Monday 5 April 2010

Makalah Agama Akhlakul Karimah

Makalah Agama Akhlakul Karimah
Makalah Agama Akhlakul Karimah ini Kami susun untuk melengkapi Koleksi Makalah Agama yang akan membahas tentang Akhlakul Karimah. Makalah Agama Akhlakul Karimah ini terdiri atas 3 Bab. Semoga Makalah Agama Akhlakul Karimah ini dapat bermanfaat untuk anda semua.

Semoga kehadiran Makalah Agama Akhlakul Karimah ini dapat dijadikan referensi dalam pembuatan makalah-makalah lain yang berhubungan dengan Agama dan Akhlakul Karimah.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan Makalah Agama Akhlakul Karimah ini, semoga usahanya dalam membantu kami mendapatkan pahala yang lebih baik di sisi Allah SWT.


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain :
1. Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan.
Kalau perbuatan dilakukan hanya sekali saja maka tidak disebut sebagai akhlak. Contoh, pada orang yang jarang berinfaq, tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwanya.
2. Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan sebab difikirkan atau direncanakan dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau detelah difikirkan secara matang, maka tidak dapat disebut akhlak.


B. Tujuan

Diharapkan manusia bisa membiasakan perilaku terpuji, supaya dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT, serta dapat mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.



BAB II
TINJAUAN TEORI


A. Pengertian Akhlakul Karimah

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pertimbangan Akal dan Syar’i, maka disebut akhlak yang baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah kemungkaran maka disebut akhlak yang buruk.
Jadi akhlakul karimah dapat diartikan sebagai akhlak yang baik yang daripadanya terdapat unsur dan sifat-sifat kebaikan.

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1. Tabi’at atau budi pekerti
2. Kebiasaan atau adat
3. Keperwiraan.

Akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka suatu perbuatan baru dapat disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat, antara lain:

1. Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu atau berkesinambungan.
Kalau perbuatan hanya dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut dengan akhlak. Contoh, pada suatu saat orang yang jarang berinfak tiba-tiba memberikan uang kepada orang lain dengan alasan tertentu. Dengan tindakan tersebut tidak dapat disebut murah hati atau berakhlak dermawan, karena hal tersebut tidak melekat dalam jiwanya.
2. Perbuatan tersebut timbul secara tiba-tiba, bukan sebab dipikirkan atau direncanakan terlebih dahulu. Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan secara matang, maka tidak dapat disebut akhlak.
Akhlak Nabi Muhammad SAW dapat disebut dengan akhlak Islam. Karena akhlak tersebut bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Qur’an datangnya dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri tertentu yang berbeda dengan perbuatan yang diatur manusia.
Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kebaikan bersifat mutlak, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam adalah murni baik untuk individu maupun masyarakat.
2) Kebaikannya bersifat menyeluruh, yaitu kebaikan yang selalu berlaku secara universal.
3) Tetap, artinya kebaikannya tidak mengalami perubahan.
4) Kewajiban yang harus dipenuhi, yaitu kebaikan yang terkandung dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga ada sangsi hukum tertentu bagi yang tidak melaksanakan.
5) Pengawasan yang menyeluruh, karena akhlak dari Allah maka pengaruhnya lebih kuat dari akhlak buatan manusia.


B. Tawadhu

Tawadhu berarti rendah hati. Kata tawadhu lawan kata takabur. Sikap tawadhu disukai dalam pergaulan sehingga menimbulkan rasa simpatik dan senang. Sikap takabur tidak disukai dalam pergaulan. Orang yang rendah hati tidak akan menurunkan martabatnya, justru mengangkat derajat orang tersebut. Orang yang sombong menginginkan agar dirinya tampak lebih tinggi dan dihormati orang lain. Namun justru sebaliknya, sikap sombong menghidangkan rasa simpati dan dijauhi dalam pergaulan.
Islam memberi tuntunan kepada umatnya untuk memiliki sikap tawadhu dan menjauhi sikap takabur. Seperti pada Al-Qur’an surat Luqman ayat : 18 - 19.


Artinya : "Dan janganlah kamu memalingkan muka dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Seburuk-buruk suara adalah suara keledai".
Dari ayat di atas dapat diambil pelajaran :
1. Memalingkan muka saat berbicara dengan orang lain adalah suatu sikap tidak bersahabat dan menimbulkan rasa kecewa pada lawan bicara.
2. Mengeraskan suara adalah hal yang kurang terpuji. Allah menyatakan seburuk-buruk suara adalah suara keledai. Maksud pernyataan itu adalah orang yang suka berbicara dengan keras, padahal jika lirih saja sudah terdengar maka Allah mengibaratkannya seperti tingkah keledai.

C. Taat
Yang dimaksud taat adalah sifat atau laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama perintah yang didasarkan atas perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga diri, nama baik, serta kredibilitas bagi pelakunya. Baik di hadapan Allah maupun sesama manusia. Orang memiliki sifat taat tidak akan dipandang nista di hadapan Allah dan juga dalam pergaulan di masyarakat.
Allah memerintahkan Kepada manusia untuk berusaha dengan sunguh-sunguh dan bekerja keras, dengan bekerja keras manusia sudah melaksanakan perintah Allah untuk taat dan tunduk kepada hukum-hukum Allah, dengan taat kepada Allah dan Rasulnya, manusia akan mampu mempertahankan hidup serta mengembangkan kehidupan dirinya dan lingkungannya.
Firman Allah Q.S. Jum'at : 10

Artinya : "Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah"
Firman Allah SWT Q.S. Ar Ra'du : 11:


Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
D. Qana'ah
Arti Qana'ah adalah rela menerima apa adanya. Rela menerima apa adanya dalam hal ini, adalah menerima atas hasil usaha. Jika seseorang sudah berusaha dengan sebaik-baiknya, namun hasilnya belum sesuai dengan apa yang diharapkan, maka dengan rela hati ia menerima hasil tersebut dengan
syukur dan lapang dada atau bersabar. Rela menerima apa adanya bukan berarti merasa cukup dengan apa yang ada sambil bermalas-malasan, tidak mau berusaha meningkatkan kesejahteraan hidup. Qana'ah merupakan sikap yang ditiru dari para sufi, Karena qana'ah dapat menjauhkan dan ajakan nafsu terhadap berbagai tipu daya kehidupan dunia yang membuatnya lupa kepada Allah. Akibat godaan nafsu, seseorang tidak merasa takut atas ancaman yang diterimanya, sehingga sikap dan perilakunya melampaui batas-batas norma ilahiah. Untuk menghindari hal itu, seorang muslim dituntut bersikap qana'ah dalam hidupnya. Hal ini didasarkan pada hadits yang diriwa.yatkan Jabir yang artinya "qana'ah adalah perbendaharaan yang tidak akan musnah". Adapun yang dimaksud dengan perbendaharaan adalah sesuatu yang mempunyai nilai yang amat berharga dan bermanfaat. Bagi seorang muslim, harta benda seperti inah yang harus dicari walaupun memerlukan pengorbanan dan perjuangan untuk memperolehnya.
Qana'ah diibaratkan dengan harta benda itu tidak akan hidang dan musnah jika dipelihara dengan iman yang kuat. Hal ini berbeda dengan perbendaharaan harta benda dunia yang mudah hidang atau musnah karena bersifat fana dan sementara. Harta benda dunia tidak membawa kebaikan dan bahkan membawa kemadharatan.
Seseorang yang memilki sifat qana'ah, maka ia akan merasa cukup dengan harta atau rizki yang ada pada dirinya. Pikirannya tidak berangan-angan pada hal-hal yang lain. Ia berpendirian, bahwa apa yang diperoleh atau apa yang ada pada dirinya semua sudah menurut kadar ketentuan Allah SWT.

Wahyu Allah SWT. Surat Huud : 6


Artinya : “Tiada sesuatu yang melata di bumi, melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya.
Sifat qana'ah merupakan dasar atau dandasan dalam menghadapi hidup, menumbuhkan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, menimbulkan energi atau semangat kerja untuk meraih rizki. Jadi, manusia harus berikhtiar dibarengi dengan percaya akan takdir yang diperoleh sebagai hasilnya.
Selain itu, sifat qana'ah menjadikan orang tidak tamak. Seseorang bekerja bukan karena apa yang dimiliki itu belum cukup kemudian mengejar yang lainnya, tetapi orang bekerja karena dalam hidup ini manusia tidak boleh bermalasan-malasan serta menyadari bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah kepada Allah SWT. Qana'ah tidak bertentangan dengan penguasaan harta, selama harta itu tidak menghilangkan ketentraman hati, sebab qana'ah merupakan tangga ketentraman hati. Harta bahkan sangat diperlukan selagi masih diikat dengan niat yang suci yakni untuk mendukung segala keperluan hidup, berhubungan dengan sesama manusia dan beribadah kepada Allah SWT. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "Walaupun seseorang menyimpan semua harta benda yang ada di bumi ini, tetapi dengan niat hendak menghadap Allah SWT, maka tidaklah Allah SWT akan berpaling darinya".
Sikap qana'ah dapat diterapkan dalam kondisi lapang maupun kondisi sempit. Bersyukur ketika mendapat kelapangan dan kenikmatan yang banyak (bukan lupa daratan) dan bersabar ketika menerima kesempitan (bukan putus asa).
1. Qana'ah dalam Kehidupan
Sikap qana'ah telah diterapkan oleh para sahabat, bahkan sudah sangat melekat dalam perikehidupan sehari-hari mereka. Hal ini dikarenakan, mereka telah mendapat contoh nyata dari rasulullah SAW. Dalam kehidupan sehari-hari beliau senantiasa merasa cukup dengan apa yang ada. Sifat terpuji ini sudah melekat pada diri beliau sejak masa kanak-kanak.


Artinya : "Bahwa Nabi Muhammad SAW itu lebih sempurna Akhlak dan Dzatnya".


Artinya : "Sebaik-baik manusia adalah yang lebih baik akhlaknya".


Artinya : "Orang mukmin yang sempurna adalah orang mukmin yang baik akhlaknya".

Seorang yang beriman pada Allah akan menjadikan Rasul sebagai suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, sangat pantas bagi kaum mukminin untuk menerapkan sikap qana'ah ini dalam kehidupan sehari-harinya sebagaimana Rasulullah SAW. Penerapan sikap qana'ah membutuhkan pemahaman yang baik. Untuk lebih memahami tentang qana'ah perlu kiranya diketahui unsur-unsur yang terkandung di dalam sikap qana'ah, di antaranya :

a. Qana'ah mengandung unsur "Bekerja dengan Rajin dan Giat"
Qana'ah mengharuskan seseorang untuk bekerja dan berusaha dengan giat sebelum menerima segala pemberian Allah. Jika ada orang yang beranggapan bahwa qana'ah akan membuat malas bekerja, tidak berikhtiar, maka itu adalah anggapan yang keliru. Islam menghendaki agar manusia giat bekerja dan berusaha, baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun kepentingan akhirat.
Sudah jelas bahwa hidup di dunia ini harus bekerja. Rizki tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus dicari. Namun demikian hasil tetap di tangan Allah SWT bukan manusia yang menentukan. Bekerja giat adalah kewajiban manusia dan Allah menilai proses memperoleh rizki bukan hasilnya, sedangkan penyikapan terhadap hasil adalah penilaian Allah tersendiri.
b. Qana'ah mengandung unsur "Berdo'a"
Semua manusia tentu ingin hidup senang baik di dunia maupun di akherat. Oleh karena itu manusia harus berusaha. Setelah berusaha hendaknya berdo'a, sebab giat berusaha belum jaminan segala keinginan akan terpenuhi. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Ia juga Maha Adil, lagi Maha Bijaksana. Sepantasnyalah jika manusia berharap hanya kepada Allah atas segala Rahmat dan Karunia-Nya karena segala ketentuan ada di tangan Allah. Jadi, manusia harus memohon kepada Allah, jika ingin rizki bertambah. Manusia harus yakin bahwa Allah telah mendengar do'a hambanya.
c. Qana'ah mengandung unsur "Menerima Apa Adanya dengan Lapang Dada"
Menerima apa yang ada dengan dada yang lapang merupakan unsur qana'ah yang sangat penting dalam mengarungi lautan kehidupan ini. Sikap ini menghilangkan keraguraguan dalam diri seseorang, karena orang sudah siap menerima apa pun yang akan diberikan oleh Allah SWT.
Jika ditimpa kesusahan, ia sudah siap menerima takdir Allah SWT itu dengan kesabaran, jika mendapat kesenangan ia sudah siap bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang dilimpahkan padanya. Bagi orang yang memiliki sifat ini kepuasan bukan karena harta yang banyak, akan tetapi dapat mensyukuri nikmat Allah.
d. Qana'ah mengandung unsur "Tidak Terperdaya oleh Dunia"
Gemerlap dunia ini penuh dengan tipu daya dan fatamorgana, berupa berbagai macam keindahan dan kesenangan. Jika manusia tidak berhati-hati, maka akan terjerumuslah dalam jurang kesengsaraan.
Firman Allah SWT :

Artinya : "Dan tidaklah kehidupan dunia itu melainkan hanyalah permainan dan kesenangan yang melalaikan". (Q. S. A1 Hadiid : 20)
Orang sering mengatakan bahwa kebaikan itu pahit sedangkan kejahatan itu manis. Maksud kata-kata ini adalah bahwa melakukan kebaikan itu sulit dan tidak menyenangkan, sedangkan berbuat kejahatan itu mudah dan menyenangkan. Hal ini termasuk tipu daya setan untuk mengelabuhi manusia dengan menghias duniawi untuk melenakan manusia sehingga berbuat kebaikan yang sebenarnya mudah terasa berat dan menyusahkan, sebaliknya berbuat jahat yang sebenarnya berat terasa ringan dan menyenangkan.
e. Qana'ah mengandung unsur "Bersabar"
Sabar adalah meninggalkan segala macam pekerjaan yang digerakkan oleh hawa nafsu, tetap pada pendirian agama yang mungkin bertentangan dengan kehendak hawa nafsu, semata-mata karena menghendaki kebahagiaan dunia dan akherat. Berbuat sabar bukan hal yang ringan, karena berhadapan dengan kehendak hawa nafsu yang melekat di dalam diri. Apalagi ketika harus berlaku sabar dalam keadaan yang serba sulit, godaannya sangat besar. Ketentuan Allah SWT, bagaimanapun keadaannya atau sesulit apapun derita yang yang dialami, harus dihadapi dengan penuh kesabaran, karena hanya dengan kesabaran segala kesulitan dan penderitaan akan terobati. Allah SWT memberi kemuliaan kepada orang yang sabar sebagaimana firman Allah SWT :


Artinya : Mereka itu orang-orang yang dikaruniai oleh Allah dengan martabat yang mulia dalam surga karena kesabaran dan mereka diberikan penghormatan dan ucapan selamat selama memasuki surga. (0. S. A1 Furqan : 75)
f. Qana'ah mengandung unsur "Berfawakal"
Tawakkal kepada Allah SWT adalah menyerahkan segala sesuatu (hasil) kepada Allah SWT setelah berusaha (berikhtiar) scmaksimal mungkin. Manusia hanya merencanakan dan berusaha (bekerja) sedangkan ketentuan ada di tangan Allah SWT. Jadi, Tawakkal bukan berarti menyerah atau pasrah begitu saja tanpa usaha. Menyerah atau pasrah begitu saja membuat orang malas dan putus asa.
Firman Allah SWT :


Artinya : "Dan kepunyaan Allah-lah segala rahasia danqit dan bumi, dan kepada-Nya lah dikembalikan segala sesuatu. Oleh karena itu sembahlah Dia dan benavrlakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Tuhanmu tidak melrrpakan apa yang kamu kerjakan". (Q. S. Huud : 123)
Seseorang dikatakan sudah memiliki sikap qana'ah apahila dia rela menerima apa yang ada dengan lapang dada, sementara itu ia tetap giat bekerja sambil berdo'a kepaaa Allah SWT. Apabila ditimpa sesuatu yang menyulitkan atau terkena musibah, ia bersabar dan bertawakal dalam menerima ketentuan Allah SWT. Semua ia serahkan kepada-Nya. Ia juga memiliki pendirian yang teguh mengenai tujraan hidup ini, ia menyadari bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, kehidupan yang kekal adalah di akherat kelak. Oleh karena itu ia tidak terpengaruh oleh bujukan dan tipu daya dunia yang menyesatkan.
Pada kehidupan yang penuh persaingan dan materialistik ini, dimana manusia saling berlomba memburu kesenangan dan materi dunia, sifat qana'ah akan mampu menjadi benteng yang kokoh sehingga manusia tidak terjangkit penyakit-penyakit hati seperti sombong, kikir, iri, dengki dan sebagainya. Dengan sifat qana'ah ini pula, manusia dapat terhindar dari stres dan gangguan jiwa karena hatinya senantiasa tenang dan damai dalam segala kondisi.

E. Sabar
Arti sabar adalah menahan diri dalam menanggung suatu penderitaan atau cobaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi. Imam AI Ghozali mengatakan "Sabar adalah suatu kondisi mental dalam mengendalikan nafsu yang tumbuhnya atas dorongan ajaran agama" karena sabar merupakan salah satu tingkatan yang harus dijalani oleh seseorang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di dalam suatu tingkatan yang harus dilalui oleh manusia biasanya tingkatan sabar diletakkan sesudah zuhud. Karena orang yang dapat mengendalikan dirinya dalam menghadapi kelezatan duniawi berarti dia telah berusaha menahan diri dari kelezatan tersebut. Keberhasilan dalam tingkatan zuhud akan membawanya ke dalam tingkatan sabar. Dalam tingkatan sabar orang tidak lagi tergoncang oleh penderitaan dan hatinya sudah betul-betul teguh dalam menghadap Allah SWT.

1. Pengertian Sabar
Dalam bahasa Arab, sabar sering didefinisikan : Menahan diri sejalan dengan tuntutan akal dan agama.
Menurut Imam Ghozali, hakekat sabar ialah tahan menderita gangguan dan tahan menderita ketidaksenangan orang. Siapa yang mengeluh dari buruknya kelakuan orang lain hal yang demikian menunjukkan atas buruknya kelakuan sendiri, karena budi pekerti yang baik adalah sanggup menderita yang tidak disenangi. Beliau berkata, sabar itu kokohnya dorongan agama dalam menghadapi dorongan hawa nafsu.
Sabar artinya tahan terhadap setiap penderitaan atau sesuatu yang tidak disenangi dengan sikap ridha dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT Ada juga yang mengartikan sabar adalah keteguhan hati dalam menghadapi berbagai kesulitan dan bahaya.. Kata sabar memang kedengarannya sangat sederhana, akan tetapi pada prakteknya tidak semua orang mampu melakukannya, dan sudah tidak menjadi rahasia lagi di lingkungan kita banyak orang sering kehilangan kesabaran.
Dalam mengarungi samudra kehidupan, kita tidak akan terlepas dari ujian dan cobaan yang datang menjemput setiap waktu, baik cobaan yang menimpa terhadap kehidupan diri sendiri, kelompok ataupun bencana yang menimpa terhadap bangsa. Perjalanan hidup yang penuh liku itu kadang naik kadang turun, berbelok. penuh onak dan duri. Itu semua tidak mungkin kita atasi jika tidak didasari dengan kesabaran.
2. Macam-macam Sabar
Sabar mempunyai dua macam pengertian berbeda, yaitu Sabar yang berarti lapang dada dan tabah menghadapi segala kasus, problematika, musibah dan ujian yang menimpa diri sendiri. Mushabarah yang berarti tabah dan teguh menghadapi persaingan dalam memperjuangkan suatu cita-cita.
Dalam hal ini kita diuji apakah kita mampu menghadapi persaingan, teguh mempertahankan prinsip dan lebih tabah dan teguh dalam menjalaninya atau tidak.
Secara garis besar Sabar itu dikelompokan menjadi dua yaitu :
a. Jasmani, seperti menderita kesukaran dalam beramal dan beribadah.
b. Rohani, ialah sabar menahan hawa nafsu dan keinginan tabi'at manusiawi dan ajakan hawa nafsu. Misalnya :
1) Sabar menahan syahwat (nafsu) perut dan kemaluan namanya "iffah" (perwira)
2) Tahan menerima musibah dan penderitaan, nama istilahnya adalah "sabar" (tabah).
3) Sabar menahan diri dari hidup berlebih-lebihan, namanya “Zuhud" (sederhana).
4) Sabar menahan diri ketika mendapat kekayaan yaitu Dhabtum nafsi.
5) Sabar menerima bagian atau pemberian yang sedikit, dikenal denyan istilah "Qona'ah" (rela dengan yang telah ada).
6) Sabar dalam menghadapi peperangan yaitu : "syaja'ah" (berani).
7) Sabar dalam menahan amarah, disebut : "hilmi" (lapang dada).

Sabar pada Kenyataannya dapat Dikelompokan Menjadi tiga macam, yaitu :
1) Sabar atau menahan diri dari segala perbuatan jahat (maksiat)
Sabar merupakan dandasan yang kokoh untuk mewujudkan apa saja yang kita inginkan. Sabar di sini termasuk di dalamnya menghindarkan diri dari perbuatan maksiat yang dapat menjerumuskan. Karena kita sudah mengetahui bahwa perbuatan maksiat itu perbuatan yang termasuk pembangkangan yaitu suatu perbuatan jahat yang menurut hawa nafsu syaithaniyah juga suatu perbuatan yang bisa menjerumuskan diri sendiri maupun orang lain sehingga mengakibatkan orang lain yang dirugikan. Ketika iman kita tergoda karena nafsu syaithaniyah, orang tersebut senantiasa ingin melampiaskannya walapun sudah mengerti bahwa perbuatan yang dilakukan itu termasuk perbuatan yang dilarang Allah SWT. Keinginan atau dorongan nafsu itu apabila tidak terlampiaskan, seringkali membuat kita semakin tertekan. Apabila iman kita goyah karena nafsu yang tidak terbenduny maka akan berarti telah hilang pula rasa kesabaran kita dalam menghalang perbuatan jahat. Jadi, sabar dalam hal ini merupakan suatu pertahanan yang dapat mencegah berbagai dorongan nafsu yang setiap saat menggoda iman manusia.
Rasulullah SAW bersabda :


Artinya : "Surga itu dikelilingi dengan kebencian-kebencian hawa nafsu, sedangkan neraka itu dikelilingi oleh kesenangan-kesenangan hawa nafsu." (H. R. Muslim)
Hadits di atas menjelaskan betapa sulitnya meraih jalan ke surga. Karena dikelilingi oleh hawa nafsu yang setiap saat mengintai kita agar terjerumus ke lembah dosa.
Rasulullah SAW mengingatkan kita bahwa ke jalan surga penuh dengan hal-hal yang tidak disenangi hawa nafsu. Sedangkan jalan ke neraka justru dipenuhi dengan kesenangankesenangan hawa nafsu.
Menjauhkan diri dari godaan-godaan hawa nafsu tidaklah gampang kecuali bagi orang-orang yang sabar. Sabar disini adalah pengaruh dari keyakinan yang mendalam dan tujuan yang bulat mencari ridha Allah. Dengan demikian hanya shabarlah yang dapat membendung semuanya. Dan inilah hiasan yang menjadikan seorang muslim itu ke tingkat derajat yang mulia, yang menjuhkan seorang mukmin dari kehinaan dan tipu daya kejahatan. Untuk memperoleh derajat itulah kita harus berdoa sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur’an yaitu :


Artinya : " Ya Allah Tuhan kami, Iimpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepadamu)," ( Q. S. Al Araf: 126)
2) Sabar dalam Melakukan Ibadah
Sabar dalam melaksanakan agama Allah, baik dalam menjalankan perintah-Nya, maupun menjauhi larangan-Nya. Sabar digini merupakan sikap menahan diri dari berbagai kesulitan dan rasa berat dalam menjalankan ibadah.
Dalam ibadah tidak hanya dituntut memenuhi syarat dan rukunnya secara lengkap, tapi harus dilakukan secara khusuk dan penyerahan diri secara total. Di dalam AI Quran banyak kita jumpai tentang perintah beribadah kepada Allah diantaranya yaitu surat Adz Dzariyaat ayat : 56 yang berbunyi :

Artinya : "Tidaklah sekali-kali kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah" (Q. S. Adz Dzariyaat : 56)
Dalam beribadah pasti banyak ditemukan berbagai rintangan dan halangan yang berupa godaan-godaan yang selalu menghantui pikiran sehirigga shalat kita tidak khusuk atau hendak memulainya terasa berat dan kadang ditunda-tunda. Padahal sudah kita ketahui bahwa diantara fungsi ibadah adalah meninggikan kualitas nilai kemanusiaan artinya dengan ibadah diharapkan manusia akan dapat mengembangkan fungsinya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT.
Dengan berfungsinya manusia sebagai hamba dan khalifah Allah, maka manusia akan mencapai kebahagiaan hakiki dan ketinggian derajat dan martabat sebagai manusia.
Akan tetapi untuk mewujudkan fungsi manusia sebagai kalifah di muka bumi ini jelas tidak mudah, banyak halangan, rintangan dan cobaan yang senantiasa menghadang. Seperti perasaan malas, merasa tidak mendapatkan manfaat apa-apa setelah menjalankan ibadah, padahal pengamalan ibadah shalat itu jika dilaksanakan secara sesungguhnya kita disiplin dan berkesinambungan akan dapat meningkatkan kesucian jiwa, ketenangan batin dan bahkan menjaga kesehatan fisik dan mental. Hal ini telah diketemukan oleh para ahli di bidang ilmu kesehatan. Oleh karena itu pengamalan ibadah ini sangat memerlukan kesabaran.
Ada beberapa dalil-dalil yang berkaitan dengan perintah beribadat dengan sabar dan khusu' diantaranya adalah :
A1 Qur'an surat Thahaa ayat : 132

Artinya : "Dan perintahkan kepada keluargamu mendirikan shalat, dan bershabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rizki kepadamu, Kamilah yang memberi rizki kepadamu. Dan Akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa. (Q.S. Thahaa : 132)

Al Qur'an surat Al Baqarah ayat : 45


Artinya : "Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusu". (Q. S. Al Baqarah : 45)

Demikian pula ibadah-ibadah yang bersifat umum seperti melakukan perbuatan-perbuatan baik dan bermanfaat bagi dirinya lebih-lebih bagi orang banyak. Semakin besar manfaat yang dapat diberikan kepada orang lain, maka semakin tinggi pula nilainya.
Untuk dapat memberikan manfaat tentu harus memiliki ilmu dan ketrampilan, maka kita harus banyak belajar dengan tekun dan disiplin, untuk dapat tekun dan disiplin dalam bela)ar kita memerlukan kesabaran yang tinggi, tanpa memiliki rasa kesabaran kita tidak dapat menguasainya, sebab penguasaan ilmu dan keterampilan itu memerlukan waktu yang cukup lama.
3) Sabar Karena Menghindari Kemunduran
Sabar karena menghindari kemunduran maksudnya adalah menahan diri dari berbagai macam godaan yang menyebabkan kita tidak berani dalam melakukan sesuatu yang baik seperti ; membela keadilan, membela harga diri kita atau orang lain, berjuang demi masyarakat, bangsa dan sebagainya.
Hidup ini adalah perjuangan yang kadang tidak luput dari ujian dan cobaan yang diberikan Allah. Ujian itu bisa berupa ketakutan, musibah sakit, kelaparan dan kekurangan harta benda atau bahkan kematian. Sikap pantang mundur dalam menghadapi berbagai rintangan dan cobaan ini seperti yang digambarkan oleh para sahabat nabi ketika diperintahkan untuk hijrah ke Madinah dengan meninggalkan sanak saudara, harta kekayaan dan sejumlah posisi lain yang sudah mapan. Hijrah tersebut dilakukan tak lain karena mengharapkan ketentraman dalam beribadah dan memenuhi panggilan Allah semata.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan petunjuk kepada kita agar senantiasa sabar dalam menghadapi beruagai macam ujian dan cobaan adalah sebagai berikut :
Al Qur'an surat A' Ahqaaf ayat : 35

Artinya : "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dan rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. (Q,S. Al Ahqaaf ayat : 35)
Begitu tingginya nilai orang yang bersabar itu, sampai-sampai Syayidina Ali Bin Abu Thalib berkata : "Orang yang bersabar itu pasti mendapat kemenangan walaupun terlambat hasilnya".
Al Qur'an surat Muhammad ayat : 31

Artinya : "Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu, agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bershabar diantara kamu, dan kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu.(Q.S. Muhammad :"31)
AI-Qur'an Surat Az Zumar : 10

Artinya : "Katakanlah (hai Muhammad, Allah berfirman) hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu. Bagi orang-orang yang berbuat baik di dunia (menaati) diberikan kebaikan (pahala di akhirat) dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya orang-orang yang sabar (menaati) akan diberi pahala tanpa hitungan. " (Q. S. Az Zumar : 10)
Ayat tersebut memerintahkan kepada nabi Muhammad SAW, agar menyeru umatnya untuk bertaqwa dan bersabar. Dengan kesabaran tersebut Allah akan melimpahkan anuyrahnya berupa segala kemudahan dan kesuksesan di dunia dan pahala di akhirat kelak.
Menurut Imam AI Ghazali, kondisi manusia dalam kehidupan ini ada dua macam, yaitu :
1. Kehidupan yang sesuai dengan kehendak hati.
2. Kehidupan atau perjalanan hidup yang tidak sesuai dengan kehendak hati.
Kedua kondisi di atas pasti akan dilalui oleh setiap manusia yang mana jika menemui salah satu kondisi tersebut harus disikapi dengan sabar, baik pada perjalanan hidup yang dikehendaki ataupun yang tidak dikehendaki.
4) Sabar Menahan Derita
Sabar menahan derita maksudnya adalah sabar dalam menerima cobaan dan musibah. Orang yang sabar, jika ditimpa musibah tidak akan mengeluh dan putus asa, tetapi mengembalikan semuanya kepada Allah. Ia tetap tabah menerima musibah itu karena yakin bahwa yang memberikan musibah itu adalah Allah SWT.
Firman, Allah :


Artinya : "Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan beritakanlah berita gembira ini kepada yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna lillahi wainna ilaihi raaji'uun. (Q. S. Al Baqaarah :155- 156)
5) Sabar Menahan Marah
Sabar menahan amarah artinya tidak mudah emosi, berarti mampu dan sanggup mengendalikan emosi. Sabar menahan marah harus dilatih. Orang yang mampu menahan amarah adalah termasuk ciri-ciri orang yang bertaqwa. Dan termasuk golongan orang yang kuat.

Contoh Prilaku Orang-orang yang Sabar
  • Contoh Konkret Sabar adalah Seorang Petani yang menunggu panen padi. Sebelum ia dapat memanen padinya, dengan tekun ia menjaga dan memelihara tanamannya. Sebelum padi menguning, ia senantiasa dengan teratur mengairi, memberi pupuk, dan menyiangi tanamannya. Dia juga selalu menghadapi gangguan-gangguan yang menimpa padinya seperti diserang hama, tikus, banjir atau angin ribut. Semua itu ia hadapi dengan tabah dan rela, walaupun pada akhirnya panennya mengalami kegagalan.
  • Contoh Mushabarah adalah misalnya anak-anak bersaing dalam memperoleh kemajuan belajar. Bila teman-temannya mendapatkan nilai B, sedang dia ingin memperoleh nilai A maka ia berusaha keras meningkatkan belajarnya. Jadi, mushabarah adalah upaya (kerja keras).
Hikmah Sabar :
1. Manusia akan memperoleh kesuksesan dalam meraih cita-cita.
2. Dapat mendorong manusia untuk menunaikan kewajiban beribadah kepada Allah SWT.
3. Dapat mengendalikan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah SWT.
4. Manusia akan selalu teguh menerima cobaan yang manimpanya

BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika hal tersebut melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pertimbangan akan dan syar’i maka disebut akhlak yang baik. Sedangkan sebaliknya jika yang timbul adalah kemungkaran maka disebut akhlak yang buruk.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata Al-Khulq yang artinya :
1. Tabiat atau budi pekerti
2. Kebiasaan atau adat
3. Keperwiraan
Macam-macam akhlak yaitu :
a. Tawadhu (rendah hati)
b. Taat (sifat atau tingkah laku yang mampu untuk menjalankan semua perintah terutama perintah yang didasarkan ataa perintah Allah SWT serta Rasulullah SAW serta menjaga harga diri, nama baik, serta kredibilitas bagi pelakunya).
c. Qana’ah (rela menerima apa adanya atas hasil usahanya sendiri)
d. Sabar (menahan diri dalam menanggung suatu menderitaan atau cobaan, baik dalam menemukan sesuatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan suatu yang tidak diingini atau dalam bentuk kehilangan sesuatu yang disenangi.

B. SARAN :
Dari uraian di atas maka alangkah mulianya kita sebagai umat islam untuk menerapkan akhlak-akhlak yang mulia dan meninggalkan perbuatan yang tercela yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.


DAFTAR PUSTAKA


Syamsuri 2006. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Erlangga.
Aziz, Saefudin dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Sekawan.

Demikian Makalah Agama Akhlakul Karimah yang bisa Kami suguhkan. Semoga Makalah Agama Akhlakul Karimah ini bermanfaat untuk anda semua. Terima Kasih atas kunjungannya.

No comments:

Terima Kasih Atas Kunjungan Anda! Jangan Lupa Untuk Meninggalkan Komentar!.