EFEKTIFITAS METODE DISKUSI UNTUK
MENINGKATKAN HASIL PEMBELAJARAN IPA
TENTANG MATERI PANCA INDERA
dan
PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERBAGAI PENINGGALAN
SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN IPS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kehidupan manusia dewasa ini yang ditandai adanya berbagal ketimpangan dalam kehidupan seperti : moral akhlak, jati diri bangsa, sosial, politik dan ekonomi menuntut sikap suatu bangsa untuk segera membangun melalui berbagai cara antara lain melalui pendidikan untuk meningkatkan kualitas moral intelektual. Emosional, sosial dan fisik serta ekonomi sebagai sumber kesejahteraan.
Untuk dapat menjawab semua tantangan tersebut, guru mempunyai andil yang sangat besar dalam mencetak generasi bangsa yang berkualitas, cerdas, bertaqwa, inovatif, kreatif seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Namun keberhasilan pendidikan tidaklah dibebankan kepada guru saja atau pemerintah saja. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal seperti profesionalisme guru, sarana dan prasarana, kurikulum, dukungan masyarakat, lingkungan pendidikan serta dana.
Guru yang profesional adalah guru yang selalu ingin meningkatkan kinerjanya melalui peningkatan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Salah satu peningkatan kualitas pembelajaran adalah dengan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.
Demikian juga yang dialami penulis di SDN 2 Ender. Hasil pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya sangat rendah. Ketuntasan belajar IPA hanya 20 %. Sedangkan untuk pelajaran IPS kompetensi dasar menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota) sangat rendah. Ketuntasan belajar WS hanya 10%. Oleh karena itu penulis berusaha melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan dua siklus pada dua mata pelajaran.
1. Identifikasi Masalah
Prestasi belajar siswa kelas IV SDN 2 Ender dalam pembelajaran IPA sangat rendah yaitu 6 anak (20%) dari 30 siswa mendapatkan nilai 75 ke atas dan 24 siswa lainnya (80%) mendapatkan nilai di bawah 75. Sedangkan untuk mata pelajaran IPS yaitu 3 anak (10%) dari 30 siswa yang mendapatkan nilai 75 ke atas atau yang mengalami belajar tuntas. Sedangkan 27 siswa sisanya (90%) mendapatkan nilai di bawah 75 atau belum mengalami belajar tuntas. Untuk mengetahui secara lebih rinci kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siswa (masalah), maka guru melakukan refleksi diri dengan membuat sejumlah pertanyaan refleksi. Pertanyaan-pertanyaan itu adalah :
1. Apakah siswa sudah slap mengikuti pelajaran?
2. Apakah siswa sudah tertib dalam mengikuti pelajaran?
3. Bagaimana perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran?
4. Apakah siswa berani bertanya bila mengalami kesulitan?
5. Apakah siswa berani menjawab pertanyaan yang diajukan guru?
6. Apakah siswa berdiskusi menjawab pertanyaan yang diajukan guru dengan benar?
7. Bagaimana kesungguhan siswa sudah dapat mengerjakan soal-soal latihan?
8. Apakah siswa sudah dapat mengerjakan soal-soal dengan benar?
9. Bagaimana hasil ulangan siswa?
Dan berbagai pertanyaan refleksi tersebut di atas diketahui berbagai kekurangan siswa dalam pembelajaran. Kekurangan dalam proses pembelajaran itu adalah :
1. Siswa belum siap mengikuti pelajaran.
2. Banyak siswa yang keluar masuk kelas ketika proses pembelajaran.
3. Perhatian siswa tidak sepenuhnya tertuju pada pelajaran.
4. Siswa diam saja bila mengalami kesulitan.
5. Siswa tidak berani bertanya karena takut salah atas pertanyaan yang diajukan guru.
6. Banyak siswa yang tidak berdiskusi dengan benar.
7. Masih banyak siswa yang tidak sungguh-sungguh dalam mengerjakan soal latihan sehingga banyak yang salah.
8. Banyak siswa yang masih kebingungan menjawab soal.
9. Hasil ulangan siswa sangat rendah.
2. Analisis Masalah
Melihat banyaknya kekurangan yang dialami siswa dalam pembelajaran IPA dan IPS di atas diketahui bahwa proses pembelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan hubungan antar struktur p•anca indera dengan fungsinya dan IPS kompetensi dasar menghargai berbagai peninggalan sejarah ternyata belum efektif. Untuk mengetahui secara nnci penyebab kurang berhasilnya siswa tersebut, maka guru melakukan refleksi diri dengan mengajukan berbagai pertanyaan reflektif yang erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang telah berlangsung. Dalam refleksi ini guru bertanya pada diri sendiri dengan berbagai pertanyaan berikut ini :
1. Apakah guru dalam membahas materi terlalu cepat?
2. Apakah bahasa guru dapat dipahami siswa?
3. Apakah guru sudah menggunakan alat peraga yang cukup?
4. Apakah guru sudah melibatkan siswa dalam pembahasan materi?
5. Apakah guru memberikan contoh soal dengan pembahasannya?
6. Apakah guru memberikan motivasi dalam proses pembelajaran?
7. Apakah guru memberikan respon pada siswa yang lambat belajar?
8. Apakah guru menumbuhkan sikap mandiri pada siswa?
9. Apakah metode yang digunakan guru sudah bervariasi?
10. Apakah guru sudah memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan?
11. Apakah guru memberikan buku sumber untuk siswa?
12. Apakah guru memberikan PR untuk siswa?
Dari berbagai pertanyaan reflektif di atas diketahui aspek-aspek pelaksanaan pembelajaran yang kurang efektif sehingga menyebabkan kurang berhasilnya siswa dalam pembelajaran. Proses pembelajaran kurang berhasil karena :
1. Guru dalam membahas materi terlalu cepat.
2. Bahasa guru kurang dapat dipahami oleh siswa.
3. Guru kurang memaksimalkan alat peraga yang ada.
4. Guru tidak mengaktifkan siswa dalam pemahaman konsep.
5. Guru kurang memberikan contoh-contoh soal dengan pembahasannya.
6. Guru kurang memberi motivasi kepada siswa dalam proses pembelajaran.
7. Guru kurang memberikan respon yang positif pada siswa yang lambat belajar.
8. Guru kurang menumbuhkan sikap mandiri pada diri siswa.
9. Metode yang digunakan guru kurang bervariasi.
10. Guru kurang dalam mernberikan soal-soal latihan.
11. Guru tidak memberikan buku sumber pada siswa.
12. Guru tidak memberikan pekerjaan rumah pada siswa.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa kekurangberhasilan siswa disebabkan oleh proses pembelajaran yang belum efektif. Kekurangefektifan ini tampak bahasa guru yang sulit dipahami siswa, pembahasan materi yang terlalu cepat, guru juga tidak mengaktifkan siswa dalam penerapan konsep globalisasi. Pemanfaatan alat peraga pun kurang maksimal. Metode yang digunakan juga kurang bervariasi. Pemberian contoh-contoh soal latihan dan pekerjaan rumah pun kurang.
B. Rumusan Masalah
1. Mata Pelajaran IPA
Dari hasil analisis peneliti, diketahui bahwa peneliti menemukan permasalahan yang akan dipecahkan melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas) pada siswa kelas TV. Masatah-masalah yang ditemukan adalah sebagai berikut :
"Bagaimana cara mengefektifkan penerapan metode diskusi untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA?"
2. Mata Pelajaran IPS
Dari hasil analisis peneliti diketahui bahwa peneliti menemukan masalah pembelajaran dalam penggunaan media.
Adapun masalah yang diketemukan dalam pembelajaran IPS adalah sebagai berikut :
"Bagaimana memanfaatkan media gambar peninggalan sejarah secara maksimal untuk meningkatkan hasil belajar siswa?"
C. Tujuan Perbaikan
Tujuan diadakannya perbaikan melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas) adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan penggunaan media gambar berbagai peninggalan
sejarah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran.
sejarah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran.
2. Menganalisis dampak penggunaan media gambar peninggalan sejarah dalam pembelajaran terhadap hasil belajar.
D. Manfaat Perbaikan
Perbaikan ini diharapkan memberi manfaat kepada banyak pihak antara lain bagi siswa, guru dan sekolah.
1. Bagi Siswa
a. Dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
b. Dapat meningkatkan makna pembelajaran bagi siswa.
2. Bagi Guru/Peneliti
a. Dapat meningkatkan motivasi dalam menggunakan media pembelajaran.
b. Dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
c. Dapat berkembang secara profesional.
d. Untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.
3. Bagi Sekolah
a. Dapat meningkatkan pemahaman tentang prosedur penelitian.
b. Meningkatkan prestasi hasil belajar siswa secara umum di sekolah.
c. Meningkatkan mutu sekolah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Diskusi
1. Pengertian dan Tujuan
Bila kita menemukan suatu masalah yang tidak dapat dipecahkan sindiri, maka kita akan merninta bantuan dari saudara atau orang lain untuk bersama-sama memikirkannya dan memberikan sumbang sarannya bagi pecnecahan masalah itu. Kesempatan bagi anak usia sekolah dasar bekerja dalam kelompok kecil nampak demikian penting guna terselenggaranya proses diskusi diantara mereka. Penggunaan metode diskusi dalam kerangkan pendekatan DAP sebenarnya bukan saja sebagai salah satu cara menya.mpaikan metode pelajaran kepada peserta didik yang bersifat problematis, tetapi juga melatih anak dalam kehidupan sehari-hari untuk mengambangkan keterampilan berkomunikasi dan membentuk kompetensi-kompetensi sosial yang dibutuhkan.
Metode diskusi diartikan sebagai siasat "penyampaian" bahan pengajaarn yang melibat aktifkan peserta didik untuk membicarakan dan menemukan alternatif pernecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Guru, peserta dan atau kelompok peserta didik memiliki perhatian yang sama terhadap topik yang dibicarakan dalam diskusi.
Metode diskusi bertujuan untuk :
a. Melatih peserta didik mengembangkan keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan bahasan.
b. Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
c. Mengembangkan kemampuan berfikir sendiri dalam memecahkan masalah sehingga tumbuh konsep diri yang lebih positif
d. Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat.
e. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial..
f. Melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah.
2. Alasan Penggunaan Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan karena beberapa alasan berikut :
a. Topik bahasan bersifat problematis.
b. Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan ilmiah.
c. Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka.
d. Mengembangkan suasana demok-ratis dan melatih peserta didik berjiwa besar.
e. Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang dijadikan topik diskusi.
f. Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang masalah yang akan didiskusikan.
g. Masalah yang didiskusikan akan hubungannya dengan persoalanpersoalan yang lain pula.
3. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Diskusi
a. Kekuatan Metode Diskusi
Kekuatan metode diskusi adalah :
§ Dapat mendorong partisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai partisipan, penanya, penyanggah maupun sebagai ketua atau moderator diskusi;
§ Menimbulkan kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa ataupun terobosan-terobosan baru dalam pemecahan masalah.
§ Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis dan partisipasi demokratis;
§ Melatih kestabilan emosi dengan menghargai dan menerima pendapat orang lain dan tidak memaksakan pendapat sendiri sehingga terciptaa kondisi memberi dan menerima (take and give);
§ Keputusan yang dihasilkan kelompok akan lebih baik daripada berfikir sendiri.
b. Keterbatasan Metode Diskusi
Keterbatasan dari metode diskusi adalah :
§ Sulit menentukan topik masalah yang sesuai dengan tingkat berfikir peserta didik dan yang memiliki relevansi dengan lingkungan;
§ Memerluka waktu yang tidak terbatas;
§ Pembicaraan atau pembahasan sering meluas dan mengambang;
§ Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif;
§ Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang sesuai;
§ Kadang tidak membuat penyelesaian yang tuntas walaupun kesimpulan telah disepakati namum dalam implementasi sangat sulit dilaksanakan;
§ Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi di luar kelas bahkan dapat menimbulkan bentrokan fisik.
B. Jenis-Jenis Metode
Metode Ceramah
Pengertian dan Tujuan
Metode ceramah adalah metode yang paling populer dan banyak dilakukan guru, selain mudah penyajiannya juga tidak banyak memerlukan media. Metode ceramah atau kuliah mimbar adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Penggunaan metode ceramah sangat tergantung kepada kemampuan guru, karena gurulah yang berperan penuh dalam metode ceramah Kepiawaian guru dalam menguasai bahan, forum/audience dan keterampilan bahasa dan intonasinya sangat menentukan keberhasilan metode ini.
Tujuan metode ceramah adalah menyampaikan bahan yang bersifat informasi (konsep, pengertian-pengertian, prinsip-prinsip) yang banyak dan lunas serta juga untuk penemuan-penemuan yang langka dan belum meluas. Secara spesifik metode ceramah bertujuan untuk :
a. Menciptakan landasan pemikiran peserta didik melalui produk ceramah yaitu bahan tulisan peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar melalui bahan tertulis hasil ceramah guru.
b. Menyajikan garis-garis besar isi pelajaran dan permasalahan penting yang terdapat dalam isi pelajaran.
c. Merangsang peserta didik untuk belajar mandiri dan menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pemerkayaan belajar.
d. Memperkenalkan hal-hal baru dan memberikan penjelasan secara gamblang dan menyinggung penjelasan teori dan prakteknya.
e. Sebagai langkah awal untuk metode yang lain dalam upaya menjelaskan prosedur yang harus ditempuh peserta didik. Misalnya sebelum sosiodrama peserta didik diberikan penjelasan tentang peran-peran, dan sebagainya.
Metode Tanya Jawab
Pengertian dan Tujuan
Bertanya dan menjawab kerap kali dilakukan orang apabila ada ketidaktahuan atau ketidakpahaman akan sesuatu peristiwa atau pemahaman. Dalam proses belajar mengajar tanya jawab dijadikan salah satu metode untuk menyampaikan materi pelajaran dengan cara guru bertanya kepada peserta didik atau peserta didik bertanya kepada guru. Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar mengajar melalui interaksi dua arah atau "two way traffic" dari guru ke peserta didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh kepastian materi melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.
Dalam metode tanya jawab, guru dan peserta didik sama sama aktif. Namun demikian keaktifan peserta didik patut mendapat perhatian yang sungguh-sungguh sehingga hal itu tidak harus banyak tergantung pada keaktifan guru. Sifat atau rasa ingin tahu anak usia sekolah dasar harus ditumbuhsuburkan dan sekaligus mendapat penyaluran yang wajar. Karena itu, guru tidak hanya dituntut untuk menguasai teknik-teknik bertanya dan jenis jenis pertanyaan, tetapi juga semangat tinggi di dalam membangun situasi yang kondusif bagi terjadinya diskusi.
Adapun tujuan dari metode tanya jawab ini, adalah :
a. Mengecek dan mengetahui sampai sejauh mana kemampuan peserta didik terhadap pelajaran yang dikuasainya.
b. Memberi kesempatan kepada peserta didik mengembangkan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru tentang suatu masalah yang belum dipahami.
c. Memotivasi dan menimbulkan kompetisi belajar yaitu peserta didik yang aktif dan tepat menjawab lebih percaya din dan berusaha untuk selalu lebih baik dan peserta didik yang belum aktif atau tidak dapat menjawab dapat mempersiapkan din dalam kesempatan lain.
d. Mengembangkan keberhasilan peserta didik dalam menemukan pendapat.
e. Mengembangkan sikap terhadap isu-isu kontroversial.
f. Melatih peserta didik berani berpendapat tentang suatu masalah.
Alasan Penggunaan Metode Diskusi
Metode diskusi digunakan karena beberapa alasan berikut :
a. Topik bahasan bersifat problematis.
b. Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan ilmiah.
c. Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka
d. Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa besar.
e. Peserta didik memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang masalah yang dijadikan topik diskusi.
f. Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang masalah yang akan didiskusikan.
Metode Pemberian Tugas
Pengertian dan Tujuan
Tugas, biasa diberikan guru setetah usai suatu topik bahasan dibicarakan di kelas atau pada saat guru harus meningkatkan kelas karena suatu kepentingan atau sebagai dampak dari kegiatan ceramah guru atau dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Misalnya pemberian PR Matematika oleh guru, pengerjaan LKS (Lembar Kerja Siswa), penugasan guru agama untuk mencatat kuliah subuh, dsb. Metode penugasan menjadi salah satu cara penyampaian pengajaran yang dirancang untuk peserta didik agar bersemangat untuk mencari dan menemukan sendiri javvaban jawaban atas tugas yang diberikan guru.
Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tngTs dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok.
Tujuan dari penggunaan metode penugasan adalah untuk merangsang anak untuk aktif belajar baik secara individual maupun kelompok.
Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objeknya atau caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu. Dalam pelaksanaan metode demonstrasi guru harus sudah yakin bahwa seluruh siswa dapat memperhatikan terhadap obyek yang akan didemonstrasikan. Sebelum proses demonstrasi guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut.
Guru dituntut menguasai bahan pelajaran serta mengorganisasikan kelas, jangan sampai guru terlena dengan demonstrasinya tanpa memperhatikan siswa secara menyeluruh.
Keunggulan Metode Demonstrasi, yaitu :
a. Siswa dapat memahami sesuai obyek sebenarnya.
b. Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
c. Siswa dibiasakan untuk kerja secara sistematis.
d. Siswa dapat mengamati sesuatu secara proses.
e. Siswa dapat mengetahui hubungan struktural atau urutan objek.
f. Siswa dapat membandingkan pada beberapa objek.
Kelemahan Metode Demonstrasi, yaitu :
a. Dapat menimbulkan berpikir konkret saja.
b. Bila jumlah siswa banyak efektivitas demonstrasi sulit dicapai.
c. Bergantung pada alat bantu.
d. Bila demonstrasi guru tidak sistematis, demonstrasi sulit dicapai.
e. Banyak siswa yang kurang berani.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran IPA menggunakan strategi, yaitu cara menyampaikan materi agar proses pembelajaran lebih berhasil. Tujuan pembelajaran akan berhasil dan dicapai dengan menerapkan metode yang bervariasi. Penggunaan metode hendaknya disesuaikan dengan karakteristik siswa.
C. Media Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, seorang guru pada saat menyajikan maten pelajaran kepada para saat kerap kali menggunakan media agar informasi tersebut dapat diterima atau diserap dengan baik oleh para siswa clan pada akhirnya diharapkan terjadi perubahan perilaku baik berupa pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), maupun keterampilan (psikomotor).
Media pembelajaran menurut para ahli diartikan sebagai berikut MI. Wilbur Schramn melihat alat peraga dalam pendidikan sebagai suatu teknik untuk menyampaikan pesan. Gagne menempatkan alat peraga sebagal komponen sumber belajar di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran misalnya buku, film, video, slide (Brigges, 1977).
Beberapa peranan dari alat peraga/media pembelajaran di bawah ini :
a. Meletakkan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih lama diingat.
b. Dapat merangsang pikiran, perasaan perhatian dan kemauan siswa agar dapat mendorong kegiatan proses pembelajaran, sehingga pengalaman belajar yang diperoleh lebih bermakna.
c. Dapat membangkitkan keinginan dan minat belajar siswa sehingga perhatian siswa terpusat pada pelajaran yang diberikan guru.
Fungsi dari media pembelajaran di bawah ini :
a. Sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yagn efektiff
b. Media pembelajaran sebagai komponen yang tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya dalam rangka menciptakan situasi belajar yang diharapkan.
c. Penggunaan media dalam pembelajaran harus selalu melihat kepada tujuan dan bahan ajar.
d. Media pembelajaran berfungsi mempercepat proses pembelajaran.
e. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
f. Untuk mengurangi verbalisme.
Menurut En Ey Clo Pedia Of And Cation Resaurces (Risma Risata, 1998) nilai atau manfaat alat bantu pendidikan sebagai berikut :
a. Melaksanakan dasar-dasar berpikir konkret dan mengurangi verbalisme.
b. Memperbesar minat dan perhatian siswa.
c. Metelakkan dasar-dasar penting untuk perkembangan belajar sehingga membuat pelajaran lebih mantap.
d. Memberi pengalaman yang nyata dan dapat menimbulkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa.
e. Menumbuhkan pikiran yang teratur.
f. Membantu tumbuhnya pengertian/perkembangan kemampuan berbahasa.
g. Memberi pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain, serta membantu perkembangan efisiensi yang lebih mantap dan mendalam serta keraguan yang lebih banyak dalam belajar.
D. Media Gambar / Visual
Media visual, yaitu yang dapat ditangkap dengan indera penglihatan. Jenis media ini terdiri dari :
1. Media Gambar Dalam (Still Pictures) dan Grafis
Media ini hasil potretan dari berbagai peristiwa/kejadian, objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata, simbol-simbol maupun gambaran. Yang termasuk ke dalam kelompok media ini, antara lain :
§ Grafik, yaitu gambaran dari data statistik yang ditunjukkan dengan lambang-lambang visual
§ Chart atau bagan, yaitu gambaran dari sesuatu, yang menunjukkan adanya hubungan, perkembangan atau perbandingan;
§ Peta, yaitu gambar yang menjelaskan permukaan bumi atau beberapa bagian dari padanya
§ Diagram, yaitu penampang atau irisan dari sesuatu benda atau objek;
§ Poster, yaitu gambar yang mengkomunikasikan pesan secara singkat;
§ Karikatur, yaitu gambar yang disederhanakan bentuknya dengan pesan biasanya menyindir;
§ Komik, yaitu suatu cerita yang disertai dengan gambar;
§ Gambar mati, yaitu gambaran dari sesuatu yang berupa hasil lukisan, potret atau cetakan yang tidak dapat bergerak, dengan bentuk dua dimensi;
§ Photo, yaitu hasil dari suatu pemotretan.
2. Photo/Gambar
Fungsi photo/gambar yaitu menjelaskan suatu fakta yang berupa peristiwa/kejadian, keadaan.
Keungulan:
§ Menunjukkan peristiwa dan keadaan secara realitik dan kongkrit
§ Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu;
§ Murah dan gampang digunakan.
Kelemahan Photo/Gambar :
§ Tidak dapat dirasakan secara nyata suasana sebenarnya;
§ Menekankan kemampuan indera penglihatan;
§ Untuk kelas yang jumlah peserta didiknya besar sangat sulit karena terbatas ukurannya;
§ Dapat hilang, mudah rusak dan musnah bila tidak dirawat dengan baik, sehingga memerlukan perawatan yang intensif.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subjek Penelitian
Tempat Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran adalah kelas IV SD Negeri 2 Ender Kecamatan ………… Kabupaten Cirebon tahun pelajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 30 anak.
1. Waktu Penelitian
Jadwal dan Waktu Penelitian
No. | Hari, Tanggal | Mata Pelajaran | Waktu | Ket |
1. | Jum’at, 24 Juli 2010 | IPA | 08.10-08.45 | Siklus I |
2. | Kamis, 30 Juli 2010 | IPA | 07.35-08.10 | Siklus II |
3. | Senin, 03 Agustus 2010 | IPS | 07.35-08.10 | Siklus I |
4. | Jum’at, 07 Agustus 2010 | IPS | 07.00-07.35 | Siklus II |
2. Karakteristik Siswa
Pada saat proses pembelajaran berlangsung, banyak perhatian siswa terhadap pelajaran kurang maksimal. Mereka menganggap pelajaran sulit, banyak PR tidak dikerjakan di rumah.5etelah diselidiki ternyata perhatian orang tua ke anak kurang perhatian karena mereka disibukan dengan kerja. Karena pemukiman/tempat tinggal dekat dengan aliran sungai Cisanggarung maka rata-rata pekerjaannya adalah buruh pengangkut pasir dan buruh pencetak bata. Pekerjaan ini memerlukan tenaga ekstra sehingga pulang ke rumah tinggal lelah. Akibatnya tidak ada perhatian ke anak supaya belajar.
B. Deskripsi Per Siklus
Sesuai dengan gagasan yang ditentukan, maka penulis mengembangkan penelitian ini berupa prosedur kerja dalam penelitian tindakan yang dilaksanakan di dalam kelas.
Tahapan penelitian kelas ini ada tiga siklus. Dalam satu siklus, terdiri atas satu tahapan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Siklus ini merupakan pembelajaran mata pelajaran IPA dengan kompetensi dasar mendeskripsikan hubungan antara struktur panca indera dengan fungsinya IPS dengan kompetensi dasar memahami berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/kota/propinsi) dan menjaga kelestariannya.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Rancangan perbaikan pembelajaran, peneliti susun dalam bentuk Rencana Perbaikan Pembelajaran. Rancangan langkah-langkah perbaikan untuk tiap-tiap mata pelajaran dapat dirinci sebagai berikut :
1. Rencana Penelitian
Perencanaan pada siklus I dan siklus II adalah :
a) Guru menentukan pokok bahasan yang akan diajarkan.
b) Merancang pembuatan rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan.
c) Merancang pembelajaran dengan menggunakan media gambar.
d) Merancang metode yang akan digunakan
e) Merancang pelatihan soal evaluasi
f) Mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat.
2. Pelaksanaan Penelitian
Siklus I
a. Apersepsi
b. Membagi siswa menjadi 4 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 siswa.
c. Membagi LKS (Lembar Kerja Siswa) setiap kelompok.
d. Mendengarkan cara mengerjakan LKS.
e. Siswa berdiskusi mengerjakan LKS.
f. LKS yang telah selesai dikumpulkan.
g. Mengadakan penilaian hasil diskusi.
Siklus II
a. Memajang alat peraga panca indera.
b. Menyuruh siswa menunjukkan panca indera.
c. Mengerjakan tugas soal-soal.
d. Bertanya jawab tentang soal yang sulit.
e. Mengumpulkan tugas soal-soal.
f. Mengoreksi latihan.
g. Penilaian atas jawaban siswa
3. Pengamatan
Siklus I
a. Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk melakukan kegiatan pengamatan pembelajaran.
b. Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.
c. Melakukan pengamatan kegiatan guru dan melakukan penilaian.
Siklus II
a. Peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk melakukan kegiatan pengamatan pembelajaran.
b. Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan soal.
c. Melakukan pengamatan kegiatan guru dan melakukan penilaian.
4) Refleksi
Siklus I
Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan evaluasi oleh peneliti, kemudian dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan. Hasil pada siklus I digunakan untuk perbaikan siklus 11.
Hal-hal yang ditempuh dalam perbaikan pembelajaran IPA kelas N siklus I adalah :
a. Guru menyampaikan pokok bahasan dan menyampaikan tujuan materi pembelajaran kepada siswa agar mengerti tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
b. Guru melibatkan secara aktif dalam pembelajaran konsep EPA I dengan menggunakan metode diskusi.
c. Guru menggunakan media dan alat peraga pembelajaran supaya siswa tertarik dan semangat mengikuti pembelajaran.
d. Guru dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan secara perlahan.
e. Guru memberikan LKS dan tugas latihan.
f. Guru menyimpulkan materi dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum jelas.
g. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
Siklus II
Pada pelaksanaan siklus I temyata nilai akhir kurang memuaskan, maka tahap selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siklus II. Pada siklus II ditemukan berbagai hal yang nampak antara lain :
a. Guru memajang alat peraga.
b. Guru menyampaikan tujuan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
c. Guru melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran.
d. Guru memotivasi siswa supaya aktif.
e. Memberikan evaluasi.
f. Menilai evaluasi.
g. Menganalisis evaluasi.
h. Memberikan umpan balik tentang materi yang diajarkan.
Setelah pelaksanaan siklus 11, prestasi belajar siswa mengalami kenaikan.
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Rancangan perbaikan pembelajaran, peneliti susun dalam bentuk Rencana. Perbaikan Pembelajaran. Rancangan langkah-langkah perbaikan untuk tiap-tiap mata pelajaran dapat dirinci sebagai berikut :
1) Perencanaan
Guru melakukan perencanaan siklus I dan II sebagai berikut :
a. Guru menentukan kompetensi dasar yang akan diajarkan.
b. Merancang pembuatan rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan.
c. Merancang pembelajaran dengan menggunakan media dan alat peraga gambar peninggalan sejarah.
d. Merancang latihan soal-soal.
e. Mensimulasikan pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat.
2) Pelaksanaan
Siklus I
Pelaksanaan siklus I terdiri dari :
a. Guru memasang alat peraga gambar peninggalan sejarah
b. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan terperinci
c. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat hai-hal yang penting.
d. uru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media gambar peninggalan sejarah.
e. Dengan metode tanya jawab guru mengembangkan keterampilan bertanya dan diskusi.
f. Siswa diberi latihan soal-soal.
g. Siswa diberi tugas untuk mengerjakan latihan soal.
h. Siswa melaporkan hasil pekerjaan siswa.
Siklus II
a. Memajangkan alat peraga gambar peninggalan sejarah.
b. Membahas ulang materi yang telah diajarkan.
c. Mengembangkan keterampilan berdiskusi.
d. Mengadakan tanya jawab antara guru dan siswa.
e. Memberikan latihan soal yang berhubungan dengan materi.
f. Siswa mengerjakan latihan soal.
g. Mengumpulkan hasil jawaban latihan soal.
h. Menilai jawaban siswa dan menganalisis.
3) Pengamatan
Siklus I
a. Peneliti bekerjasama dengan teman sejawat untuk melakukan kegiatan pengamatan pembelajaran di kelas
b. Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa.
c. Melakukan pengamatan kegiatan guru dan mengadakan penilaian.
Siklus II
a. Peneliti bekerjasacna dengan teman sejawat untuk melakukan kegiatan pengamatan pembelajaran di kelas
b. Teman sejawat mengamati jalannya pembelajaran dan menilai kemampuan guru dalam mengelola kelas, kelompok serta menilai kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja siswa.
c. Melakukan pengamatan kegiatan guru dan mengadakan penilaian.
4) Refleksi
Siklus I
Hasil pada tahap siklus I dikumpulkan untuk dianalisis dan evaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya yang dilakukan, hasil pada siklus I digunakan untuk perbaikan siklus lI. Langkah-langkah yang telah diterapkan antara lain :
a. Guru menyampaikan pokok bahasan dan menyampaikan tujuan materi pembelajaran kepada siswa agar mengerti tujuan pembelajaran yang akan disampaikan.
b. Guru melibatkan siswa secara aktif dalam pembahasan konsep IPS dengan menggunakan metode diskusi.
c. Guru menggunakan media dan alat peraga pembelajaran supaya siswa tertarik dan semangat mengikuti pembelajaran.
d. Guru membimbing dan menjawab siswa yang bertanya tentang materi sulit
Siklus II
a. Guru selalu memberikan motivasi.
b. Guru dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa dan secara perlahan.
c. Guru memberikan tugas-tugas latihan.
d. Guru menyimpulkan materi dan memberikan kesempatan kepada siswa yang belum jelas.
e. Guru memberikan tindak lanjut berupa pekerjaan rumah.
f. Guru memberikan pengajaran perbaikan bagi siswa yang belum mengalami tuntas, dan bagi yang sudah tuntas diberikan pengayaan berupa soal-soal.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yaitu kurangnya perhatian guru terhadap kesulitan siswa dan penggunaan alat peraga yang kurang maksimal, maka kegiatan yang menjadi fokus perhatian dalam perbaikan pembelajaran IPS adalah membangkitkan semangat siswa agar lebih memperhatikan dalam belajar dan menciptakan siswa aktif, kreatif dan memanfaatkan media dan alat peraga dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa yang pada akhirnya hasil belajar siswa lebih meningkat.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per Siklus
Sesuai dengan gagasan yang ditentukan, maka peneliti mengembangkan penelitian ini menjadi prosedur kerja dalam Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di dalam kelas.
Tahapan penelitian kelas ini ada dua siklus. Dalam satu siklus, terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi. Peneliti melakukan kegiatan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) pada mata pelajaran IPA tentang efektifitas metode diskusi untuk meningkatkan hasil pembelajaran, dan pemanfaatan media gambar berbagai peninggalan sejarah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.
Dalam pelaksanaan, guru dibantu oleh seorang teman yang bertugas sebagai observer, menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan peneliti. Observer mengamati aktivitas pembelajaran guru maupun siswa. Guru melaksanakan proses pembelajaran dan evaluasi
1. Data Hasil Perbaikan
Hasil Pengolahan Data IPA Pra Siklus
Berikut ini adalah data hasil evaluasi hasil tes formatif siswa dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA Pra Siklus.
TABEL 1
Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Pra Siklus
No | Nilai | ||
Banyaknya Siswa | Jumlah Nilai | ||
1. | 40 | 3 | 120 |
2. | 50 | 7 | 350 |
3. | 60 | 12 | 720 |
4. | 70 | 2 | 140 |
5. | 80 | 6 | 480 |
6. | 90 | - | - |
Jumlah | 30 | 1810 | |
Rata-Rata | 60,3 |
Nilai terendah adalah 40 sebanyak 3 siswa
Nilai tertinggi adalah 80 sebanyak 6 siswa
Nilai kurang dari 75 sebanyak 24 siswa
Nilai lebih dari 75 sebanyak 6 siswa
Grafik 1 :
Analisis hasil evaluasi mata pelajaran IPA Pra Siklus
Kriteria ketuntasan belajar/pembelajaran perolehan nilai
1.
2.
3. Ketuntasan Pembelajaran = 20%
Ketuntasan belajar/pembelajaran hanya 20% maka kompetensi dasar pada pembelajaran IPA masih belum tuntas, perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Hasil Pengolahan Data IPA Siklus I
TABEL 2
Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Siklus I
No | Nilai | ||
Banyaknya Siswa | Jumlah Nilai | ||
1. | 40 | - | - |
2. | 50 | 2 | 100 |
3. | 60 | 12 | 720 |
4. | 70 | 6 | 420 |
5. | 80 | 10 | 800 |
6. | 90 | - | - |
7. | 100 | - | - |
Jumlah | 30 | 2040 | |
Rata-Rata | 68 |
Nilai terendah adalah 50 sebanyak 2 siswa
Nilai tertinggi adalah 80 sebanyak 10 siswa
Nilai kurang dari 75 sebanyak 20 siswa
Nilai lebih dari 75 sebanyak 10 siswa
Grafik 2
Analisis hasil evaluasi mata pelajaran IPA Siklus I
Kriteria ketuntasan belajar/pembelajaran perolehan nilai
1.
2.
3. Ketuntasan Pembelajaran = 33,4%
Hasil Pengolahan Data IPA Siklus II
Berikut ini adalah data hasil evaluasi hasil tes formatif siswa dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPA siklus II
TABEL 3
Analisis Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPA Siklus II
No | Nilai | ||
Banyaknya Siswa | Jumlah Nilai | ||
1. | 40 | - | - |
2. | 50 | - | - |
3. | 60 | 2 | 120 |
4. | 70 | 5 | 350 |
5. | 80 | 13 | 1040 |
6. | 90 | 8 | 720 |
7. | 100 | 2 | 200 |
Jumlah | 30 | 2430 | |
Rata-Rata | 81 |
Nilai terendah adalah 60 sebanyak 2 siswa
Nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 2 siswa
Nilai kurang dari 75 sebanyak 6 siswa
Nilai lebih dari 75 sebanyak 24 siswa
Grafik 3
Analisis hasil evaluasi mata pelajaran IPA Siklus II
1.
2.
3. Ketuntasan Pembelajaran = 80%
Berdasarkan temuan hasil refleksi atau evaluasi dalam siklus II ini secara keseluruhan pembelajaran melalui penggunaan metode diskusi dapat berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri I Astanalanggar potensi siswa dapat ditumbuhkembangkan.
Hal ini tampak dari analisis hasil tes yang telah dilakukan setelah akhir pelaksanaan siklus II. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes secara individuaUperorangan mencapai nilai rata-rata 81 (di atas 75 yang menjadi tolak ukur keberhasilan) dalam penelitian tindakan kelas. Dengan hasil tersebut menunjukkan guru sudah berhasil menggunakan metode diskusi untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA tentang metode Panca Indera sudah menunjukkan dengan prosentase siswa yang cukup tinggi.
Hasil Pengolahan Data IPA Pra Siklus, Siktus I dan Siklus II
Berikut ini adalah data hasil tes formatif siswa dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II dalam bentuk grafik.
Tabel 4
DAFTAR NILAI IPA
KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL TES
PRA SIKLUS, SIKLUS I DAN SIKLUS II
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Semester : IV/I
Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan hubungan antara struktur panca
indera dengan fungsinya
No | Nama Siswa | Nilai | Ket | ||
Pra Siklus | Siklus I | Siklus II | |||
1 | 70 | 70 | 90 | ||
2 | 50 | 60 | 80 | ||
3 | 60 | 60 | 70 | ||
4 | 60 | 70 | 80 | ||
5 | 80 | 80 | 90 | ||
6 | 40 | 60 | 70 | ||
7 | 80 | 60 | 90 | ||
8 | 60 | 80 | 80 | ||
9 | 60 | 70 | 90 | ||
10 | 80 | 80 | 100 | ||
11 | 60 | 60 | 70 | ||
12 | 60 | 60 | 80 | ||
13 | 70 | 80 | 90 | ||
14 | 50 | 70 | 80 | ||
15 | 50 | 60 | 80 | ||
16 | 80 | 80 | 90 | ||
17 | 40 | 60 | 80 | ||
18 | 60 | 80 | 80 | ||
19 | 50 | 60 | 60 | ||
20 | 60 | 80 | 80 | ||
21 | 80 | 80 | 100 | ||
22 | 60 | 70 | 80 | ||
23 | 50 | 50 | 60 | ||
24 | 50 | 60 | 80 | ||
25 | 60 | 60 | 80 | ||
26 | 40 | 50 | 70 | ||
27 | 50 | 80 | 90 | ||
28 | 60 | 70 | 80 | ||
29 | 80 | 80 | 90 | ||
30 | 60 | 60 | 70 | ||
Jumlah | 1810 | 2040 | 2430 | ||
Rata-rata | 60,3 | 68 | 81 |
Grafik 4:
Nilai Formatif Mata Pelajaran IPA sebelum Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan yaitu siswa memperoleh nilai 75 ke atas, pada sebelum siklus 20% naik menjadi 33,4% pada siklus I dan naik lagi menjadi 80% pada siklus II, sedangkan siswa yang memperoleh nilai di bawah 75 mengalami penurunan dari sebelum siklus 80% turun menjadi 66,6% pada siklus I, dan turun lagi menjadi 20% pada siklus II. Selain itu rata-rata keberhasilan kelas juga mengalami peningkatan dari sebelum siklus 60,3 menjadi 68 pada siklus I dan 81 pada siklus II, yang artinya ketuntasan siswa secara klasikal berhasil tuntas 75 (Analisis Penilaian Depdikbud).
Hasil Pengolahan Data IPS Pra Siklus
Berikut ini adalah data hasil evaluasi tes formatif siswa dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran IPS Pra Siklus.
Tabel 5
Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPS Pra Siklus
No | Nilai | Banyaknya Siswa | Jumlah Nilai |
1 | 40 | 3 | 120 |
2 | 50 | 9 | 450 |
3 | 60 | 11 | 660 |
4 | 70 | 4 | 280 |
5 | 80 | 3 | 240 |
6 | 90 | - | - |
7 | 100 | - | - |
Jumlah | 30 | 1750 | |
Rata-Rata | 58,3 |
Nilai terendah adalah 40 sebanyak 3 siswa
Nilai tertinggi adalah 80 sebanyak 3 siswa
Nilai kurang dari 75 sebanyak 27 siswa
Nilai lebih dari 75 sebanyak 3 siswa
Grafik 5
Analisis hasil evaluasi mata pelajaran IPS Pra Siklus
Kriteria ketuntasan belajar/pembelajaran perolehan nilai :
1.
2.
3. Ketuntasan Pembelajaran = 10%
Ketuntasan belajar hanya 10% maka kompetensi dasar pada pembelajaran IPS masuk pada kategori belum tuntas, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran.
Hasil Pengolahan Data IPA Siklus I
Berikut ini adalah data hasil tes formatif siswa dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus I
Tabel 6
Analisis Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPS Siklus I
No | Nilai | Banyaknya Siswa | Jumlah Nilai |
1 | 50 | 2 | 100 |
2 | 60 | 9 | 540 |
3 | 70 | 9 | 630 |
4 | 80 | 9 | 720 |
5 | 90 | - | - |
6 | 100 | 1 | 100 |
7 | 100 | - | - |
Jumlah | 30 | 2090 | |
Rata-Rata | 58,3 |
Nilai terendah adalah 50 sebanyak 2 siswa
Nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 1 siswa
Nilai kurang dari 75 sebanyak 21 siswa
Nilai lebih dari 75 sebanyak 9 siswa
Grafik 6
Analisis hasil evaluasi mata pelajaran IPS Siklus I
1.
2.
3. Ketuntasan Pembelajaran = 30%
Hasil Pengolahan Data IPS Siklus II
Berikut ini adalah data hasil tes formatif siswa dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran Siklus II :
Tabel 7
Analisis Hasil Evaluasi Mata Pelajaran IPS Siklus II
No | Nilai | Banyaknya Siswa | Jumlah Nilai |
1 | 60 | 1 | 60 |
2 | 70 | 9 | 630 |
3 | 80 | 13 | 1040 |
4 | 90 | 6 | 100 |
5 | 100 | 1 | 100 |
Jumlah | 30 | 2370 | |
Rata-Rata | 79 |
Nilai terendah adalah 60 sebanyak 1 siswa
Nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 1 siswa
Nilai kurang dari 75 sebanyak 10 siswa
Nilai lebih dari 75 sebanyak 20 siswa
Grafik 7
Analisis hasil evaluasi mata pelajaran IPS sebelum siklus II
1.
2.
3. Ketuntasan Pembelajaran = 66,6%
Tabel 8
DAFTAR NILAI IPS
KEMAMPUAN PENYELESAIAN SOAL TES
PRA SIKLUS, SIKLUS I DAN SIKLUS II
Mata Pelajaran : IPS
Kelas/Semester : IV/I
Kompetensi Dasar : Menghargai Berbagai Peninggalan Sejarah di Lingkungan
Setempat (Kabupaten/Kota)
No | Nama Siswa | Nilai | Ket | ||
Pra Siklus | Siklus I | Siklus II | |||
1 | 70 | 70 | 80 | ||
2 | 60 | 70 | 80 | ||
3 | 50 | 60 | 70 | ||
4 | 60 | 60 | 70 | ||
5 | 40 | 50 | 60 | ||
6 | 60 | 60 | 80 | ||
7 | 60 | 80 | 90 | ||
8 | 50 | 60 | 80 | ||
9 | 60 | 60 | 80 | ||
10 | 70 | 80 | 90 | ||
11 | 40 | 50 | 70 | ||
12 | 50 | 70 | 80 | ||
13 | 80 | 80 | 90 | ||
14 | 60 | 70 | 70 | ||
15 | 60 | 70 | 70 | ||
16 | 70 | 80 | 80 | ||
17 | 50 | 70 | 80 | ||
18 | 70 | 80 | 90 | ||
19 | 50 | 60 | 70 | ||
20 | 60 | 70 | 80 | ||
21 | 80 | 100 | 100 | ||
22 | 50 | 60 | 80 | ||
23 | 40 | 50 | 70 | ||
24 | 50 | 60 | 70 | ||
25 | 60 | 80 | 80 | ||
26 | 50 | 60 | 70 | ||
27 | 60 | 80 | 90 | ||
28 | 50 | 70 | 80 | ||
29 | 80 | 80 | 90 | ||
30 | 60 | 70 | 80 | ||
Jumlah | 1750 | 2060 | 2370 | ||
Rata-rata | 58,3 | 68,6 | 79 |
Hasil Pengolahan Data IPS Sebelum Siklus, Siklus I dan Siklus II.
Berikut adalah data hasil tes formatif siswa dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran pra siklus, siklus I dan siklus II.
Grafik 8
Nilai rata-rata Mata Pelajaran IPS Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan temuan hasil refleksi atau evaluasi dalam siklus II ini secara keseluruhan pembelajaran melalui penggunaan metode diskusi dan tanya jawab untuk berlangsung dengan baik. Kemampuan siswa kelas IV SD Negeri 1 Astanalanggar potensi siswa dapat ditumbuhkembangkan.
Hal ini tampak dari analisis hasil tes yang telah dilakukan setelah akhir pelaksanaan siklus II. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes secara individuaUperorangan mencapai nilai rata-rata 79 (di atas 75 yang menjadi tolak ukur keberhasilan) dalam penelitian tindakan kelas. Dengan hasil tersebut menunjukkan guru sudah mempunyai kemampuan menggunakan media gambar peninggalan sejarah dalam materi berbagai peninggalan sejarah di lingkungan sekitar pada pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 1 Astanalanggar dan kemampuan memecahkan masalah sudah menunjukkan dengan prosentase siswa yang cukup tinggi.
2. Data Hasil Pengamatan
Pada tahap ini pengamat mendapatkan berbagai masukan dan pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti melakukan penelitian pada siswa kelas IV SDN 2 Ender terdiri dari mata pelajaran IPA Siklus I dan Siklus II. Sedangkan mata pelajaran IPS terdiri dari Siklus I dan Siklus II. Mata pelajaran IPA mengambil masalah efektifitas metode diskusi untuk meningkatkan hasil pembelajaran IPA tentang materi panca indera. Sedangkan pelajaran IPS mengambil masalah pemanfaatan media gambar berbagai peninggalan sejarah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS.
Kegiatan berlangsung lancar dan menghasilkan kemajuan yang berarti bagi siswa terbukti nilai prestasi semakin meningkat. Ini menunjukkan bahwa permasalahan yang diterapkan memenuhi keberhasilan.
Adapun instrumen/data pengamatan yang dijadikan oleh teman sejawat meliputi :
1) Hasil pengamatan guru Siklus I dan Siklus 11 mata pelajaran IPA eksak (APKG)
2) Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas pada mata pelajaran IPA eksak
3) Hasil pengamatan guru siklus I dan siklus II mata pelajaran IPS non eksak (APKG)
4) Hasil pengamatan kegiatan pembelajaran di kelas siklus I dan siklus II pada mata pelajaran IPS non eksak.
Keempat jenis data terlampir semua.
DATA NILAI
HASIL PENGAMATAN GURU (APKG)
MATA PELAJARAN IPA SIKLUS I dan SIKLUS II
No | Aspek yang diamati | Nilai | Ket | |
Siklus 1 | Siklus 2 | |||
1 | Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran | 4,0 | 4,5 | |
2 | Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran | 3,8 | 4,0 | |
3 | Mengelola interaksi kelas | 3,8 | 4,2 | |
4 | Bersikap terbuka megembangkan sikap positif | 3,6 | 4,4 | |
5 | Mendemontrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA | 3,6 | 4,6 | |
6 | Melaksanakan penilaian proses dan hasil | 4,0 | 4,0 | |
7 | Kesan umum pelaksanaan proses dan hasil | 4,0 | 4,0 | |
Jumlah Nilai | 26,8 | 29,1 | ||
Rata-rata Nilai | 3,82 | 4,15 |
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN IPA SIKLUS I dan SIKLUS II
No | Aspek yang diobservasi/diamati | Kemunculan pada | Komentar | |||
Siklus I | Siklus II | |||||
Ya | Tidak | Ya | Tidak | |||
1 2 3 4 5 | Peneliti Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran Menggunakan metode yang bervariasi Mengelola waktu pembelajaran secara efisien Penggunaan alat bantu pelajaran secara maksimal Melibatkan siswa dalam pembelajaran | P P P P P | - - - - - | P P P P P | - - - - - | Baik Baik Baik Baik Baik |
1 2 3 4 5 6 7 | Siswa Antusias mengikuti pelajaran Melaksanakan tugas guru Interaksi dua arah Telibat dalam pembelajaran Menggunakan alat bantu pembelajaran Minat siswa dalam belajar Ketenangan kelas | P P P P P P P | - - - - - - - | P P P P P P P | - - - - - - - | Baik Cukup Baik Baik Baik Baik Baik |
DATA NILAI
HASIL PENGAMATAN GURU (APKG)
MATA PELAJARAN IPS SIKLUS I dan SIKLUS II
No | Aspek yang diamati | Nilai | Ket | |
Siklus 1 | Siklus 2 | |||
1 | Mengelola ruang dan fasilitas pembelajaran | 4,5 | 4,5 | |
2 | Melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran | 4,2 | 4,0 | |
3 | Mengelola interaksi kelas | 3,8 | 4,0 | |
4 | Bersikap terbuka megembangkan sikap positif | 4,0 | 4,4 | |
5 | Mendemontrasikan kemampuan khusus dalam perbaikan pembelajaran mata pelajaran IPA | 4,0 | 4,0 | |
6 | Melaksanakan penilaian proses dan hasil | 4,5 | 4,5 | |
7 | Kesan umum pelaksanaan proses dan hasil | 4,2 | 4,2 | |
Jumlah Nilai | 29,2 | 29,6 | ||
Rata-rata Nilai | 4,17 | 4,22 |
HASIL PENGAMATAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN
MATA PELAJARAN IPS SIKLUS I dan SIKLUS II
No | Aspek yang diobservasi/diamati | Kemunculan pada | Komentar | |||
Siklus I | Siklus II | |||||
Ya | Tidak | Ya | Tidak | |||
1 2 3 4 5 | Peneliti Pengelolaan ruang dan fasilitas pembelajaran Menggunakan metode yang bervariasi Mengelola waktu pembelajaran secara efisien Penggunaan alat bantu pelajaran secara maksimal Melibatkan siswa dalam pembelajaran | P P P P P | - - - - - | P P P P P | - - - - - | Baik Baik Baik Baik Cukup |
1 2 3 4 5 6 7 | Siswa Antusias mengikuti pelajaran Melaksanakan tugas guru Interaksi dua arah Telibat dalam pembelajaran Menggunakan alat bantu pembelajaran Minat siswa dalam belajar Ketenangan kelas | P P P P P P P | - - - - - - - | P P P P P P P | - - - - - - - | Baik Baik Baik Baik Baik Baik Cukup |
3. Data Hasil Refleksi
IPA siklus I
Pada tahap kegiatan siklus I mata pelajaran IPA kompetensi dasar mendeskripsikan panca indera dan fungsinya masih ada kendala dalam menjabarkan alat peraga gambar panca indera yang dikaitkan dengan penerapan metode diskusi.
IPA siklus II
Penerapan metode diskusi mulai nampak ada kelancaran dalam proses belajar mengajar. Siswa mulai tampak bisa berargumentasi tentang lembar kerja yang harus di isi oleh kelompoknya.
IPS siklus I
Pemanfaatan media gambar peninggalan sejarah masih kurang menarik minat siswa sehingga perlu pekerjaan ekstra bagaimana supaya bisa menarik pada kegiatan belajar nanti.
IPS siklus II
Peneliti mulai menerapkan strategi agar proses belajar dengan alat bantu gambar peninggalan sejarah bisa berhasil. Peneliti menggunakan media gambar yang berwarna dan agak besar, temyata ini bisa menarik minat siswa dalam belajar.
Hasil pada tahap observasi dikumpulkan untuk dianalisis dan evaluasi oleh peneliti, kemudian peneliti dapat merefleksi diri tentang berhasil tidaknya perbaikan pembelajaran melalui PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Kegiatan pada tahap pra siklus dijadikan pedoman untuk melaksanakan perbaikan pada siklus I. Hasil pada siklus I diguna.kan untuk perbaikan siklus II.
Pada metode pelajaran IPA yang menitikberatkan pada efektifitas penggunaan metode diskusi untuk rneningkatkan hasil pembelajaran IPA tentang materi panca indera. Pada pra siklus penguasaan materi belum tuntas hanya 20% ketuntasan belajar, sedang pada tahap perbaikan siklus I meningkat mencapai 33,4% dan pada tahap siklus II mencapai 80%. Dengan adanya peningkatan hasil pembelajaran maka dapat diambil kesimpulan bahwa alat peraga/media dapat meningkatkan perhatian dan minat siswa terhadap pelajaran.
Pada materi pelajaran IPS yang menitikberatkan pada pemanfaatan media gambar berbagai peninggalan sejarah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPS. Pada pra siklus penguasaan siswa masih rendah yaitu 10% ketuntasan belajar. Sedang pada tahap perbaikan siklus I meningkat mencapai 30%, dan pada tahap perbaikan siklus Il mencapai 66,6%. Dengan semakin meningkatnya prosentase kenaikan nilai siswa, maka ternyata bagi peneliti bahwa penerapan metode demonstrasi dapat mengaktifkan siswa dalam pembelajaran.
Dari segala kegiatan yang telah berjalan dan dilakukan oleh peneliti dapat dijadikan pengalaman yang berarti tentang berapa pentingnya peranan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sebagai cara untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan prestasi siswa.
Data Hasil Refleksi
1. Nilai Rata-rata Formatif
No | Mata pelajaran | Tahap | Nilai |
1 | IPA | Pra Siklus Siklus I Siklus II | 60,3 68 8 |
2 | IPS | Pra Siklus Siklus I Siklus II | 58,3 68,6 79 |
2. Ketuntasan Belajar
No | Mata pelajaran | Tahap | Nilai |
1 | IPA | Pra Siklus Siklus I Siklus II | 20% 33,4% 80% |
2 | IPS | Pra Siklus Siklus I Siklus II | 10% 30% 66,6% |
B. Pembahasan
Belajar adalah mengalami dalam arti belajar di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik, contoh : buku, alat olah raga, alam sekitar. Lingkungan sosial contoh : guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah.
Lingkungan belajar yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa belajar. Guru yang mengajar dengan tanpa menggunakan alat peraga biasanya bagi sekolah dasar, apalagi di kelas-kelas rendah, kurang merangsang siswa belajar lebih giat.
Belajar bisa melalui pengalaman langsung maupun melalui pengalaman tidak langsung, belajar melalui pengalaman tangsung umpamanya siswa belajar dengan melakukan sendiri dengan menglaminya sendiri.
1. Peneliti melakukan kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran IPA siklus I dan siklus II menerapkan metode diskusi ternyata berdampak baik bagi guru sebagai peneliti dan siswa sebagai objek :
- Bagi guru sebagai peneliti sangat membantu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, karena siswa akan lebih aktif dan belajar bertukar pendapat, menerima pendapat teman kelompoknya sehingga tercipta saling menghargai pendapat orang.
2. Pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran IPS siklus I dan siklus II yang memanfaatkan alat peraga/media pembelajaran berupa gambar-gambar peninggalan sejarah. Kegiatan pembelajaran berhasil menarik minat siswa untuk belajar sehingga berdampak pada :
- Peneliti yang tidak lain adalah guru dapat membuktikan bahwa proses pembelajaran dengan dibantu oleh media pembelajaran bisa menjembatani kegiatan belajar dengan berbagai metode.
- Siswa juga merasakan situasi tidak monoton karena alat peraga gambar mampu membuat pembelajaran tidak membosankan. Ini semua akan berdampak pada keberhasilan dalam pembelajaran.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan perbaikan pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan Metode Diskusi dan Media Gambar berbagai Peninggalan Sejarah dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Ender. Metode diskusi dapat meningkatkan peran serta siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan media mampu menjembatani proses penyampaian materi dengan menggunakan alat bantu pelajaran.
Meningkatnya nilai keberhasilan siswa melalui perbaikan pembelajaran antara lain :
1. Nilai rata-rata formatif mata pelajaran IPA kelas IV SDN 2 Ender meningkat yaitu :
Pra siklus : 60
Siklus I : 68
Siklus II : 81
2. Prosentase nilai ketuntasan belajar n.ata pelajaran IPA kelas TV SDN 2 Ender juga meningkat yaitu :
Pra siklus : 20% sebanyak 6 siswa dari 30 siswa
Siklus I : 33,4% sebanyak 10 siswa dari 30 siswa
Siklus II : 80% sebanyak 24 siswa dari 30 siswa
3. Nilai rata-rata formatif pelajaran IPS kelas IV SDN 2 Ender juga meningkat yaitu :
Pra siklus : 58
Siklus I : 68
Siklus II : 79
4. Prosentase nilai ketuntasan belajar mata pelajaran IPS kelas IV SDN 1 Astanalanggar juga naik yaitu :
Pra Siklus : 10% sebanyak 3 siswa dari 30 siswa
Siklus I : 30% sebanyak 9 siswa dari 30 siswa
Siklus II : 66,6% sebanyak 20 siswa dari 30 siswa
Membuktikan pula bahwa peran media gambar sangat penting untuk mengatasi kebosanan siswa dan meningkatkan nilai.
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA dan IPS, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Penyampaian materi secara perlahan dan jelas.
2. Penggunaan metode yang bervariasi.
3. Menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan jelas.
4. Memberi motivasi supaya siswa aktif dalam pembelajaran
Selain itu, guru dituntut untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas untuk mengatasi berbagai masalah dalam pembelajaran. Dengan melakukan penelitian tindakan kelas guru dapat mengetahui kekurangan dirinya dan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu penulis penyarankan agar rekan-rekan guru untuk mempelajari penelitian tindakan kelas, diantaranya melalui seminar-seminar atau memperdalam menelaah buku-buku masalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas).
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati; Mujiono. (1994). Belujur dun Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. .
Depdikbud. (1986). Pedoman Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud.
Noehi Nasution, dkk. (2004). Pendidikan IPA di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sri Amitah Wiryawan dan Hoorhadi. (1990). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Universitas Terbuka.
Wardani I.G.A.K; Wihardit, Kuswaya; dkk (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Pusat Penerbit Universitas Terbuka.
Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar. KTSP Kelas I s/d VI. Jakarta : Depdikbud.
No comments:
Post a Comment