BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah umur 12-14 tahun, menurut Departemen Kesehatan (Depkes) yaitu umur 10-19 tahun dan menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yaitu umur 10-21 tahun, sedangkan secara psikologis juga remaja sering dianggap sebagai kelompok yang masih bersifat transisi, belum mampu mengambil keputusan sendiri.
(1)
Remaja putri adalah umur 12-14 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Remaja merupakan masa depan bangsa sebagai generasi muda kaum remajalah yang akan berperan penting dalam melanjutkan pembangunan bangsa Indonesia. Untuk itu remaja sebagai generasi muda perlu dibina dengan baik kerena betapa besar pengaruh segala tindakan yang mereka lakukan saat ini kelak dikemudian hari tatkala menjadi dewasa dan lebih jauh lagi bagi bangsa dimasa depan.(2)
Remaja di SLTP masih labil dan membutuhkan penyesuaian untuk itu perlu dibina dengan baik. Karena merupakan masa transisi ke masa dewasa yang bervariasi sari satu budaya ke budaya lain, dan mulai bertindak terlepas dari orang tua mereka. Untuk remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya.(2)
Dengan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses reproduksi, maka ada tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi:
1.1.1 Masa remaja (usia 10 - 19 tahun) merupakan masa yang khusus dan penting karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia.
1.1.2 Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organ biologik) secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional).
1.1.3 Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja.(11)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat jumlah penduduk remaja saat ini mencapai 782.873 orang. Menurut penelitian Syabab yang melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 30%, terkena penyakit menular seksual 36% terkena HIV/AIDS 1,6% dan melakukan pernikahan dini 36%
Menurut Dinas Kependudukan Kabupaten Cirebon jumlah remaja sebanyak 154.228 orang terdiri dari 79.643 remaja putra dan 74.585 remaja putri, yang berpendidikan SLTP 62.222 remaja putra dan 59.029 remaja putri.
Desa Karangwangi secara geografis sebelah utara berbatasan dengan Getasan,sebelah selatan berbatasan dengan Sindangjawa,sebelah Barat berbatasan dengan Sindang Mekar,sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kenanga. Menurut data Desa Karangwangi jumlah remaja 3.670 orang terdiri dari 1.798 remaja putra dan 1.972 remaja putri, yang berpendidikan SLTP 1.268 remaja putra dan 1.329 remaja putri.
Berdasarkan laporan puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon terdapat 33 orang (0,16%) dari 19.955 remaja putri yang mengalami Penyakit Menular Seksual (PMS), data yang didapat melalui Sero Survey yag dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2007 yang menderita HIV/AIDS sebesar 225 orang (12%) dari 1874 dan 88 orang (5,64%) adalah remaja yang berusia diatas 15 tahun sedangkan data pernikahan dini belum ditemukan.
Berdasarkan laporan dari Desa Karangwangi terdapat 1173 orang (59,5%) dari 1972 yang melakukan pernikahan dini dan belum ditemukan data PMS dan HIV/AIDS. Angka tersebut menunjukkan tingginya perikahan dini di Desa Karangwangi.Remaja putri banyak melakukan pernikahan dini bukan karena faktor ekonomi tetapi karena faktor adat istiadat dan tekanan dari orang tua.
Untuk itu perlu diketahui penularan dan penyebab PMS dan HIV/AIDS. Adapun penularan PMS dan HIV/AIDS yaitu hubungan seksual yang tidak terlindung melalui vagina, anal, maupun oral, penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, herpes, sifilis) pada persalinan (HIV/AIDS, gonore), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS), melalui transfusi darah, suntikan atau konta langsung. Pencegahan PMS dan HIV/AIDS seperti pencegahan penularan melalui hubungan seksual dengn beperilaku seksual yang aman, pencegahan penularan melalui darah, pencegahan penularan dari ibu ke anak.
Dampak dari menikah secara dini pada remaja putri pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan, sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan, dan munculnya kanker rahim. Untuk itu remaja putri perlu mendewasakan usia nikah serta merencanakan kehamilan sesuai keinginannya dan pasangannya selain itu perlu kesiapan fisik, mental / emosi, dan kesiapan sosial ekonomi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengetahuan kesehatan reproduksi dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon tahun 2008.
1.2 Rumusan Masalah
Di Jawa Barat menurut penelitian Syabab yang terkena penyakit menular seksual 36%, hubungan seks pra nikah 30%, HIV/AIDS 1,6%.
Di Kabupaten Cirebon menurut laporan Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon terdapat 33 orang (0,16%) dari 19.955 terkena PMS. Menurut Sero Survey terdapat 225 orang (12%) dari 1874 dan 88 orang (5,64%) dari 1874 yang berusia diatas 15 tahun terkena HIV/AIDS.
Di Desa Karangwangi menurut laporan dari desa terdapat 1173 orang (59,5%) dari 1972 melakukan pernikahan dini dan belum ditemukan data PMS dan HIV/AIDS.
Berdasarkan data-data diatas menunjukkan kurangnya pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui “Bagaimana gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon tahun 2008 ?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan tingkat pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon tahun 2008.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan tingkat pendidikan SLTP di Desa Karangwangi tahun 2008 berdasarkan pengertian kesehatan reproduksi remaja.
1.3.2.2 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi tahun 2008 berdasarkan perubahan fisik pada remaja.
1.3.2.3 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi tahun 2008 berdasarkan penyakit menular seksual.
1.3.2.4 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan tingkat pendidikan SLTP di Desa Karangwangi tahun 2008 berdasarkan HIV/AIDS
1.3.2.5 Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan tingkat pendidikan SLTP di Desa Karangwangi tahun 2008 berdasarkan mendewasakan usia nikah pada remaja.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Praktisi
Hasil penelitian ini dapat membantu memberikan masukan atau informasi kepada petugas dalam menyusun rencana kegiatan terkait dengan upaya peningkatan kesehatan reproduksi remaja putri.
1.4.2 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi remaja putri.
1.5 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon meliputi pengertian kesehatan reproduksi remaja, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS dan mendewasakan usia nikah pada remaja.
Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif, teknik pengumpulan data yaitu kuesioner, pengolahan data yaitu editing, coding dan tabulating. Populasi dan sampelnya adalah remaja putri dengan pendidikan SLTP. Dengan populasinya sebanyak 1.329 remaja putri dan sampelnya sebanyak 220 orang.
1.6 Definisi Konseptual dan Operasional
1.6.1 Definisi Konseptual
Definisi Konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) memalui penelitian yang dimaksud(13).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau didasari oleh seseorang(3).
Remaja putri adalah tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa dengan kelamin perempuan(4).
Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi, dan proses reproduksi(4).
1.6.2 Definisi Opersaional
Definisi operasional dalam penelitian adalah hasil ukur pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi meliputi pengertian kesehatan reproduksi remaja, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan usia nikah pada remaja yang diukur menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup sejumlah 20 pertanyaan yang dinyatakan dalam skala ordinal. Setiap pernyataan bila responden menjawab benar diberi skor 1 dan apabila salah diberi skor 0. responden menjawab pernyataan yang akan dikategorikan dengan tingkat pengetahuan baik bila responden menjawab > 76% cukup, bila responden mampu menjawab 56-75% dan kurang bila responden mampu menjawab < 55%(8). 1.7 Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antar konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.(7) Hal-hal yang berhubungan dengan pengetahuan kesehatan reproduksi meliputi kesehatan reproduksi, kesehatan reproduksi remaja, mendewasakan usia nikah pada remaja, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual, dan makanan yang memiliki gizi seimbang untuk remaja. Karena keterbatasan waktu maka yang diteliti hanya pengertian kesehatan reproduksi remaja, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta usia nikah pada remaja. Adapun kerangka konsep dapat dilihat dibawah ini: Gambar 1.1 Kerangka konsep Penelitian Variabel dependent Variabel Independent Keterangan : : Variabel diteliti : Variabel yang tidak diteliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleb seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga, dan indera penglihatan (mata).(3) 2.1.1 Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu: a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada hubungannya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), dan sebagainya. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, mengubur, menguras, dan sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempatnya bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham metodologi penelitian akan mudah membuat proposal penelitian di mana saja, dan seterusnya. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. e. Sintesis (syinthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dan komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya.(7) 2.1.2 Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi adalah informasi yang menerangkan tentang organ, fungsi dan proses alat reproduksi, pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja putri), mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginan diri sendiri dan pasangannya, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi, baik, pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya, serta mengenai makanan yang memiliki gizi seimbang untuk remaja.(3) 2.1.3 Penelitian Terkait Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Penelitian dibeberapa daerah menunjukkan bahwa seks pra-nikah belum terlampau banyak dilakukan. Di Jatim, Jateng, Jabar dan Lampung: 0,4 - 5%, di Surabaya: 1,3%. Di Jawa Barat: perkotaan 1,3% dan pedesaan 1,4%, di Bali: perkotaan 4,4% dan pedesaan 0%. Beberapa peneliti lain menemukan jumlah yang jauh lebih fantastis, 21 - 30% remaja Indonesia di kota besar seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta telah melakukan hubungan seks pra nikah. Berdasarkan hasil penelitian Annisa Foundation pada tahun 2006 terungkap 42,3% remaja telah melakukan hubungan seks di bangku sekolah. Angka statistik pernikahan dini seperti Jawa Timur 39,43%, Kalimantan Selatan 35,48%, Jambi 30,63%, Jawa Barat 36%. Penderita penyakit menular seksual 36%. Di Desa Karangwangi belum ada yang melakukan penelitian kesehatan reproduksi remaja karena belum ditemukannya hubungan seks pranikah, penderita penyakit menular seksual tetapi pernikahan dini 59,5%. Dan itu hanya sekedar mendata tanpa dilakukan penelitian tentang pengetahuan kesehatan reproduksinya. 2.2 Kesehatan Reproduksi Remaja Secara sederhana reproduksi berasal dan kata re = kembali dan produksi = membuat atau menghasilkan, jadi reproduksi artinya suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan reproduksi (kespro) adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, peran dan sistem reproduksi (Konferensi International Kependudukan dan Pembangunan, 1994). Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi adalah: · Kesimpulan dan informasi Keluarga Berencana (KB). § Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk pelayanan aborsi yang aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal). § Pengobatan Infeksi Saluran Reproduksi (TSR) dan Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk pencegahan kemandulan. § Konseling dan pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). § Konseling, Informasi dan Edukasi (KIE) mengenai kespro.(3) Kesehatan reproduksi rernaja adalah suatu kondisi sehat yang rnenyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dan kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Masa remaja dibedakan dalam: · Masa remaja awal : 10-13 tahun · Masa remaja tengah 14-16 tahun · Masa remaja akhir : 17-19 tahun Masa remaja menjadi masa yang begitu khusus dalam hidup manusia, karena pada masa tersebut terjadi proses awal kematangan organ reproduksi manusia yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dan kata pubercere yang berarti menjadi matang, sedangkan remaja atau adolescence berasal dan kata adolescere yang berarti dewasa. Proses ini berlangsung dengan penuh konflik yang mempunyai potensi menjadi malapetaka keharmonisan hubungan remaja dengan orang-orang disekitarnya terutama terhadap orang tuanya dan generasi yang lebih tua, sebenarnya selama tidak menimbulkan perpecahan dengan orang tua, konflik merupakan satu aspek yang perlu dalam perkembangan yang sehat. Masa remaja adalah tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dan awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya dan mulai umur 14 tahun pada pria dan 12 tahun pada wanita. Transisi ke masa dewasa bervariasi dan satu budaya kebudayaan lain, namun secara umum didefinisikan sebagai waktu dimana individu mulai bertindak terlepas dan orang tua mereka.(4) 2.2.1 Faktor-Faktor Yang Perlu Diketahui Oleh Remaja Berkaitan Dengan Kesehatan Reproduksi Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai faktor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar, diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggungjawab mengenai proses reproduksi, maka ada tiga hal yang menjadikan masa remaja penting sekali bagi kesehatan reproduksi: · Masa remaja (usia 10-19 tahun), merupakan masa yang khusus dan penting, karena merupakan periode pematangan organ reproduksi manusia. · Pada masa remaja terjadi perubahan fisik (organ biologik) secara cepat, yang tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental-emosional). · Dalam lingkungan sosial tertentu, sering terjadi perbedaan perlakuan terhadap remaja.(3) 2.3 Perubahan Fisik Pada Remaja Perubahan yang dialami remaja meliputi perubahan fisik, baik yang dilihat dari luar maupun yang tidak kelihatan. Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak saja oleh orang tua dan Iingkungan keluarga, tetapi juga Iingkungan sekolah, ataupun teman-teman pergaulan diluar sekolah. Terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) untuk mencapai kematangan, sehingga mampu melangsungkan fungsi reproduksi. Perubahan ini ditandai dengan munculnya beberapa tanda-tanda seks (sistem reproduksi wanita), yaitu: 1) Tanda-tanda Seks Sekunder a) Tubuh bertambah berat dan tinggi b) Tumbuhnya rambut-rambut halus di daerah pubis dan ketiak. c) Payudara membesar. d) Pinggul melebar. e) Kulit dan rambut mulai berminyak. f) Keringat bertambah banyak. g) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang. h) Tangan dan kaki bertambah besar. i) Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak terlihat seperti anak kecil lagi. j) Pantat berkembang lebih besar. k) Indung telur mulai membesar. l) Vagina mulai mengeluarkan cairan. Hal-hal diatas dimulai pada usia 10-14 tahun. Seorang bisa lebih lambat/cepat dan yang lainnya. Pada saat pubertas, kelenjar hipofisis yang terletak pada dasar otak mulai membentuk hormon yang dapat mengatur rangkaian reaksi diseluruh tubuh. Pada perempuan diproduksi hormon estrogen.(2) Gambar 2.1 Alat Reproduksi Perempuan (4) Keterangan: a) Vagina merupakan saluran yang sangat elastis, panjangnya 8 - 10 cm, dan berakhir pada rahim. Vagina dimulai oleh darah menstruasi pada saat menstruasi dan dilewati bayi pada saat melahirkan. Tempat ini juga untuk berhubungan kelamin. b) Uterus (rahim), bentuknya seperti buah pear, berongga dan berotot. Sebelum hamil beratnya 60 gram dengan ukuran panjang 9 cm dan lebar 6 cm, tetapi saat hamil mampu membesar seberat 1000 gr dan berisi bayi sepanjang 50 cm. c) Tuba Fallopi, merupakan dua saluran pada kanan dan kiri rahim sepanjang 10 cm terbentang dan atas uterus sampai ke ovarium. d) Ovarium, merupakan 2 kelenjar yang memproduksi hormon seks perempuan walaupun ukurannya hanya sebesar amandel. Tiap ovarium mengandung 150.000-200.000 ovum (sel telur). Setiap bulan mulai pubertas ovarium hanya melepas 1 ovum. e) Labia mayora (bibir luar), merupakan bibir yang tebal dan besar yang selalu tertutup, merupakan bagian pintu masuk ke vagina dan uterus. f) Labium minora (bibir dalam), merupakan lipatan kulit yang menjaga jalan masuk ke vagina. g) Klitoris, berada di atas uretra dan dilindungi lipatan labium minora. Biasanya kecil menyerupai kacang polong, bentuknya menyerupai penis, terisi darah pada saat ada rangsangan seksual. Puncak dan rangsangan. h) Serviks (leher rahim), merupakan daerah bagian bawah rahim yang berhubungan dengan bagian atas vagina. Memproduksi cainan berlendir (mucus). Sewaktu ovulasi, mucus ini menjadi banyak, elastik dan licin. Hal ini mencapai uterus dan tuba falopi yang kemudian membuahi ovum. i) Permukaan dalam uterus menjadi tebal karena adanya pembuluh darah kelenjar dan cairan, Bila tidak ada telur yang dibuahi yang akan mempengunakan makanan yang telah dipersiapkan ini, maka lapisan tadi akan terlepas melalui vagina. Proses untuk mempersiapkan uterus tersebut memakan waktu kira-kira 1 bulan, inilah yang disebut dengan siklus menstruasi. Walaupun rata-rata prosesnya datang setiap 28 hari, hal ini dapat bervariasi pada setiap perempuan 2-3 tahun pertama menstruasi tidak teratur. Pertumbuhan organ lain yaitu payudara sebagai salah satu indikator maturitas perempuan tergolong atas beberapa stadium. a) Stadium I : Hanya berupa penonjolan puting dan sedikit pembengkakan jejaring dibawahnya, stadium ini terjadi pada usia 10-12 tahun. b) Stadium II : Payudara mulai sedikit membesar disekitar puting dan areola disertai dengan peluasan areola. c) Stadium III : Areola, puting susu dan jejaring payudara tempak semakin menonjol dan membesar, tetapi areola dan puting masih belum tampak terpisah dan jejaring sekitarnya. d) Stadium IV : Puting susu dan aerola tampak menonjol dan jejaring sekitamya. e) Stadium V : Stadium matang, papila menonjol, areola melebar, jejaring payudara membesar dan menonjol membentuk payudara dewasa. Pertumbuhan rambut pubis tergolong atas beberapa stadium: a) Stadium I : Bulu halus pubis, tidak mencapai dinding abdomen. b) Stadium II : Pertumbuhan rambut tipis panjang, hams agak kehitaman atau sedikit keriting, tampak sepanjang labia. c) Stadium III : Rambut lebih gelap, lebih besar, keriting dan meluas sampai batas pubis. d) Stadium IV : Rambut sudah semakin dewasa, tetapi tidak ada pertumbuhan ke permukaan ke permukaan medial paha. e) Stadium V : Rambut pubis dewasa, terdistribusi dalam bentuk segitiga terbalik, penyebaran mencapai bagian medial paha.(4) 2) Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan langsung dengan organ seks (terjadi haid pada remaja putri/menarche) a) Haid Pada jarak tertentu sejak menarche pada mulanya tidak teratur, tetapi semakin lama semakin teratur gadis mengalami datang bulan atau haid. Menarce biasanya dan umur 10-16 tahun, sedangkan di Inggris rata-rata haid pertama pada usia 13 tahun. Menarce tersebut dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih balk maka haid pertama akan lebih awal.(5) Dalam waktu 4-6 tahun sejak menarche (kira-kira. pada umur 17-19 tahun) pola haidnya sudah terbentuk dan berbeda-beda pada setiap wanita. Siklus haid berkisar antara 22 sampal 35 hari, dengan rata-rata 29 hari. Pada gadis remaja, datangnya haid belum teratur. Biasanya pendarahan berlangsung agak lama, tetapi kadang-kadang juga terjadi lebih sering. Tetapi lama-kelamaan, siklus haid menjadi teratur. b) Siklus Haid Ada rumors yang mengatakan, ketika haid rahim menangis karena pembuahan tidak kunjung terjadi. Perdarahan akibat runtuhnya dinding lapisan dalam rahim adalah puncak dari serangkaian peristiwa saling berkaitan, yang bertujuan mempersiapkan rahim menampung sel telur yang dibuahi. Bila kehamilan tidak terjadi, dinding yang sudah dipersiapkan itu mengelupas. Siklus baru yang sama dimulai lagi. Pengendali utama semua itu adalah hipotalamus. Bagian otak itu pun masih dapat dipengaruhi oleh emosi dan kekecewaan. Terbukti dan kenyataan, haid dapat dipengaruhi oleh pikiran yang kacau, atau perjalanan dan pindah pekerjaan. Lamanya haid berhenti tidak selalu dapat dipastikan. Ada yang dua atau tiga bulan kemudian datang kembali dan ada pula yang setahun penuh, bahkan dapat pula lebih. Wanita yang mengalami hal ini, memerlukan pemeriksaan yang cermat terhadap kemungkinan menderita penyakit yang menyebabkan amenorrhoe.(5) c) Sikap terhadap haid Gadis remaja belajar tentang haid dan ibunya tetapi tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada putrinya. Hal ini menimbulkan kecemasan pada anak, bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa haid itu sesuatu yang tidak menyenangkan atau serius. Ia mungkin merasa malu dan melihatnya sebagai penyakit. Khususnya jika ketika mengalaminya dia merasa letih atau terganggu.(5) d) Fakta-fakta mengenai haid Dua hari sebelum haid dimulai, banyak wanita merasa tidak enak badan seperti pusing-pusing, perut kembung, letih atau mudah tersinggung dan mungkin merasakan tekanan di daerah pinggul. Haid berlangsung 3-7 hari, rata-rata jumlah kotoran haid yang keluar 30 ml.(5) e) Kepercayaan tentang haid Haid mempunyai dua fungsi psikologis, yaitu menunjukkan bahwa wanita itu masih dalam periode kehidupan dapat mengandung dan dia tidak sedang hamil.(3) f) Haid yang tidak teratur pada remaja Beberap gadis remaja sengaja membuat dininya lapar karena ingin tampak langsing, itu karena gangguan psikologis yang lebih berat. Biasanya haid terhenti.(3) g) Bila haid pertama datang terlambat Seorang gadis, dan terutama orang tuanya merasa risau apabila haid pertama tidak kunjung tiba. Bila sampai umur 16 tahun belum juga haid, dan terutama bila tubuh gadis itu pendek, sebaiknya memeriksakan ke dokter. Jika diakhir pemeriksaan dokter tidak dapat mengetahui mengapa haid belum juga dimulai, dia harus dibawa ke ahli kandungan untuk pemeriksaan khusus.(5) Proses percintaan remaja dimulai dari: 1) “Crush” Ditandai oleh adanya saling membenci antara anak laki-laki dan perempuan. Penyaluran cinta pada saat ini adalah memuja orang yang lebih tua dan sejenis, bentuknya misalnya memuja pahlawan dalam cerita film. 2) “Hero-worshiping” Mempunyai persamaan dengan crush, yaitu pemujaan terhadap orang yang lebih tua tetapi yang berlawanan. Kadang yang dikagumi tidak juga dikenal. 3) “Boy Crazy dan Girl Crazy” Pada masa ini kasih sayang remaja ditujukan kepada teman-teman sebaya, kadang saling perhatian antara anak laki-laki dengan anak perempuan. 4) “Puppy Love” (Cinta monyet) Cinta remaja sudah mulai tertuju pada satu orang, tetapi sifatnya belum stabil sehingga kadang-kadang masih ganti-ganti pasangan. 5) “Romantic Love” Cinta remaja menemukan sasarannya dan percintaannya sudah stabil dan tidak jarang berakhir dengan perkawinan.(4) Perubahan kejiwaan pada masa remaja berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisik yang meliputi: 1) Perubahan emosi Emosi adalah perasaan yang mendalam yang biasanya menimbulkan perbuatan atau perilaku. Perubahan emosi ini terdiri dan: a) Sensitif (mudah menangis, cemas, prustasi dan tertawa) b) Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, misalnya mudah berkelahi. 2) Perubahan Intelegensia Dalam masa remaja, perkembangan intelegensia masih berlangsung sampai usia 21 tahun. Perkembangan intelegensia tersebut, yaitu: a) Mampu berfikir abstrak, senang memberikan kritik. b) Ingin mengetahui hal-hal yang baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.(4) 2.4 Penyakit Menular Seksual Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu Infeksi Saluran Reproduksi (ISR) yang ditularkan melalui hubungan kelamin. ISR merupakan masuk dan berkembangbiaknya kuman penyebab infeksi kedalam saluraan reproduksi. Kuman penyebab infeksi ini dapat berupa bakteri, jamur, virus dan parasit. a. Penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS) PMS dapat terjadi sebagai akibat dari: 1) Sisa kotoran yang tertinggal karena pembusukan setelah buang air besar yang kurang sempurna. 2) Kesehatan umum yang rendah. 3) Kurangnya kebersihan alat kelamin, terutama pada saat haid. 4) Perkawainan pada usia terlalu muda dan berganti-ganti pasangan. 5) Hubungan seksual dengan penderita infeksi 6) Perlukaan pada saat keguguran, melahirkan atau perkosaan. 7) Kegagalan pelayanan kesehatan dalam sterilisasi alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan/tindakan disekitar saluran reproduksi. b. Perempuan lebih mudah terkena PMS Perempuan lebih mudah terkena PMS dibandingkan laki-laki karena saluran reproduksi perempuan lebih luas permukaannya. Pada perempuan PMS dapat menyebabkan kehamilan di luar kandungan, kemandulan, kanker leher rahim, kelainan pada janin/bayi. PMS pada perempuan juga lebih sering tidak diketahui, karena gejalanya kurang jelas dibandingkan dengan gejala PMS pada laki-laki. c. Cara penularan Penyakit Menular Seksual Ada tiga cara penularan PMS: 1) Hubungan seksual yang tidak terlindung, baik melalui vagina, anal, maupun oral. Cara ini merupakan cara penularan utama (lebih dari 90%). 2) Penularan dari ibu ke janin selama kehamilan (HIV/AIDS, herpes, sifilis), pada persalinan (HIV/AIDS, gonore, klamidia), sesudah bayi lahir (HIV/AIDS). 3) Melalui transfusi darah, suntikan atau kontak langsung dengan cairan darah atau produk darah (sifilis, HIV/AIDS). d. Cara pencegahan PMS 1) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual dengan berperilaku seksual yang aman (dikenal dengan singkatan “ABC”), yaitu: a) Abstinensia, tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah b) Be faithful, setia terhadap pasangan yang sah c) Condom, menggunakan kondom 2) Pencegahan penularan melalui darah a) Skening darah donor dan produk darah b) Menggunakan alat suntik dan alat lain yang steril c) Penerapan Kewaaspadaan Universal atau Universal infection Precaution 3) Pencegahan penularan dari ibu ke anak a) Testing dan konseling ibu hamil. b) Pemberian obat antiretroviral bagi ibu hamil yang mengidap infeksi HIV 2.5 Pengertian HIV/AIDS HIV/AIDS adalah singkatan dan Human innunodefficiency Virus/Acquired Immuno-Defficiency Syndrome. HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini berkembang biak dan masuk kedalam sel darah putih kemudian merusaknya, sehingga sel darah putih yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap infeksi akan menurun jumlahnya. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan penderita rnudah terkena berbagai penyakit. Kondisi ini di.sebut AIDS. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit yang timbul karena rendahnya daya tahan tubuh. HIV tidak menular melalui : 1) Bersalaman dan bersentuhan 2) Memakai kamar mandi yang sama 3) Berciuman 4) Berenang bersama 5) Keringat 6) Batuk / bersin Pencegahan penularan HI V/AIDS dan PMS 1) Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah. 2) Hanya melakukan hubungan seksual dengan pasangarmya atau memiliki perilaku seksual yang bertanggungjawab. 3) Menghindari hubungan seks dengan pasangan yang berganti-ganti. 4) Setiap darah transfusi di cek terhadap HIV, dan donor darah bagi sanak-saudara lebih sehat dan aman daripada donor darah profesional. 5) Menghindari injeksi, pemeriksaan dalam, prosedur pembedahan yang tidak steril dan petugas kesehatan yang tidak bertanggung jawab. 2.6 Mendewasakan Usia Nikah Kesiapan seseorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan dalam tiga hal, yaitu : kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi!psikologis dan kesiapan sosial /ekonomi. Secara umum seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (jika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20 tahun. Perlu diingat bahwa dimungkinkan menikah dibawah umur 20 tahun seperti Undang - Undang Perkawinan No. I tahun 1979 usia minimal 16 tahun untuk perempuan dan 18 tahun pada laki - laki, padahal perlu diingat bahwa: a. Ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. b. Ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakteraturan tekanan darah yang dapat berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan yang berakibat pada kematian. c. Penelitian juga memeperlihatkan bahwa kehamilan diusia muda (dibawah 20 tahun) sering kali berkaitan dengan munculnya kanker rahim.(3) Hubungan seks pranikah yang dilakukan remaja akan cenderung mengakibatkan kehamilan pranikah serta resiko penyakit hubungan seksual. Akibat buruk dan hubungan seks pranikah diantaranya: b. Akibat bagi remaja 1) Menambah resiko penyakit menular seksual (PMS) seperti gonore (GO), sifilis, Herpes simpleks (genitalis), Clamidia, Kondiloma akuminata, HIV/AIDS. 2) Remaja perempuan terancam kehamilan yang tidak diinginkan, pengguguran kandungan yang tidak aman, infeksi organ reproduksi, anemia, kemandulan dan kematian karena perdarahan atau keracunan kehamilan. 3) Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa depan), remaja laki-laki jadi tidak perjaka, remaja perempuan tidak perawan. 4) Kemungkinan hilangnya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan dan kesempatan bekerja, terutama bagi remaja perempuan. 5) Melahirkan bayi yang kurang/tidak sehat. b. Akibat bagi keluarga 1) Meninibulkan aib keluarga. 2) Menambah beban ekonomi keluarga. 3) Pengaruh kejiwaan bagi anak yang dilahirkan akibat tekanan (ejekan) masyarakat di lingkungannya. c. Akibat bagi masyarakat 1) Meningkatnya remaja putus sekolah, sehingga kualitas masyarakat menurun. 2) Meningkatkan angka kematian ibu dan bayi, sehingga derajat kesehatan reproduksi menurun. 3) Menambah beban ekonomi masyarakat, sehingga derajat kesejahteraan masyarakat menurun.(2) 2.7 Pengaruh Sosial dan Media Terhadap Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim. Pada remaja perilaku seks terjadi karena adanya dorongan baik internal maupun eksternal. Sebagian besar remaja mendapatkan informasi seks dari teman-teman dan sumber lainnya seperti media cetak dan media elektronik. Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan dan sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut tak jarang menimbulkan rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja, sehingga mereka termotivasi untuk membuktikan kebenaran informasi yang diterima. Media membawa pengaruh yang besar bagi perkembangan jiwa remaja. Mereka dapat berperilaku kasar, kejam bahkan nekat karena pada diri remaja sedang terjadi proses pematangan seksual. Apabila pematangan seksual ini tidak dibarengi informasi yang benar tentang permasalahan seksual itu sendiri dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, maka remaja akan terjebak dalam perilaku trial and error (mencoba-coba) sehingga dapat memicu tindakan-tindakan asusila, dan amoral sebagai akibat lepasnya kontrol diri.(1) 2.8 Kekerasan Seksual dan Bagaimana Menghindarinya Kekerasan merupakan segala bentuk sikap atau intensitas perilaku yang berbentuk ancaman, intimidasi yang membuat orang lain menderita. Kekerasan seksual adalah perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial atau tujuan tertentu. Munculnya kekerasan menimbulkan efek psikologis yang sangat berat bagi korban. Kondisi emosi dan kepribadian secara umum mengalami guncangan berat, sehingga muncul kondisi tidak seimbang. Untuk menghindarinya perlu diberikan pendidikan seks sejak dini, agar remaja dapat mengetahui fungsi organ seks, tanggungjawab yang ada padanya, halal haram berkaitan dengan organ seks dan panduan menghindari penyimpangan dalam prilaku seksual mereka sejak dini.(2) 2.9 Mengetahui makanan yang memiliki gizi seimbang untuk remaja Beberapa gadis (dan sangat sedikit pemuda) mengalami gangguan makan. Dua gangguan makan yaitu anorexia nervosa dan bulimia nervosa (makan sangat banyak). Penyakit ini sekitar lima dalam setiap 100 wanita diakhir masa remaja atau awal kedewasaan. a. Anorexia Nervosa Penderita anorexia nervosa akan memaksa agar tubuhnya kurus. Ia takut menjadi gemuk dan mungkin melebih-lebihkan ukuran tubuh ketika melihat dirinya di cermin. Siklus haid berhenti, ia mungkin berolahraga berlebihan karena berat badan turun sangat menjadi kurus kering fungsi tubuh berubah dan menderita sakit serius. Pengobatan diberikan untuk membantu memulihkan bentuk badannya. Jika dia sangat lemah, harus dilarikan ke Rumah Sakit. b. Bulimia Nervosa Wanita penderita bulimia nervosa, makan sangat banyak dua kali lebih dalam seminggu. Kadang-kadang makan 10/20 kali dalam jumlah normal. Karena makan sangat banyak akan membuat mereka gemuk, mereka tidak makan selama beberapa hari, dengan memuntahkan atau memakan obat pencahar.(5) Sedikit sekali yang mengetahui tentang asupan pada remaja. Meski asupan kalori dan protein sudah tercukupi, namun elemen lain seperti besi, kalsium dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Di negara yang sedang berkembang sekitar 26% remaja wanita menderita anemia sementara di negara maju angka tersebut hanya berada bilangan 5% dan 7%. Salah satu masalah siklus yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan olahan yang sering terlalu banyak mengandung gula serta lemak, disamping zat aditif. Konsumsi makanan jenis ini secara berlebihan dapat berakibat kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini. Ada 3 alasan mengapa remaja dikategorikan rentan: a) Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak. b) Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. c) Kehamilan, keikutsertaan dalam olah raga, kecanduan alkohol dan obat, meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi, disamping itu tidak sedikit remaja yang makan secara berlebihan dan akhimya mengalami obesitas. “Makanan sampah” (Junk Food) kini semakin digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudepan maupun “makan besar”. Makanan ini mudah diperoleh, disamping “lebih bergengsi” karena terpengaruh iklan. Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak ada sama sekali) mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C, sementara kandungan lernak jenuh, kolesterol dan natrium tinggi. Kebutuhan energi pada remaja putri, usia 12 tahun (2.550 kkal), kemudian turun menjadi 2200 kkal pada usia 18 tahun. Anjuran untuk menciptakan pola kebiasaan pangan yang baik pada remaja: a) Mendorong para remaja untuk menikmati makanan, mencoba makanan baru, mengkonsumsi beberapa makanan di pagi hari, makanan bersama keluarga, menyeleksi makanan jajanan yang bergizi. b) Menggariskan tujuan untuk setidaknya sekali dalam sehari membuat waktu makan menjadi saat yang menyenangkan untuk berbagi pengalaman diantara anggota keluarga. c) Mengetahui jadwal kegiatan remaja sehingga waktu makan tidak berbenturan dengan kegiatan mereka. d) Menyiapkan data dasar tentang pangan dan gizi sebagai remaja dapat memutuskan jenis makanan yag akan dikonsumsi. e) Memberikan penekanan tentang manfaat makanan yang baik seperti perbaikan vitalitas dan peningkatan ketahanan fisik. f) Membenarkan pilihan pada makanan cemilan bergizi, dan secara berkesinambungan menjelaskan kekeliruan mereka yang mernilih makanan tidak bergizi. g) Menyimpan hanya kudepan yang bergizi dilemari es. h) Melatih tanggungjawab remaja dalam hal perancangan makanan, pembelanjaan, pemasakan dan penanaman.(6) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif, metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Pendekatannya, dengan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang sama. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja putri dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon sebanyak 483 remaja putri. 3.2.2 Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 dapat menggunakan formula yang lebih sederhana sebagai berikut : n= 219,5 n=220 Keterangan: N = besar populasi n = besar sampel d = tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan(7) Berdasarkan rumus tersebut didapatkan sampel sebanyak 220 remaja putri.Teknik sampel yang digunakan adalah sampel kuota. Sampel kuota yaitu sampel yang dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau daerah tetapi mendasar pada jumlah yang sudah ditentukan. Dalam mengumpulkan data penelitian menghubungkan satu subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi tanpa menghiraukan dari mana asal subjek tersebut. Biasanya yang dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui sehingga pengumpulan datanya mudah. Yang penting diperhatikan disini adalah terpenuhinya jumlah yang telah ditetapkan. 3.3 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner tertutup, responden hanya menjawab pertanyaan dengan memilih jawab yang telah disediakan. Jumlah pertanyaan yang tersedia adalah sebanyak 20 soal yang membahas pengertian kesehatan reproduksi, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, usia nikah pada remaja. 3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.4.1 Uji Validitas Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu tes atau instrumen mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsinya atau memberikan hasil ukuran yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Rumus dengan angka kasar Keterangan : N = Jumlah responden X = Nomor pertanyaan Y = Skor total Yang dikatakan valid jika nilai R minimal 0,632 dan jika tidak valid apabila R < 0,632.Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan alat program SPSS. 3.4.2 Realibilitas Uji realibilitas yaitu indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (11) Adapun untuk mengukur Realibilitas secara statistik digunakan koefisien realibilitas Alpha Cronbach dengan bantuan jasa komputer program SPSS, yang dirumuskan sebagai berikut : Rumus Alpha Keterangan: r11 = Realibilitas instrumen K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Sd b2 = Jumlah varians butir d 12 = Varians total Yang dikatakan reliabel jika r alpha > r tabel dan dikatakan tidak reliabel jika r alphanya < r tabel. Untuk memperoleh alat ukur yang valid, butir pertanyaan yang nilai r alphanya < r tabel, perlu diganti atau diperbaiki atau bahkan dihilangkan. Sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dengan tingkat validitas yang memadai. (11)
Kapan instrumen dinyatakan reliabel ? Apabila uji realibilitas seluruh item valid dan yang invalid disisihkan jika hasil bernilai lebih besar atau sama dengan 0,6 maka item yang bersangkutan dinyatakan reliabel.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang hal-hal yang diketahui. Kuesionernya berupa kuesioner tertutup berarti responden hanya menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah disediakan. Jumlah pertanyaan yang telah tersedia adalah sebanyak 20 soal yang membahas pengerian kesehatan reproduksi, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual dan HIV/AIDS, dan mendewasakan usia nikah pada remaja.
3.6 Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan catatan yang relevan dan menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang menjadi hasil dari studi kasus sini.
Dalam analisa penulis menggunakan analisa univariat yaitu menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap varibel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
P = Jumlah prosentase jawaban
F = Jumlah jawaban atau frekuensi
N = Jumlah responden
Sedangkan kategori penelitian dilakukan menurut sebagai berikut:
Baik : 76 -100%
Cukup:50 -75%
Kurang: < 50% (8)
3.7 Pengolahan Data
3.7.1 Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
3.7.2 Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code book) Untuk memudahkan kembali lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3.7.3 Tabulating
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak lain dari memasukan data kedalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai kategori atau kriteria.
3.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.8.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon.
3.8.2 Waktu dan Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2008.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Desa Karangwangi secara geografis berada di sebelah utara berbatasan dengan Getasan, sebelah selatan berbatasan dengan Sindang Jawa, sebelah barat berbatasan dengan Sindang Sindang Mekar dan sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kenanga. Desa Karangwangi termasuk kedalam Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon. Jumlah penduduk remaja sebesar 3.670 orang terdiri dari 1.798 remaja putra dan 1.972 remaja putri, yang berpendidikan SLTP sebesar 441 remaja putra dan 483 remaja putri.
Berdasarkan hasil wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang dilaksanakan 4-6 Agustus 2008 di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon tentang gambaran pengetahuan remaja putri dengan pendidikan SLTP yang meliputi pengertian kesehatan reproduksi, perubahan fisik pada remaja, penyakit menular seksual, HIV/AIDS serta mendewasakan usia nikah pada remaja.
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian tentang gambaran pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri dengan pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon Tahun 2008 dilakukan kepada 220 responden, maka didapatkan diagram sebagai berikut:
Diagram 4.1 Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri dengan Pendidikan SLTP di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon Tahun 2008
Berdasarkan diagram diatas yang mempunyai pengetahuan baik sebesar 55 responden (25%), berpengetahuan cukup 159 responden (72,3%), sedangkan berpengetahuan kurang 6 responden (2,7%).
4.1.1 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 220 responden tentang pengertian kesehatan reproduksi remaja dapat di deskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
BaikCukupKurang 167521 75,923,60,5
Jumlah 220 100
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang pengertian kesehatan reproduksi remaja diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan baik 167 orang (75,9%), cukup 52 orang (23,6%), sedangkan untuk pengetahuan kurang 1 orang (0,5%).
4.1.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Fisik Pada Remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 220 responden tentang perubahan fisik pada remaja dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Fisik Pada Remaja
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
BaikCukupKurang 172462 78,220,90,9
Jumlah 220 100
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang perubahan fisik pada remaja diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan baik 172 orang (78,2%), berpengetahuan cukup 46 orang (20,9%), dan untuk pengetahuan kurang 2 orang (0,9%).
4.1.3 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 220 responden tentang penyakit menular seksual dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penyakit Menular Seksual
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
BaikCukupKurang 719851 32,344,523,2
Jumlah 220 100
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan baik 71 orang (32,3%), pengetahuan cukup 98 orang (44,5%), dan untuk pengetahuan kurang 51 orang (23,2%).
4.1.4 Pengetahuan Remaja Putri Tentang HIV/AIDS
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 220 responden tentang HIV/AIDS dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Fisik Pada Remaja
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
BaikCukupKurang 1118425 50,438,211,4
Jumlah 220 100
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang HIV/AIDS diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan baik 111 orang (50,4%), pengetahuan cukup 84 orang (38,2%), sedangkan berpengetahuan kurang 25 orang (11,4%).
4.1.5 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Mendewasakan Usia Nikah Pada Remaja
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 220 responden tentang mendewasakan usia nikah pada remaja dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel berikut:
Tabel5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Remaja Putri Tentang Medewasakan Usia Nikah Pada Remaja
Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase (%)
BaikCukupKurang 3211573 14,552,333,2
Jumlah 220 100
Dari tabel diatas menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri tentang mendewasakan usia nikah pada remaja diperoleh responden dengan tingkat pengetahuan baik 32 orang, pengetahuan cukup 115 orang (52,3%), sedangkan berpengetahuan kurang 73 orang (33,2%).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
Pada variabel ini pengetahuan remaja putri tentang pengertian kesehatan reproduksi remaja dalam kategori baik karena 167 orang (75,9%) remaja putri mampu menjawab pernyataan kuesioner dengan benar. Menurut HR. Bloom dalam Notoatmodjo (2003) yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang dimiliki individu melalui melalui atau dengan memperjelas fenomena sekitarnya.
Yang dimaksud dengan pengetahuan menurut Sudrajat. A adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau di sadari oleh seseorang. Pengetahuan disebut juga sebagainya hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga, hidung dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan atau sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian atau persepsi seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indera penglihatan (mata).
Pada variabel ini penulis hanya mengarahkan tentang pengertian kesehatan reproduksi remaja saja dan penulis ingin mengetahui apa remaja tahu atau tidak pengertian dari kesehatan reproduksi. Pada variabel ini responden tahu pengertian kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat sistem dan fungsi reproduksi yang dimiliki oleh remaja.
Pengetahuan remaja putri di Desa Karangwangi tentang pengertian kesehatan reproduksi remaja berada pada tingkatan tahu (know). Menurut Notoatmodjo (2005) tingkat pengetahuan tahu (know) adalah tingkat pengetahuan yang paling mendasar dari 6 tingkatan pengetahuan. Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada hubungannya setelah mengamati sesuatu.
4.2.2 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Perubahan Fisik Pada Remaja
Pada variabel ini pengetahuan remaja tentang perubahan pada remaja dalam kategori baik karena 172 orang (78,2%) remaja mampu menjawab pernyataan dengan benar.
Pengetahuan remaja putri di Desa Karangwangi beraada pada tingkatan memahami. Menurut Notoatmodjo (2005) memahami (comprehension) suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Pada variabel remaja putri di Desa Karangwangi sudah mampu menginterpretasikan perubahan fisik ditandai dengan payudara membesar, pantat mengembang, tubuh bertambah berat dan tinggi, tangan dan kaki bertambah besar, haid pertama kali umur 10-16 tahun, siklus haid dari bulan sekarang ke bulan depan lamanya 29 hari serta siklus haid teratur sebulan sekali.
Menurut Notoatmodjo (2005) pengetahuan merupakan domain awal dari perilaku baru. Pada orang dewasa dimana domain pengetahuan dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulasi yang berupa materi atau objek sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan, maka pendidikan, pengetahuan memegang hal penting. Diharapkan pada remaja putri di Desa Karangwangi dengan pengetahuan yang baik tentang perubahan fisik pada remaja dapat menimbulkan perilaku yang positif terhadap kesehatan reproduksi remaja.
4.2.3 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Penyakit Menular Seksual
Pada variabel ini pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual dalam kategori cukup 98 orang (44,5%) mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
Menurut Sadulloh (2003) tingkat pengetahuan cukup pada sebagian besar responden dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki, pengalaman apa yang telah atau sedang dialaminya, sosial budaya mengalami peran dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang, keyakinan merupakan perasaan atau ide seseorang yang akan menimbulkan efek positif atau negatif tentang materi penyakit menular seksual.
Pengetahuan remaja putri di Desa Karangwangi tentang penyakit menular seksual pada tingkat tahu (know). Dalam variabel ini remaja tahu kurangnya menjaga kebersihan alat kelamin dan hubungan seksual dengan penderita penyakit menular merupakan penyebab penyakit menular seksual.
Untuk meningkatkan pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual beberapa usaha dapat dilakukan oleh sekolah atau pendidikan sesuai dengan instruksi menteri No. 9/U/1997 tentang HIV/AIDS melalui pendidikan. Materi tersebut dapat dimasukan dalam kegiatan ekstrakurikuler mengenai penyakit menular seksual yang diberlakukan bagi semua jenjang sekolah.
Berdasarkan laporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, remaja putri yang mengalami penyakit menular seksual sebanyak 33 orang (0,16%) dari 19.955 orang. Remaja putri perlu mengetahui penyakit menular seksual karena masa remaja merupakan periode pematangan organ reproduksi dan terjadi perubahan fisik secara cepat. Dan perempuan lebih mudah terkena saluran reproduksinya lebih luas permukaannya. Penyakit menular seksual dapat menyebabkan kehamilan diluar kandungan, kemandulan, kanker leher rahim, dan kelainan pada janin / bayi.
Diharapkan dengan meningkatnya pengetahuan remaja putri tentang PMS dapat tahu penyebab penyakit menular seksual dan tidak sampai terjadi kehamilan di luar kandungan, kemandulan, kanker leher rahim dan kelainan pada janin / bayi.
4.2.4 Pengetahuan Remaja Putri Tentang HIV/AIDS
Pada variabel ini pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dalam kategori baik karena 111 orang (50,4%) remaja mampu menjawab pernyataan dengan benar.
Pengetahuan remaja putri di Desa Karangwangi tentang HIV/AIDS pada tingkat memahami. Mereka dapat menginterpretasikan tentang pencegahan penularan HIV/AIDS yaitu menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dan tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah.
Berdasarkan data Sero Survey yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon tahun 2002 yang menderita HIV/AIDS sebesar 225 orang (12%) dari 1.874 dan 88 orang (5,64%) remaja berusia diatas 15 tahun.
Tingkat pengetahuan baik didapatkan dari informasi dari orang lain yang terkena HIV/AIDS dan kesadaran remaja akan berbahaya HIV/AIDS yang diperoleh remaja melalui berbagai media.
Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS ada beberapa usaha dapat dimasukan dalam kegiatan ekstrakurikuler mengenai HIV/AIDS yang diberlakukan sekolah.
Remaja putri dengan memahami pencegahan penularan HIV/AIDS dan mendapatkan informasi dari orang lain yang terkena HIV/AIDS dan yang diperoleh melalui berbagai media maka penularan HIV/AIDS dapat dipahami oleh remaja putri.
4.2.5 Pengetahuan Remaja Putri Tentang Mendewasakan Usia Nikah Pada Remaja
Pada variabel ini pengetahuan remaja tentang mendewasakan usia nikah pada remaja dalam kategori baik karena 115 orang (52,3%) remaja mampu menjawab pertanyaan degan benar.
Pengetahuan remaja putri di Desa Karangwangi tentang HIV/AIDS pada tingkat memahami. Mereka dapat mengiterpretasikan kesiapan fisik, ekonomi/uang, kesiapan orang tua merupakan kesiapan dalam melangsungkan pernikahan, wanita yang usianya kurang dari 20 tahun pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilan, ketidakaturan tekanan darah, kanker rahim, keracunan kehamilan dan kejang merupakan akibat menikah di usia kurang dari 20 tahun.
Undang-undang No. 1/1974 tentang pernikahan mewajibkan bahwa pernikahan harus disepakati kedua belah pihak dan usia minimal 16 tahun bagi wanita dan 19 tahun untuk pria, Undang-undang tersebut menyatakan bahwa mereka yang berusia lebih muda dari 21 tahun dapat menikah asal direstui orang tua. Celah hukum ini mengijinkan masyarakat untuk menikahkan anak-anak mereka yang berusia dibawah 16 tahun.
Hal ini berbeda dengan teori didalam kesehatan reproduksi. Menikah di usia kurang dari 20 tahun menimbulkan akibat seperti ibu muda pada waktu hamil sering mengalami ketidakaturan tekanan darah berdampak pada keracunan kehamilan serta kekejangan dan munculnya kanker rahim.
Diharapkan bila remaja putri di Desa Karangwangi mempunyai pengetahuan yang baik tentang mendewasakan usia nikah. Maka hal ini dapat menurunkan angka kejadian menikah di usia dini. Informasi dapat diperoleh di sekolah, puskesmas dan karang taruna. Karena faktor lingkungan seperti adat istiadat, tekanan dari orang tua, sosial ekonomi merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pernikahan di usia dini.
Berdasarkan Notoatmodjo (2005), maka pengetahuan remaja putri di Desa Karangwangi berada pada tingkatan memahami. Memahami (comprehension) adalah suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi juga dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Remaja putri di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon dikatakan memahami terhadap kesehatan reproduksinya karena mampu menjawab pernyataan dengan benar tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengertian kesehatan reproduksi remaja, perubahan fisik pada remaja, PMS, HIV/AIDS, serta mendewasakan usia nikah pada remaja.
Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan responden ke kategori baik dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2005) pendidikan kesehatan adala upaya untuk mempengaruhi atau mengajak orang lain atau individu, kelompok atau masyarakat melaksanakan hidup sehat. Dapat juga dikatakan pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan atau meningatkan pengetahuan sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Hasil yang diharapkan dari suatu pendidikan kesehatan adalah perubahan perilaku, pembinaan perilaku dan pengembangan perilaku. Perubahan perilaku adalah merubah perilaku masyarakat menjadi perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Pembinaan perilaku ditujukan kepada terutama ditujukan untuk membiasakan hidup sehat. Pendidikan kesehatan dapat diperoleh di sekolah, puskesmas, dan karang taruna.
Pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja putri di Desa Karangwangi termasuk kategori cukup tetapi tidak sesuai dengan perilaku yang terjadi dimasyarakat terutama perilaku menikah dini. Berdasarkan laporan dari Desa Karangwangi yang melakukan pernikahan dini 1.489 orang (75,5%) dari 1.972 orang dan yang melanjutkan ke SLTA sebanyak 212 (43,9%) dari 483 orang. Sebagian tidak melanjutkan ke SLTA bukan karena faktor ekonomi tetapi adat istiadat dan tekanan dari orang tua.
Diharapkan pengetahuan kesehatan reproduksi remaja putri di Desa Karangwangi dapat merubah, membina, dan mengembangkan perilaku kesehatan reproduksinya. Terutama perilaku mendewasakan usia nikah. Melalui pendidikan kesehatan yang diperoleh melalui media, sekolah, puskesmas, dan karang taruna diharapkan dapat menurunkan angka pernikahan dini.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada remaja putri dengan pendidikan SLTP tentang pengetahuan kesehatan reproduksi di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Dari 220 responden di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon diperoleh responden dengan pengetahuan baik sebanyak 55 orang (25%), responden dengan cukup sebanyak 159 orang (72,3%), dan responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 6 orang (2,7%).
1. Pengetahuan remaja putri tentang pengertian kesehatan reproduksi remaja, dari 220 responden yang berpengetahuan baik 167 orang (75,9%), berpengetahuan cukup 52 orang (23,6%), dan yang berpengetahuan kurang 1 orang (0,5%).
2. Pengetahuan remaja putri tentang perubahan fisik pada remaja, dari 220 responden yang berpengetahuan baik 172 orang (78,2%), berpengetahuan cukup 46 orang (20,9%) serta berpengetahuan kurang 2 orang (0,9%).
3. Pengetahuan remaja putri tentang penyakit menular seksual, dari 220 responden yang berpengetahuan baik 71 orang (32,3%), berpengetahuan cukup 98 orang (44,5%), serta berpengetahuan kurang 51 orang (23,2%).
4. Pengetahuan remaja putri tentang HIV/AIDS, dari 220 responden yang berpengetahuan baik 111 orang (50,4%), berpengetahuan cukup 84 orang (38,2%), dan berpengetahuan kurang 25 orang (11,4%).
5. Pengetahuan remaja putri tentang mendewasakan usia nikah pada remaja dari 220 responden yang berpengetahuan baik 32 orang (14,5%), berpengetahuan cukup 115 orang ( 52,3%), serta berpengetahuan kurang 73 orang (33,2%).
Keadaan ini menggambarkan bahwa tingkat pengetahuan responden di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon tentang kesehatan reproduksi adalah cukup.
5.2 Saran
Beberapa saran dapat dikemukakan dalam penelitian ini antara lain:
5.2.1 Bagi Praktisi Kesehatan
Untuk dapat menyusun rencana kegiatan kepada remaja putri di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon melalui berbagai tingkatan baik di sekolah, puskesmas, dan karang taruna.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
KTI ini dapat dimasukan sebagai salah satu bahan referensi di perpustakaan sehingga dapat menjadi informasi yang lebih untuk mahasiswa yang akan melakukan penelitian saat ini dan untuk penelitian selanjutnya.
KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI DENGAN PENDIDIKAN SLTP DI DESA KARANGWANGI KABUPATEN CIREBON
Identitas
No. Responden :
Nama :
Umur :
Alamat :
Pendidikan :
Berikan tanda checklist (Ö) untuk menjawab pertanyaan di bawah ini!
Pernyataan Pengertian Kesehatan Reproduksi Remaja
1. Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat sistem dan fungsi reproduksi yang dimiliki oleh remaja
Benar Salah
2. Kesehatan reproduksi remaja adalah kondisi sehat pada proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja
Benar Salah
Pernyataan Perubahan Fisik Pada Remaja
3. Payudara membesar dan pantat berkembang lebih besar merupakan perubahan fisik pada remaja
Benar Salah
4. Tubuh bertambah berat dan tinggi adalah merupakan perubahan fisik pada remaja
Benar Salah
5. Tangan dan kaki tidak bertambah besar merupakan perubahan fisik pada remaja
Benar Salah
6. Haid pertama kali pada remaja putri saat berumur 10 - 16 tahun
Benar Salah
7. Siklus haid dari bulan sekarang ke bulan depan lamanya 29 hari
Benar Salah
8. Pada gadis remaja siklus haidnya teratur sebulan sekali
Benar Salah
Pernyataan Penyakit Menular Seksual
9. Kesehatan umum yang rendah merupakan penyebab penyakit menular seksual
Benar Salah
10. Hubungan seksual bukan dengan penderita penyakit menular seksual merupakan penyebab penyakit menular seksual
Benar Salah
11. Pernikahan usia muda bukan merupakan penyebab penyakit menular seksual
Benar Salah
Pernyataan HIV/AIDS
12. Tidak menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan seksual merupakan pencegahan penularan HIV/AIDS
Benar Salah
13. Menggunakan alat suntik steril merupakan pencegahan penularan HIV/AIDS
Benar Salah
Pernyataan Mendewasakan Usia Nikah pada Remaja
14. Kesiapan fisik salah satu kesiapan remaja putri dalam melangsungkan pernikahan
Benar Salah
15. Kesiapan ekonomi/uang bukan salah satu kesiapan remaja putri dalam melangsungkan pernikahan
Benar Salah
16. Kesiapan orang tua salah satu kesiapan remaja putri dalam melangsungkan pernikahan
Benar Salah
17. Wanita yang usia kurang dari 20 tahun pada waktu hamil sangat memperhatikan kehamilannya
Benar Salah
18. Ketidakaturan tekanan darah bukan merupakan akibat menikah di usia kurang dari 20 tahun
Benar Salah
19. Kanker rahim merupakan akibat dalam menikah di usia kurang dari 20 tahun
Benar Salah
20. Keracunan kehamilan dan kejang merupakan akibat menikah di usia kurang dari 20 tahun
Benar Salah
KISI-KISI INTRUMEN PENELITIAN
GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI DENGAN PENDIDIKAN SLTP DI DESA KARANGWANGI KABUPATEN CIREBON
Variabel Sub Variabel Indikator Deskriptor Item
Gambaran pengetahuan remaja putri tentang kesehatan reproduksi Pengertian kesehatan reproduksi remaja Pengertian kesehatan reproduksi 1. Kondisi sehat sistem dan fungsi reproduksi2. Kondisi sehat proses reproduksi +-
Perubahan fisik pada remaja Tanda-tanda seks sekunder 3. Payudara membesar dan pantat berkembang lebih besar 4. Tubuh bertambah berat dan tinggi 5. Tangan dan kaki tidak bertambah besar ++-
Tanda-tanda seks primer 6. Haid biasanya dari 10-16 tahun7. Siklus hadi lamanya 29 hari8. pada gadis remaja siklus haid teratur ++-
Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS Penyebab penyakit infeksi saluran reproduksi 9. Kesehatan umum yang rendah 10. Hubungan seksual 11. Pernikahan usia muda +--
Pencegahan penularan HIV/AIDS 12. Tidak menggunakan kondom13. Menggunakan alat suntik steril -+
Mendewasakan usia nikah pada remaja Tiga hal dalam kesiapan menikah 14. Kesiapan fisik 15. Kesiapan ekonomi/uang 16. Kesiapan orang tua +--
Akibat menikah usia muda 17. Memperhatikan kehamilan18. Ketidakaturan tekanan darah 19. Kanker rahim 20. Keracunan kehamilan dan kejang --++
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL : GAMBARAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI DENGAN PENDIDIKAN SLTP DI DESA KARANGWANGI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2008
PENYUSUN : MAYA ROHMAYATI
NIM : 4501.0305.A.188
Cirebon, Agustus 2008
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Prodi D III Kebidanan Pembimbing
Rahayu Widiarti, SKM Mona Isabella. S, SKM
KATA PENGANTAR
Segala puji & syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat serta karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan judul “Gambaran Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja Putri Dengan Pendidikan SLTP Di Desa Karangwangi Kabupaten Cirebon Tahun 2008” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon.
Dalam penyusunan proposal ini penulis banyak mendapat bantuan baik berupa bimbingan, pengarahan, maupun dukungan moral yang sangat membantu penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Drs. E. Jumhana Cholil, MM, selaku Ketua Yayasan STIKes Cirebon.
2. Bapak Djaenal Asikin, SKM, M.Kes, selaku Ketua STIKes Cirebon.
3. Ibu Rahayu Widiarti, SKM, selaku Ketua Program Studi D3 Kebidanan STIKes Cirebon
4. Ibu Mona Isabella.S, SKM, selaku Pembimbing
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Dalam penyusunan proposal ini penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik dari segi materi maupun penyampaiannya, oleh karena itu saran & kritik dari semua pihak sangat penulis harapkan guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Cirebon, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5
1.3.1 Tujuan Umum 5
1.3.2 Tujuan Khusus 5
1.4 Manfaat Penelitian 6
1.4.1 Manfaat Bagi Praktisi 6
1.4.1 Manfaat Teoritis 6
1.5 Ruang Lingkup 6
1.6 Definisi Konseptual dan Operasional
1.6.1 Definisi Konseptual 7
1.6.2 Definisi Operasional 7
1.7 Kerangka Konsep 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pengetahuan 9 2.2 Kesehatan Reproduksi 16
2.3 Perubahan Fisik Pada Remaja 16
2.4 Penyakit Menular Seksual 24
2.5 HIV/AIDS 26
2.6 Mendewasakan Usia Nikah Pada Remaja 28
2.7 Pengaruh Sosial dan Media 30
2.8 Kekerasan Seksual 31
2.9 Mengetahui Makanan yang memiliki 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 35
3.2 Populasi dan Sampel 36
3.3 Instrumen Penelitian 36
3.4 Uji Validitas dan Reliabilitas 37
3.5 Tenik Pengumpulan Data 39
3.6 Teknik Analisa Data 34
3.7 Pengolahan Data 40
3.8 Lokasi danWaktu Penelitian 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian 42
4.2 Pembahasan 46
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 55
5.2 Saran 56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Suarta, S. (2002). Pendidikan Seksual Reproduksi Berbasis Sekolah (Online).www.kespro.co.id
2. Saputri, P. (2008). Pentingnya Kesehatan Reproduksi Bagi Remaja (Online).www.akbid.go.co.id.
3. Sudrajat, A. (2002). Kesehatan Reproduksi Remaja (Online).www.kespro info.co.id.
4. Hermiyanti, S. Dr.Msc. (2002). Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depkes RI.
5. Llewllyn, D. (2005). Setiap Wanita. Jakarta: Delapiatasa Publishing.
6. Arisman. 2004. Gizi Dalam Kehidupan Manusia. Jakarta: EGC.
7. Notoatmodjo, Soekidjo (2005). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rhineka Cipta.
8. Notoatmodjo, Soekidjo (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rhineka Cipta.
9. Syarifuddin. (2007). Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Jakarta
10. Hallimatussa’diah. Kesehatan Reproduksi Versus Tabu (Online). www.Banjarmasinpost.co.id.
11. Azwar, A. (2002). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta.
12. Puspa. (2005). Dunia Wanita. www.DuniaWanita.co.id
13. Ranakusuma, B. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid II. Media Aesculapius. Jakarta.
No comments:
Post a Comment