplin ilmu.
Kebidanan merupakan ilmu yang terbentuk dari sintesa
berbagai disiplin ilmu (multi disiplin) yang terkait dengan pelayanan kebidanan
meliputi ilmu kedokteran, keperawatan, sosial, perilaku, budaya, kesehatan
masyarakat, menagemen untuk dapat memberikan pelayanan kebidanan pada ibu dalam
masa pra konsepsi, hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir yang meliputi
pendeteksian keadaan abnormal pada ibu dan anak, melaksanakan konseling dan
mendirikan kesehatan terhadap ibu, keluarga dan masyarakat. (50 Tahun IBI
2001).
Kebidanan adalah seni dan praktek yang
mengkombinasikan ilmu, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat atau
ketepatan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya yang
normal, termasuk kelahiran bayi dengan mengikutsertakan keluarga dan orang yang
berarti bagi dirinya. (Lang, 1979).
Jadi Teori Kebidanan merupakan
seperangkat konsep yang dapat menguraikan secara jelas tentang disiplin ilmu kebidanan.
B. PENGANTAR TEORI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Pengantar
teori dalam praktek kebidanan dituangkan dalam standar pelayanan kebidanan yang
berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan.
Penerapan
standar pelayanan akan melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat
dilakukan dengan jelas.
Dengan
adanya standar pelayanan dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh
masyarakat akan memberikan kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana
pelayanan.
Suatu
standar akan efektif bila dapat diobservasi, diakui, realistic, mudah dilakukan
dan dibutuhkan. Bila setiap ibu diharapkan mempunyai akses terhadap pelayanan
kebidanan maka diperlukan standar pelayanan kebidanan untuk peningkatan
kualitas pelayanan kebidanan. Suatu pelayanan disebut berkualitas bila tingkat
pelayanan tersebut seorang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan
demikian standar penting untuk pelaksanaan, pemeliharaan dan penilaian kualitas
pelayanan.
Masalah
yang ditemukan dalam penyusunan standar pelayanan kebidanan adalah bahwa
diantara apa. yang telah biasa dilakukan dalam praktek kebidanan sebenamya
merupakan tindakan ritualistic yang tidak diriasarkan pada pengalaman praktek
yang terbaik.
Dalam
standar praktek kebidanan tindakan yang bersifat ritualistic seperti melakukan
episiotomi secara rutin dan memandikan bayi setelah lahir sudah tidak
dianjurkan lagi. Perubahan standar pelayanan seperti ini diriasarkan pada
pengalaman yang terbaik dari para praktisi di seluruh dunia.
Standar
praktek kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang
diperlukan bidan dalam menjalani praktek sehari-hari. Standar ini juga dapat
digunakan sebagai standar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan
mengembangkan kurikulum pendidikan. Juga dapat untuk membantu dalam menentukan
kebutuhan operasional dalam penerapannya, misalnya kebutuhan akan
pengorganisasian, mekanisme peralatan dan obat yang diperpukan.
Ketika
audit terhadap pelayanan kebidanan dilakukan, maka berbagai kekurangan yang
berkaitan dengan hal-hal tersebut akan ditentukan sehingga dapat dilakukan
perbaikan yang lebih spesifik.
C. MODEL DAN TEORI DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
Model
adalah suatu contoh, peraga untuk menggambarkan sesuatu. Tujuan model adalah
membuat kerangka pengertian dalam memberikan pelayanan.
Konsep
adalah penopang sebuah teori yang menjelaskan tentang suatu teori yang
menjelaskan tentang suatu teori yang dapat dites dalam suatu observasi atau
penelitian. Konseptual model adalah gambaran abstrak dari suatu ide yang
menjadi dasar suatu disiplin.
Model
asuhan kebidanan yaitu kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses
kehidupan yang normal.
Dalam asuhan kebidahan termasuk:
1.
Memonitor kesejahteraan ibu
baik fisik, psikologis maupun sosial dalam siklus kehamilan dan persalinan.
2.
Mempersiapkan ibu dengan
memberikan pendidikan, konseling, asuhan prenatal, dalam proses persalinan dan
bantuan masa post partum.
3.
Intervensi teknologi seminimal
mungkin.
4.
Mengidentifikasi dan memberikan
bantuan obstetric yang dibutuhkan.
5.
Ruang lingkup praktek kebidanan
v Menolong persalinan
v Konseling
v Penyuluhan
v Asuhan pada saat hamil, melahirkan; nifas dan BBL
v Deteksi dini penyakit
v Pengobatan terbatas ginekologi
v Pertolongan gawat darurat
v Pengawasan tumbuh kembang
v Supervisi
Praktek kebidanan, managemen
kesehatan wanita secara mandiri berfokus pada kehamilan, persalinan , nifas,
asuhan BBL, KB dan kesehatan reproduksi wanita.
D. TEORI RAMONA T. MERCER
Mercer banyak memfokuskan teorinya
pada pengembangan teori dengan menerapkan hasil penelitian dalam asuhan ibu.
Dalam teorinya Mercer lebih menekankan pada stress antepartum dalam pencapaian
peran ibu. Penilaian orang; teori ini lebih ke arah praktek, ia memperlihatkan
wanita saat melahirkan, wanita pada awaf post partum, lebih mendekatkan diri
pada bayi daripada melakukan tugasnya sebagai ibu. Teori Mercer banyak
digunakan dalam keperawatan dalam bentuk Text Book Obstetri.
Pokok bahasan salam teori ini
adalah :
- Efek stress antepartum
- Pencapaian peran ibu Efek Stress Antepartum
Tujuan
: memberikan dukungan selama hamil untuk mengurangi lemahnya
lingkungan serta dukungan sosial serta kurangnya kepercayaan diri.
Dalam
penelitiannya ia menemukan 6 faktor yang mempunyai hubungan dengan status
kesehatan :
- Hubungan interpersonal
- Peran keluarga
- Stress antepartum; komplikasi dari resiko kehamilan dan pengalaman negatif dalam hidup.
- Dukungan sosial.
- Rasa percaya diri.
- Penguasaan rasa takut, depresi dan keraguan.
Mercer
memberikan 3 model yang saling berhubungan antara peran individu, peran timbal
baik dan peran keluarga terhadap status kesehatan.
Famili sistem yang dinamik termasuk
sub sistem individu dan pasangan.
Penting memperhatikan subsistem dan
hubungan timbal baik antara ibu-bapak, ibu janin, ibu-orang lain.
Peran ibu (matemal role) menjadi
seorang ibu berarti memperoleh identitas baru yang membutuhkan pemikiran dan
penguraian yang lengkap tentang diri sendiri.
Satu-dua juta ibu di amerika yang
gagal memerankan peran ibu terbukti dengan tingginya jumlah anak yang mendapat
perlakukan kejam (Mercer, 1981).
Menurutnya menjadi seorang ibu tidak
hanya pribadi wanita yang menjadi ibu, tetapi ia juga melihat
kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu dalam melaksanakan peran ibu. Peran dan
partisipasi suami sangat penting untuk menyakinkan dan memberikan penghargaan
terhadap peran baru ini.
Pencapaian peran ibu dalam kurun
waktu tertentu dimana ibu menjadi dekat dengan bayinya yang membutuhkan
pendekatan yang berkompeten termasuk peran dalam mengekspresikan kepuasan dan
penghargaan peran. Peran aktif ibu dan pasangannya berinteraksi satu dengan
yang lain.
Menurut
Mercer, stress yang disebabkan oleh adanya resiko kehamilan akan mempengaruhi
penilaian diri terhadap status kesehatan. Penghargaan diri, status kesehatan
dan dukungan sosial mempunyai efek langsung yang positif terhadap penguasaan.
Dan mempunyai efek negatif terhadap ketakutan dan depresi yang mempunyai efek
negatif yang langsung terhadap fungsi keluarga.
Hasil
penelitian wanita dengan kehamilan resiko tinggi mengalami fungsi keluarga yang
kurang optimal daripada wanita dengan kehamilan resiko rendah.
Ekspresi
peran banyak dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu. Mercer menguraikan 4 langkah dalam pencapaian peran ibu:
- Anticipatory
adalah suatu masa sebelum
menjadi ibu, memulai penyesuaian sosial dan psikologi terhadap peran barunya
nanti dengan mempelajari apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi seorang ibu.
- Fonnal
Dimulai dengan peran
sesungguhnya seorang ibu. Pada masa ini bimbingan peran secara formal dan
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial dari wanita.
- Informal
Dimulai pada saat wanita
telah seorang menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan perannya sebagai ibu lahir telah
seorang menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran bainya ini.
- Personal
Dimulai pada saat wanita
telah sepenuhnya seorang melaksanakan perannya sebagai ibu.
Bila
Rubin menyatakan bahwa pencapaian peran ibu ini dimulai sejak mulai hamil
sampai 6 bulan setelah melahirkan. Mercer melihat bahwa peran aktif seorang
wanita dalam pencapaian peran ini
umumnya dimulai setelah bayi lahir yaitu pada 3 bulan sampai 7 bulan post
partum. Mercer menemukan 11 faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian
peran ibu yaitu:
a. Factor ibu
v Umur ibu pada waktu melahirkan.
v
Persepsi
ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali.
v Memisahkan ibu dan anak secepatnya.
v Stress sosial
v Dukungan sosial
v Konsep diri
v Sifat pribadi
v Sikap terhadap membesarkan anak
v Status kesehatan ibu.
b.
Factor bayi
v Temperamen
v Kesehatan bayi
c.
Factor-Faktor Lain
v Latar Belakang Etnik
v Status Perkawinan
v Status Ekonomi
Suatu haf yang sangat menarik yang dikemukakan oleh Mercer adalah
penekanannya pada pengaruh bayi (infant personality) pada waktu ibu
melaksanakan perannya sebagai ibu. .
Dengan mengambil factor sosial
suppprt, Mercer mengidentifikasi 4 faktor pendukung yaitu :
- Emosional Support
Adalah perasaan mencintai, penuh perhatian, percaya diri
dan mengerti.
- Informational Support
Yaitu membantu individu untuk menolong dirinya sendiri
dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan
dengan masalah situasi.
- Physical Support
Adalah pertolongan yang langsung seperti membantu
merawat bayi dan memberikan dukungan dana.
- Appraisal Support
Merupakan informasi yang menjelaskan tentang peran pelaksanaan,
bagaimana ia menampilkan dalam peran. Hal ini memungkinkan individu seorang
mengevaluasi dirinya sendiri yang berhubungan dengan penampilan orang lain.
Menurutnya factor-faktor yang mempengaruhi pencapaian
peran fungsi ibu adalah : umur, tingkat pendidikan, ras, status perkawinan,
status ekonomi dan konsep diri.
Mercer menguraikan 4 faktor
dalam masa adaptasi yaitu :
1.
Physical Recovery Phase (Lahir-1
Bulan)
Merupakan adaptasi terhadap fungsi tubuh. Selain
pemulihan sendiri juga termasuk di dalamnya perkembangan bayi. Secara
psikologis ibu khawatir terhadap resiko menjadi seorang ibu. Masa pemulihan
sangat penting karena bila fungsi tubuh tidak kembali seperti semula akan
menimbulkan keluhan psikologis dan sosiologis yang berkepanjangan bagi ibu.
2.
Achievement Phase (Z- 4/5 Bulan)
3.
Disruption phase (6-8 bulan)
4.
Reorganisation Phase (8 -12
Bulan)
Bidan yang diharapkan mercer dalam
teorinya membantu wanita dalam melaksanakan tugasnya yang
berhubungan dengan adaptasi peran ibu dan mengidentifikasi factor apa yang
mempengaruhi peran ibu dalam pencapaian peran ibu dalam pencapaian peran,
fungsi dan kontribusi dari stress antepartum.
E. TEORI REVA RUBIN
Penekanan Rubin dalam teori maupun
penelitian yang dilakukannya adalah pencapaian peran ibu. Whurut Rubin untuk
mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui
serangkaian aktifitas berupa tafihan-latihan. dalam proses ini wanita
diharapkan seorang mengidentifikasi bagaimana seorang wanita mampu mengambil
peran seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat mengakibatkan efek yang
negatif misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti
bagi seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang akan
dialaminya kelak sehingga ia seorang beradaptasi dengan perubahan yang akan
dihadapinya, khususnya perubaan psikososial dalam kehamilan dan setelah
melahirkan.
Rubin mengatakan sejak hamil seorang
wanita sudah mempunyai harapan sebagai berikut:
a.
Kesejahteraan ibu dan bayi
b.
Penerimaan masyarakat
v Penentuan identitas diri
v Mengerti tentang arti memberi dan
menerima.
Perubahan yang umumnya
terjadi pada wanita pada waktu hamil :
1. Cenderung lebih tergantung dan
membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat berperan sebagai calon ibu dan
seorang memperhatikan perkembangan janinnya.
2. Membutuhkan sosialisasi.
Tahapan psikososial
(psikososial stage):
1.
Anticipatory Stage
Pada tahap ini ibu-ibu.
melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak yang lain.
2.
Honeymoon Stage
Ibu mulai memahami
sepenuhnya peran dasarnya. Pada tahap ini ibu memerlukan bantuan anggota
keluarga lain.
3.
Plateu Stage
Pada tahap ini ibu akan
mencoba dengan sepenuhnya apakah ia telah seorang menjadi ibu. Tahap ini
membutukan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri.
4.
Disengagement
Tahap ini merupakan tahap
penyelesaian dimana latihan peran dihentikan. Pada tahap ini berperan sebagai
orang tua belum jelas.
Reaksi yang umum pada
kehamilan:
1. Trimester I :
Ambivalen, takut; fantasi, khawatir.
2. Trimester II : Perasaan lebih enak, meningkatnya kebutuhan untuk mempelajari tentang perkembangan
dan pertumbuhan janin, menjadi narsistik, pasif, introvert, kadang kelihatan
egosentrik dan self centered.
3. Trimester III :
Berperasaan aneh, sembrono / jelek, menjadi
lebih introvert, merealisasikan terhadap pengalaman masa kecil.
ARTI DAN EFEK KEHAMILAN PADA PASANGAN
1. Pasangan merasakan perubahan tubuh
pasangannya pada kehamilan 8 bulan - 3 bulan setelah melahirkan.
2. Laki-laki juga mengalami perubahan fisik
dan psikososial selama pasangannya hamil.
3. Anak yang akan dilahirkan merupakan
gabungan dari 3 perbedaan yang ada yaitu :
a. Hubungan ibu dengan pasangan.
b.
Hubungan ibu dengan janin yang
berkembang,
c.
Hubungan ibu dengan individu
yang unik.
4.
Ibu tidak pernah lagi menjadi
sendiri.
5.
Tugas yang harus dilaksanakan
seorang wanita atau pasangan dalam kehamilan :
a.
Percaya bahwa ia hamil dan
berhubungan dengan janin dalam satu tubuh.
b.
Persiapan terhadap pemisahan
secara fisik pada kelahiran janin.
c.
Penyelesaian dan identifikasi
kebingungan seiring dengan peran transisi untuk mempersiapkan fungsi keluarga.
3
Aspek yang diidentifikasi dalam
peran ibu :
1.
Gambaran tentang idaman.
2.
Gambaran tentang diri.
Adalah bagaimana wanita tersebut memandang dirinya
sebagai bagian dari pengalaman dirinya. Gambaran ini yang digunakan oleh wanita
untuk menggambarkan dirinya.
3.
Gambaran tubuh
Berhubungan dengan perubahan fisik yang terjadi selama
kehamilan dan perubahan yang spesifik yang terjadi selama kehamilan dan setelah
melahirkan.
Rubin mefihat beberapa tahap I fase aktivitas penting
sebelum seseorang menjadi ibu:
Ø Taking On
Wanita meniru dan melakukan peran ibu, fase ini dikenal
sebagai tahap meniru
Ø Taking In
Pada tahap ini fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi
sudah mulai membayangkan peran yang dilakukanhya pada tahap sebelumnya :
introjection, projection dan rejection merupakan tahap dimana wanita menirukan
model-model yang ada sesuai dengan pendapatnya.
Ø Letting Go
Merupakan fase dimana wanita mengingat kembali.
proses dan aktivitas yang sudah
dilakukannya.
Pengalaman baik interpersonal maupun situasional yang
berhubungan dengan masa lalu dirinya
sebelum proses yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan serta harapan
untuk masa yang akan datang. Pada tahap ini wanita akan meninggalkan perannya
pada masa yang lalu.
F. TEORI JEAN BALL
"Teori kursi goyang keseimbangan emosional ibu"
Tujuan asuhan maternitas : agar ibu
seorang melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis.
Psikologis dalam hal ini tidak hanya
pengaruh emosional tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi
kebutuhan untuk menjadi orang tua terpenuhi. Kehamilan dan persaingan dan masa
post partum adalah masa untuk mengadopsi peran baru.
Teori ball:
- Teori perubahan
- Teori stress, coping dan support
- Teori dasar
Hypotesa ball :
Ø Respon emosional wanita terhadap perubahan yang terjadi bersama dari
dengan kelahiran anak yang mempengaruhi personality seseorang dan dengan
dukungan peran yang berarti mereka mendapatkan sistem keluarga dan sosial.
Persiapan yang sudah diantisipasi oleh bidan dalam masa post natal akan
mempengaruhi respon emosional wanita terhadap perubahan yang dialaminya pada
proses kelahiran anak.
Dalam teori kursi
gojiand, kurti yang dibentuk dalam tiga elemen:
1.
Pelayanan identitas
2.
Pandangan masyarakat terhadap
kelurga.
3.
Sisi penyanggah support
terhadap kepribadian wanita.
Kesejahteraan keibuan seorang wanita
sangat tergantung terhadap efektifitas ketiga elemen tersebut. Jika kursi
goyang tidak bisa ditegakkan maka tidak nyaman untuk diduduki
Teori jean ball dalam konsep :
Women
: Ball
memusatkan perhatiannya terhadap perkembangan emosional, sosial dan
psikological serang wanita dalam proses melahirkan.
Healfh
: Merupakan
pusat dari model Ball. Tujuan dari post natal care agar wanita seorang menjadi
seorang ibu.
Environment
: Aingkungan
sosial dan organisasi dalam sistem dukungan. Asuhan post natal misalnya
membutuhkan dukungan sangat penting untuk mencapai kesejahteraan.
Midwifery : Penelitian asuhan post natal misalnya
dikhawatirkan kurang efektif karena kurangnya pengetahuan tentang kebidanan.
Self : Secara jelas kita dapat melihat bahwa
peran bidan dalam memberikan dukungan dan membantu seorang wanita untuk menjadi
yakin dengan perannya sebagai seorang ibu.
Factor-faktor yang
mepengaruhi keseimbangan emosional:
Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa wanita yang boleh dikatakan sejahtera
setelah melahirkah sangat tergantung pada personality kepribadiannya, sistem
dukungan pribadi dan dukungan yang dipersiapkan pelayanan maternitas.
G.
TEORI ELA JOY LENRMAN
Dalam teori ini lehrman menginginkan agar bidan dapat melihat semua
aspek praktik memberikan asuhan pada wanita hamil dan memberikan pertolongan
pada persalinan. Macintyre (1980). Menurut lehrman menyelelidiki bahwa
pelayanan antenatal menunjukkan perbedaan antara prosedur administrasi yang
dibebankan dengan manfaat antenataf dan jenis pelayanan yang dialami seorang
wanita di klinik kebidanan karena berhubungan antara identifikasi factor resiko
dan keefektifan dari ahtonatal care terhadap hasil yahg diinginkan belum
terpenuhi.
Lehrman dan koleganya ingin menjelaskan perbedaan antara pengalaman
seorang wanita dengan keseorangan bidan untuk mengaplikasikan konsep kebidanan
dalam praktek.
Lehrman
mengemukakan 8 konsep yang penting dalam pelayanan antenatal :
- Asuhan yang berkesinambungan.
- Keluarga sebagai pusat asuhan.
- Pendidikan dan konseling merupakan bagian dari asuhan.
- Tidak ada intenensi dalam asuhan.
- Fleksibilitas dalam asuhan.
- Keterlibatan dalam asuhan.
- Advokasi dari klien.
- Waktu.
Asuhan partisipastive
Bidan
dapat melibatkan klien dalam pengkajian, evaluasi dan perencanaan. Pasien /
klien ikut bertanggung jawab ata ambil dalam pelayanan antenetal. Dalam
pemeriksaaan fisik, misalnya palipasi klien akan melakukan pada tempat tertentu
atau ikut mendengarkan denyut jantung.
Kedelapan
komponen yang dibuat Leherman ini kemudian diuji cobakan oleh Morten (1991)
pada pasien post partium.
Dari
hasil penerapan tersebut morten menambahkan 3 komponen lagi ke dalam 8 komponen
yang telah dibuat oleh leherman, yaitu :
1. Tehnik therapeutic.
- Pemberdayaan
- Hubungann sesama
Therapeutic
Proses komunikasi sangat bermanfaat dalam proses perkembangan dan penyembuhan, misalnya :
Ø Mendengar aktif
Ø Mengkaji
Ø Klarifikasi
Ø Humor
Ø Sikap yang tidak menuduh
Ø Pengakuan
Ø Fasilitasi
Ø Pemberi ijin
Empowerment (pembberdayaan)
Suatu dalam memberi kekuasaan dan
kekuataan. Bidan melalui penampilan dan pendekatannya akan meningkatkan
keseorangan pasien dalam mengoreksi, memvalidasi dan memberi dukungan.
Lateral Relationship
Menjalin hubungan yang baik terhadap
klien, bersikap terbuka, sejalan dngan klien sehingga antara bidan dan klienya
nampak akrab. Misalnya sikap empati atau berbagi pengalaman.
H. TEORI OREM
Orem
menamakan teori self-care deficit sebagai teori umum dalam keperawatan. Ada 3
teori yang terkait di dalamnya yaitu:
- Self care theory
- Self care deficit theory
- Nursing system theory
Self Care adalah :
Ø Kontribusi yang terus menerus dari
seorang dewasa terhadap kelanjutan eksistensi, kesehatan dan kesejahteraan.
Ø Individu pribadi yang memprakarsai dan
melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan,
kesehatan dan kesejahteraan.
Ø Individu yang peribadi yang
memperkrasai dan melaksanakan sendiri aktivitas yang diperlukan
Self
care model menekanakan bahwa setiap omg mempunyai kebutuhan untuk merawat
dirinya sendiri dan mereka mempunyai hak untuk memnuhi kebutuhan itu sendiri,
kecuafi bila tidak memungkinkan.
Orang
yang dapat memenuhi kebutuhan self care sendiri disebut sefl-care agent. Orang
dewasa yang normal dan sehat merupakan agent untuk dirinya sendiri: Sedangkan
untuk bayi, anak dan orang tidak sadar atau luka berat, keluarga atau perawat
merupakan dependent care agent.
Menurut orem kebutuhan
self-care dibadi 3 kategori :
- Universal Self-Care
Bertaku untuk semua orang
dikaitkan dengan fungsi dan proses kehidupan sering disebut sebagai kebutuhan
dasar manusia" '
- Developmental Self-Care
Kebutuhan ini timbul
menurut tahap perkembangan individu dan lingkungan dimana individu tersebut
berada dan mempengaruhi perkembangan hidup sesearang dihubungkan dengan
perubahan hidup seseorang atau siklus kehidupan.
- Health Deviation Self-Care
Kebutuhan
ini dibutuhkan karena keseatan seseorang tergnggu, misalnya keadaan sakit atau
ketidakseorangan yang mengakibatkan perubahan dalam perilaku self-care.
Bila ada
tuntutan merawat dirinya sendiri dan individu tersebut seorang memenuhi
tuntutan maka self-care ini memungkinkan, tetapi bila tuntutan lebih besar dari keseorangan individu untuk memenuhinya maka akan terjadi
ketidakseimbangan dan hal ini disebut self-care deficit.
Self-care deficit merupakan inti dari teori orem general
theory of nursing sebab hal ini menggambarkan kapan keperawatan ini diperlukan.
Self-care deficit merupakan criteria untuk
mengidentifikasi apakah seseorang memerlukan bantuan asuhan keperawatan. Dengan
demikian keperawatan diperlukan bila terdapat ketidak seorangan atau
keterbatasan seseorang dewasa atau oaring tua (untuk anak) dalam memenuhi
kebutuhan self-care yang diperlukan secara terus menerus atau bila timbul
kebutuhan untuk menggunakan tehnik khusus I menerapkan pengetahuan ilmiah dalam
merencanakan 1 menentukan asuhan.
Tujuan untuk memenuhi kebutuhan self-care dapat dicapai
dengan :
1.
Menurunkan kebutuhan self-care ke tahap
dimana pasien dapat memenuhinya.
2.
Meningkatkan
keseorangan pasien untuk memenuhi kebutuhan self-care.
3.
Memperbolehkan keluarga l orang lain
untuk memberikan dependent-care bila self-care tidak dimungkinkan.
4.
Apabila hal tersebut di atas tidak dapat dilaksanakan maka perawat akan melaksanakannya.
untuk memenuhi kebutuhan self-care
pasien dapat dilakukan oleh perawat dan atau oleh pasien sendiri melalui 3
macam sistem keperawatan dengan 5 metode bantuan.
3 sistem keperawatan:
1.
Totally Compensatory Nursing
System
Perawat mengambil alih tanggung jawab untuk melakukan
semua aktivitas yang untuk I memenuhi kebutuhan self-care.
2.
Partially Compensatory Nursing System
Perawat mengambil alih sebagian aktivitas untuk memenuhi
kebutuhan self-care On aktivitas lain
masih dapat dilakukan oleh pasien I keluarga.
3. Educative Supportive
Nursing System
Pasien berpotensi untuk memenuhi kebutuhan self-care.
Aktivitas perawat hanya memberi penyuluhan dan dukungan kepada pasien sehingga
diharapkan ia dapat memenuhi kebutuhan self-care untuk dirinya.
Untuk
dapat melaksanakan bantuan kepada pasien ada 5 aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu :
1. Menjalin hubungan yang baik dengan
pasien, keluarga, kelompok sampai dapat melepaskan diri melaksanakan sendiri
asuhan.
2. Menentukan bantuan yang bagaimana yang
dibutuhkan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Memberikan bantuan sesuai dengan
keinginan dan kebutuhan pasien.
4. Merencanakan bantuan langsung bersama
pasien dan keluarga I orang lain yang akan melakukan asuhan.
5. Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan asuhan
keperawatan dengan kegiatan pasien sehari-had, petayanan kesehatan yang lain
diperlukan l diterima dan pelayanan sosial dan pendidikan yang diperlukan I
diterima.
Dari uraian di atas jelas
bahwa untuk mencpai tujuan pemenuhan kebutuhan seperti yang diuraikan oleh orem
perlu pengetahuan tentang :
Ø Manusia
Ø Kebutuhan self-care
Ø Self-care deficit
Ø Penerapan 5 metode bantuan
Proses keperawatan
berdasarkan self-care model. Definisi proses keperawatan menurut orem :
Ø Menentukan mengapa seseorang
membutuhkah asuhan keperawatan.
Ø Menentukan sistem bantuan keperawatan.
Ø Merencanakan pelaksanaan bantuan
keperawatan yang spesifik.
Ø Memberikan dan mengevaluasi pelaksanaan
bantuan keperawatan.
Langkah-langkah
1. Pengkajian
Tujuan :
menentukan kebutuhan self care individu,
mengidentifikasi apakah ada atau tidaka ada self care deficit.
Perawat bekerjasama dengan
pasien I ketuarga dalam merencanakan strategi yang akan mengurangi l
menghilangkan deficit yang ada dengan:
Ø Mengurangi kebutuhan self care
Ø
Meningkatkan keseorangan pasien untuk
memenuhi kebutuhan self care Memperbolehkan keluarga I orang lain memberikan
dependent care Memenuhi langsung kebutuhan self-care
Ø
Mengkoordinasikan dan mengintegrasikan
asuhan keperawatan dengan kegiatan pasien sehari-hari, pelayanan kesehatan yang
lain diperlukan 1 diterima dan pelayanan sosial dan pendidkan yang diperlukan I
diterima.
3 kategori kebutuhan self care dapat dipakai sebagai
kerangka pengkajian :
a.
Universal
Menggunakan observasi, pengukuran dan wawancara untuk
mengidentifikasi pola normal kebutuhan pasien sehari-hari, mengidentifikasi dan
menganalisa ketidakseorangan melakukan self-care.
b.
Developmental
Mengidentifikasi perubahan gaya hidup pasien atau siklus
kehidupan dan kebutuhan akan pengembangan yang timbul dari perubahan tersebut.
c.
Health Deviation
Pengaruh sakit atau penyakit terhadap atau observasi
perilaku yang dapat mengarah pada penyakit.
2.
Perencanaan
Setelah mengidentifikasi self-care deficit maka data ini
dapat dipakai sebagai pemyataan masalah dalam rencana keperawatan. Kemudian
perawat menentukan sistem keperawatan yang diperlukan : totally compensatory,
partially compensatory atau educative I supportive serta tujuan yang telah
ditentukan oleh perawat-pasien, untuk menghilangkan self-care deficit.
3.
ImpIementasi
Merupakan tindakan yang mengandung 5 bantuan yaitu
melakukan untuk, memberi penyuluhan, membimbing, mendukung dan menciptakan
lingkungan yang menunjang tumbuh kembang.
4. Evaluasi
Evaluasi dilakukan terus menerus dengan membandingkan
perilaku yang diharapkan dalam tujuan dengan hasil tindakan yang dilakukan.
I. TEORI ERNESTINE WIEDENBACH
Ernestine wiedenbach sudah pernah
bekerja dalam suatu proyek yang mempersiapkan persalinan berdasarkan teori dr.
Dick read. Wiedenbach mengembangkan teorinya secara induktif berdasarkan
pengalaman dan observasinya dalam praktek.
Konsep yang luas menurut wiedenbach
yang nyata ditemukan dalam keperawatan yaitu:
1. The agent :
perawat, bidan atau orang lain
2. The recipient :
wanita, keluarga, masyarakat
3. The goal : metode
untuk mencapai bantuan
5. The framework :
organisasi sosial, lingkungan
professional.
The agent : the midwife
Filosofi wiedenbach tentang asuhan
kebidanan dan tindakan kebidanan dapat dilihat dalam uraiannya yang jelas pada
perawatan maternitas dimana kebutuhan ibu dan bayi yang _ segera untuk
mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah -dalam persiapan menjadi orang tua.
The goal : purpose
Disadari bahwa kebutuhan
masing-masing individu perlu diketahui sebetum menentukan goal. Bila sudah
diketahui kebutuhan ini, maka dapat diperkirakan goal yang akan dicapai dengan
mempertimbangkan tingkah laku fisik, emosianal aiau fisiological yang berbeda
dari kebutuhan normal.
The recipient :
Wanita / masyarakat yang oleh sebab
tertentu tidak seorang memenuhi kebutuhannya wiedenbach sendiri berpandangan
bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan seorang menentukan
kebutuhannya akan bantuan.
The means:
Untuk
mencapai tujuan dan asuhan kebidanan, wiedenbach menentukan beberapa tahap
yaitu :
- Identifikasi kebutuhan klien
2.
Ministration : Memberikan
dukungan dalam mencari pertolongan yang dibutuhkan
3.
Validation : Bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang
dibutuhkan
4. Coordination : Dengan ketenagaan yang direncanakan untuk
memberikan bantuan.
Untuk mengidentifikasi kebutuhan
ini diperlukan:
Ø Pengetahuan
Ø Judgement
Ø Ketrampilan
J. MODEL KONSEPTUAL ASUNAN KEBIDANAN
1. Paradigma Sehat
Strategi pembangunan nasional berwawasan kesehatan
Sebagai strategi nasional menuju Indonesia Sehat 2010 4 Paradigma sehat
a.
Dasar Pembangunan Kesehatan
1) Landasan idiil : Pancasila
2) Landasan konstitusional : UUD
1945
3)
UU No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatan
4)
WHO 1948 : diperolehnya derdjad kesehatan yang tingginya adalah hak
yang fundamental bagi setiap orang tanpa membedakan ras, agama, politik,
tingkat sosial ekonomi.
5) Dasar
pembangunan kesehatan
a)
Dasar perikemanusiaan
b)
Dasar adil dan merata
c)
Dasar pemberdayaan dan
kemandirian d) Dasar pengutamaan dan manfaat
b. Visi
® Indonesia Sehat 2010
Indikator Indonesia sehat 2010 adalah: sebagian atau
seluruh masyarakat Indonesia :
1.
Mendapatkan petayanan kesehatan
2.
Mempunyai lingkungan yang sehat
3.
Bergizi baik
4.
Berperilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS)
5.
Status kesehatan I derajad
kesehatan masyarakat optimal.
c.
Misi
1)
Menggerakkan pembangunan
nasional berwawawan kesehatan.
2)
Mendorong kemandirian
masyarakat untuk hidup sehat.
3)
Memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau.
4)
Memelihara dan meningkatkan
kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserfa lingkungannya.
d.
Strategi Untuk Mencapai Visi
Dan Misi
1)
Paradigma sehat ® pembangunan berwawasan kesehatan.
a.
Berorientasi pada peningkatan
perlindungan pendidikan kesehatan.
b.
Pembangunan kesehatan
ditekankan pada upaya preventif dan prornotif disamping upaya kuratif dan
rehabilitatif.
2)
Profesionalisme ®
Dilaksanakan melalui penerapan kemajuan ilmu :
a)
Pemantapan managemen SDM
b)
Pemantapan ilmu pengetahuan dan
teknologi, iman dan taqwa, etika.
c)
Penajaman konsep profesi
kedokteran dan kesehatan.
d)
Penciptaan aliansi strategis
dengan pihak lain --> dokter, bidan, obat, dll.
3)
JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat)
Cara penyelenggaraan kesehatan yang peripurna
berdasarkan usaha bersama dan kekeluargaan serta berkesenambungan dengan mutu
tedamin dan pembiayaan secara pra upaya.
Tujuan : Mewujudkan derajad kesehatan yang optimal melalui pemeliharaan
kesehatan paripuma.
Tiga
Pelaku Program JPKM
4)
Desentralisasi Dan
Otonomi
a)
Otonomi daerah dengan prinsip
demokratisasi.
b)
Otonomi luas.
c)
Otonomi luas pada kabupaten dan kota.
d)
Tetap menjamin keserasian pusat dan
daerah.
e)
Harus lebih meningkatkan kemandirian
daerah otonomi.
f)
Lebih meningkatkan peran dan fungsi
DPRD.
Dasar : UU
tentang pembangunan daerah No. 22 UU No. 25 tahun 1999 fentang perimbangan
keuangan pusat dan daerah. Pendelegasian wewenang yang lebih besar pada
pemerintah daerah untuk mengatur sistem pemerintahan dan rumah tangganya
sendiri.
e.
Pendekatan untuk mencapai Indonesia
sehat 2010 :
1)
PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat
Desa) dan PSM (Peran Serta Masyarakat).
2)
Mutu pelayanah. kesehatan dan kerjasama
lintas program dan lintas sektoral.
3)
Keterkaitan semua unsure kesehatan.
4)
Kesehatan keluarga.
5)
Epidemiologi.
6)
Utamakan resiko tinggi.
f.
Tujuan pembangurlan Kesehatan Menuju
Indonesia Sehat 2010
"Menindkatkan kesadaran, kemauan dan keseorangan
hidup sehat bagi setiap orang agar tetwujud detajad kesehatan yang optimal
melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang diteindai
oleh:"
Ø
Penduduknya tiidup dalam lingkungan dan
dengan perilaku yang sehat.
Ø
Memiliki keseorangan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata.
g.
Sasaran pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat
2010:
1)
Perilaku hidup sehat.
2)
Lingkungan sehat
3)
Upaya kesehatan.
4) Managemen pembangunan kesehatan.
5) Derajad kesehatan.
2. HEALTH FOR ALL
q
Diperkenalkan
oleh WHO di Alma Atta tahun 1978.
q Focus : wanita, keluarga, komunitas.
q Memberi kesempatan untuk berkomunikasi antar bidan.
q Pengaruh tersembunyi 4 kebijakan pemerintah adalah nyata 4
konsekuensi yang penting bagi praktek kebidanan.
q Mendukung definisi WHO tentang sehat.
3. REFORMASI KESEHATAN
Ada 5 fenomena yang
mempunyai pengaruh kesehatan terhadap pembangunan kesehatan :
a. Perubahan-perubahan mendasar pada
dinamika kependudukan yang mendorong lahimya transisi demografis dan
epidemiologis.
b. Temuan-temuan substansial dalam ilmu dan
teknologi kedokteran yang membuka cakrawala baru dalam memandang proses hidup
sehat, sakit dan mati.
c. Tantangan global sebagai akibat
kebijaksanaan perdagangan bebas, revolusi dalam bidang informasi,
telekomunikasi dan transportasi.
d. Perubaan lingkungan yang berpengaruh
terhadap derajad kesehatan dan upaya kesehatan.
e. Demokratisasi di segala bidang yang
menuntut pemberdayaan dan kemitraan dalam pembangunan kesehatan.
Paradigma pembangunan
k6sellatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitatif ® PARADIGMA SEHAT
q Merupakan upaya untuk lebih
meningkatkan kesehatan bangsa yang bersifat pro aktif.
q Mendorong masyarakat untuk bersikap
mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih
tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan
preventif.
Pokok-pokok program
pembangunan kesehatan:
a. Perilaku, pemberdayaan dan kemandirian
masyarakat.
b.
Lingkungan sehat.
c.
Upaya kesehatan.
d.
POM (Pengawasan Obat dan
Makanan) dan bahan berbahaya.
e.
Pengembangan sumber daya
kesehatan.
f.
Pengembangan kebijakan dan
managemen pembangunan kesehatan.
g.
Pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi kesehatan.
- PROGRAM KESEHATAN UNGGULAN
a.
Kebijakan kesehatan, pembiayaan
kesehatan dan hokum kesehatan.
b.
Perbaikan gizi.
c.
Pencegahan penyakit menular
termasuk imunisasi.
d.
Peningkatan perilaku hidup
sehat dan kesehatan mental.
e.
Lingkungan pemukiman, air dan
udara sehat.
f.
Kesehatan keluarga, kesehatan
reproduksi dan KB.
g.
Keselamatan dan kesehatan
kerja.
h.
Anti ternbakau, alcohol dan
madat.
i.
POM dan bahan berbahaya.
j.
Pencegahan, rudapaksa dan
kecelakaan termasuk keselamatan lalu liritas.
- INDIKATOR
a.
Indicator kebijakan kesehatan:
q
Komitmen politik mengenai
kesehatan untuk semua.
q
Alokasi sumber daya.
q
Tingkat pemerataan pembagidn
sumber daya.
q
Ketetlibatan masyarakat dalam
mencapai kesehatan untuk semua.
q
Kerangka orgariisasi dan pros
es manAgerial.
b.
Indicator sosial ekoiiomi dan
lingkungan yang berkaitan dengan kesehatan.
q Tingkat pertumbuhan peduduk
q Penyebaran pendapatan.
q
Kondisi kerja.
q
Angka melek huruf orang dewasa.
q
Perumahan dan pemukiman.
q
Tersedianya pangan.
c. Indicator
pengadaan pelayanan kesehatan:
q
Cakupan untuk pelayanan
kesehatan dasar."
q
Cakupan sistem rujukan.
d. Indicator
status kesehatan:
q
Status gizi dan perkembangan
psikososial anak-anak.
q
AKB (Angka Kematian Bayi).
q
AKA (Angka Kematian Anak).
q
UHH (Umur Harapan Hidup).
q
AKI (Angka Kematian Ibu).
- KEBIJAKAN
a.
Peningkatan
perilaku,pemberdayaan dan kemandirian masyarakat.
q
Perilaku hidup sehat masyarakat
sejak usia dini.
q
Peran swasta.
q
Peran organisasi profesi.
b.
Peningkatan kesehatan
lingkungan
c.
Peningkatan upaya kesehatan
q
Prioritas untuk mengatasi
dampak krisis.
q
Diringkatkan melalui pencegahan
dan penurunan moralitas, mortalitas dan kecacatan dalam masyarakat terutama
bayi, anak, balita, ibu hamil, melahirkan dan nifas.
q
Dilakukanhya dengan menggalang
kemitraan sekitar swasta dan potensi mastarakat
q
Pelayanan kesehatan dasar yang
diselenggarakan melalui puskesma§, pustu, biddn dbsa.
q
Kesehatan primer dilukiskan
sebagai kendaraan untuk kesehatan, suatu parid6tigart yang kontras sebagai
model medical yang betl'okus pdda ketentuan spesialistik, pelayanan berbasis di
rumah sakit.
d. Peningkatan
sumber daya kesehatan
Untuk menciptakan tenaga kesehatan yang ahli dan trampil
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan iman dan taqwa ® berpegang teguh pada pengabdian bangsa, negara dan etika profesi.
e.
Peningkatan kebijakan dan managemen pembangunan kesehatan.
f.
Peningkatan ilmu pengetahuan
kesehatan.
- PHC (Primary Health Care)
Adalah suatu pelayanan kesehatan yang
esensial berdasarkan metode yang praktis berdasarkan ilmu pengetahuan yang
dapat diandalkan dan dapat diterima oleh masyarakat dan secara teknis dapat
diterima secara universal untuk individu, keluarga dan masyarakat melalui
partisipasi penuh dan dengan biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat.
Konsep PHC (WHO 1998)
a.
Keadilan ketentuan pelayanan
kesehatan oleh pencakupan universal dari populasi dengan pemberian pelayanan
berdasarkan kebutuhan.
b.
Pelayanan harus promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif dan beragam pelayanan kesehatan yang
diberikan ini harus diberikan dengan cara yang terintegrasi (pelayanan di bawah
satu atap).
c.
Pelayanan harus efektif dan
dapat diterima secara cultural, terjangkau dan dapat ditangani.
d.
Masyarakat harus dilibatkan
dalam pengembangan, ketentuan dan monitor dari pelayanan. Jadi pengadaan
pelayanan kesehatan merupakan tanggung jawab seluruh masyarakat.
e.
Kolaborasi secara inter sektoral.
- Tiga Pesanan Unicef (WHO) Yang Berhubungan. Dengan Kesehatan Ibu Dan Anak Dan Dapat Diterapkan Di Seluruh Dunia
a.
Kesehatan baik untuk ibu maupun
bayi dapat diringkatkan secara nyata dengan menjarangkan kehamilan paling
sedikit berjarak 2 tahun dengan menghindari kehamilan kurang dari umur 18 tahun
dan membatasi total kehamilan 4 kali.
b.
Mengurangi bahaya persalinan,
semua wanita hamil harus pergi ke petugas kesehatan untuk memeriksakan
antenatal dan semua persalinan harus ditolong oleh orang yang terlatih.
c.
Untuk beberapa bulan pertama
kehidupan bayi, ASI adalah satu-satunya makanan / minuman yang terbaik.
No comments:
Post a Comment