DEWI SRI
Ceritera tentang Dewi Sri ini sudah tidak asing lagi bagi orang Indramayu, karena menjelang panen biasa diadakan pesta untuk “Mapag Sri”. Ceriteranya adalah sebagai berikut :
Pada jaman dahulu tersebutlah seomang Batara Guru yang bernama Sang Pramesti Guru. Dia adalah ratuning Jagat artinya yang menguasau dunia serta seisinya. Pada suatu hari Batara Guru mengumpulkan para dewa semua untuk memberitahukan bahwa Dewa semuanya harus bekerja bergotong-royong untuk membantu “Swarga Loka”. Setelah pemberitahuan itu selesai, kemudian dewa-dewa itu masing-masing mengerjakan tugasnya yang telah di atur oleh Batara Guru.
Para dewa dalam melaksanakan pekerjaannya itu tidak ada yang malas-malas, kecuali Anta Boga. Batara Guru tahu bahwa Anta Boga tidak ikut bekerja dalam membangun Swarga Loka tersebut, akhirnya dia dipanggil untuk menghadap Batara Guru. Sesudah dia menghadap, maralah Batara Guru ke padanya. Anta Boga menangis karena sedihnya. Karena kesaktiannya maka tiga tetes air mata yang keluar dari matanya itu berubah menjadi tiga butir telur. Sesudah Batara Guru agak berkurang marahnya, disuruhnya Anta Boga pergi dengan telurnya yang harus ditetaskan. Kemudian telur itu disimpannya di dalam mulutnya.
Ditengah perjalanan sang Anta Boga berjumpa dengan sahabatnya Gagak Putih. Kemudian Anta Boga ditanya oleh Gagak Putih, akan tetapi pertanyaan yang berulang kali itu tidak dijawab dengan sepatah katapun. Melihat keadaan yang demikian, maralah Gagak Putih kepada Anta Boga. Tak tahulah bagaimana tindakan Gagak Putih itu sehingga dua telur Anta Boga pecah dan tinggal satu. Telur yang pertama pecah di tengah laut, karena kekuasaan dewa mala telur itu menjadi manusia yang ganteng dan diurus oleh raja di dasar laut. Sedangkan telur yang kedua pecah di darat dan jadilah manusia yang dipimpin oleh seorang raja di darat. Tetapi sayang kedua pemuda yang ganteng itu mempunyaikelainan dari manusia biasa. Pemuda yang tinggal di laut bernama Budug Basu baunya seperti ikan, sedang yang didarat bernama Sangkala Buat yang berbau bangkai.
Telur yang ketiga menetas menjadi seorang puteri yang cantik, bernama Dewi Sri. Selanjutnya Dewi Sri mau diserahkan kepada Batara Guru. Batara Guru menghendaki supaya puteri itu diurus sampai dewasa.
Lama-kelamaan sang Puteri (Dewi Sri) terkenal kemana-mana. Karena kelakuannya yang baik dan lagi parasnya yang cantik, akhirnya banyaklah pemuda yang datang mau melamarnya. Di antaranya Budug Basuh dan Sangkal Buat. Saking bingungnya sang Anta Boga mengadakan sayembara. Barang siapa yang menginginkan puteri haruslah orang-orang (raja) yang sakti mandraguna. Disitu ramailah orang mulai mengikuti sayembara, dan Sangkala Buat bersumpah mau kawin dengan Dewi Sri. Akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh Budug Basu. Dengan demikian Budug Basu berhak memaksa Dewi Sri untuk dijadikan isterinya. Karena cintanya terhadap Dewi Sri, maka Budug Basu memaksanya kawin cepat-cepat untuk dibawa ke negaranya, tetapi Dewi Sri minta tempo dan Budug Basu pun menyetujuinya.
Selama tempo yang dijanjikan itu Dewi Sri selalu melamun sebab hatinya tidak begitu setuju. Akhirnya Dewi Sri jatuh sakit sampai meninggal dunia. Beberapa hari kemudian tersiarlah kabar tentang kematian Dewi Sri itu. Karena cintanya kepada Dewi Sri, Budug Basu berbuat nekad mau bunuh diri dan dikatakannya bahwa ia akan kawin dengan Dewi Sri di alam rasa. Kemudian ia masuk ke laut dan menjadi ikan di laut itu. Sangkala Buat meninggal dunia di darat dan menjelma menjadi hewan-hewan yang ada di darat. Di tempat Dewi Sri dikubur tumbuhlah bermacam-macam tanaman lapa, padi dan lain sebagainya.
Nah, sampai sekarang meurut kepercayaan-kepercayaan kuno kalau makan nasi tanpa ikan rasanya kuang nikmat, karena merupakan perkawinan antara Budug Basu dengan Dewi Sri atau Dewi Sri dengan Sangkala Buat.
No comments:
Post a Comment