BAB I
PENBAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Sifilis (lues) yang disebabkan oleh Treponema Pallidum, baik yang sudah lama maupun yang baru diderita oleh ibu, dapat ditularkan kepada janin. Sifilis kongenital merupakan bentuk penyakit sifilis yang terberat. Infeksi pada janin dapat terjadi setiap saat pada kehamilan, dengan derajat resiko infeksi yang tergantung jumlah spiroketa (treponema) di dalam tubuh ibu.
Angka kejadian tinggi terdapat pada kelompok wanita tuna susila. Wanita yang berhubungan seksual dengan pasangan yang menderita sifilis primer maupun sekunder, mempunyai resiko 50 % untuk menderita penyakit ini.
Data di rumah sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta menunjukkan bahwa penyakit ini menurun angka kejadiannya di banding dengan kejadian PHS ( penyakir hubungan seksual) lainnya. Di Ameriak Serikat, setiap tahunnya dijumpai kira-kira 160 kasus sifilis kongenital. Pada umunya wanita hamil tersebut tidak menjalankan pemeriksaan antenatak yang adekuat.
· Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan IV.
· Untuk mengetahui tentang infeksi syfilis secara mendalam dan
· Untuk menambah wawasan dan menigkatkan pengetahuan tentang sifilis dalan asuhan kebidanan pada kehamilan atau ibu hamil pada khususnya dan masyarakat padab umumnya.
1.3 Metode penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakian metode study kepustakaan dengan mengumpulkan beberapa referensi diantara buku – buku dan materi hasil pembelajaran yang berhubungan dengan judul makalah.
1.1 Sistematika penulisan
Penyusunan makalah ini disusun secara sistematika terdiri dari :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN, meliputi :
1.1 Latar belakang
1.2 Tujuan
1.3 Metode penulisan
1.4 Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP, meliputi :
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Sifilis
Sifilis ialah penyakit infeksi oleh terponema pallidum dengan perjalanan penyakit yang kronis, adanya remisi dan eksaserbasi dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama sistem kardiovaskular, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi sifilis konganital.
2.2 Etiologi
Treponema pallidum yang termasuk ordo Spirochaetaeas, famili Treponematoceae. Penularan terjadi melalui kontak langsung dan lesi yang mengandung treponema dapat masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh.
2.3 Klasifikasi
· Lues Primer
Infeksi primer dapat menimbulkan chancre, tergantung pada besarnya inokulum serta imunitas penderita.
· Lues Sekunder
Pada kelainan lues sekunder yang tampak adalah Irmfadenofati serta ras.
· Lues laten
2.4 Diagnosis
· Luka primer pada daerah genital mungkin tidak dapat dikenal karena tempatnya atau kecilnya, sebaliknya luka itu dapat lebih besar dari pada biasanya yang mungkin disebabkan karena vaskularisasi alat kelamin yang lebih banyak dalam kehamilan.
Pada lues sekunder kadang – kadang timbul kondilomata lata. Lues laten dan telah lama dapat mengenai organ – organ tubuh lainnya.
· Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologis, senantiasa rutin dilakukan pada skrining antenatal saat kunjungan pertama. Hasil seropositif menunjukkan adanya infeksi, kecuali bila ada riwayat menderita sifilis dan pemeriksaan serologi perlu diulang pada triwulan terakhir dan pada persalinan untuk ibu hamil yang dicurigai (mempunyai resiko tinggi untuk menderita sifilis) kemungkinan diagnosis dapat ditegakkan dengan melakukan 2 tipe pemeriksaan serologi, yaitu :
1. Tes Antibodi Treponema
Misalnya, Flourescent Treponemal Antbody Absorbed ( FTA-ABS ), Microhemagglutination Assay for Antibody to T. Pallidum ( MHATP ).
2. Tes Non Treponema
Misalnya, Veneral Disease Research Laboratory (VDRL), RAPID plasma Reagen (RPR).
Kita tidak dapat menegakkan diagnosis sifilis dengan hanya satu pemeriksaan serologis saja. Biasanya reaksi serologis menjadi positif dalam waktu 4-6 minggu setelah terjadi infeksi.
· Kelahiran mati atau anak yang lalu dengan lues kongenital merupakan petunjuk bahwa ibu menderita sifilis.
2.5 Pengaruh Sifilis pada kehamilan
1. penagaruh buruk pada janin dapat menyebabkan kematian janin, pertus immaturus dengan partus prematurus.
2. bayi lahir dengan lues kongenital : Pemfigus sifilitikus, Deskwamasi pada te;apak kaki dan tangan serta rhagade di kanan-kiri mulut.
3. infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke- 16 kehamilan dimana terponema telah dapat menembus barier placenta.
4. bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues kongenital.
2.6 Pengobatan
Sifilis harus diobati segera setelah diagnosis dibuat, tanpa memendang tuanya kehamilan. Lebih dini dalam kehamilan pengobatan diberikan, lebih baik prognosisnya bagi janin. Sifilis primer yang tidak diobati dengan adekuat, 25 % akan menjadi sifilis sekunder dalam waktu 4 tahun. Tanpa pengobatan, sifilis primer maupun sekunder 10 % akan berkembang menjadi sifilis kardiovaskuler dan 16 % menjadi neurosifilis. Sepuluh persewn dari kasus yang tidak diobati akan meninggal karena penyakitnya.
1. Wanita hamil dengan sifilis harus diobati sedini mungkin, sebaiknya sebelum hamil atau pada triwulan I untuk mencegah penularan terhadap janin.
2. Suami harus diperiksa dengan menggunakan tes reaksi Wassermann dan VDRL, bila perlu diobati.
3. Untuk sifilis primer, sekunder, dan laten dini ( kurang dari 1 tahun) dianjurkan mendapat Benzathine Penicilin G denagn diagnosis 2,4 juta satuan intaramuskulus sekali suntik ( separuh dikanan dan separuh di kiri ).
Untuk sifilis lama ( Late Syphilis ) diperlikan dosis yang lebih tinggi 7,2 juta satuan ( total ) dibagi dalam 3 dosis masing –masing 2,4 juta satuan Intramuskulus perminggu dalam 3 minggu.
Dosis tunggal pinisilin seperti itu umumnya sudah cukup untuk melindungi janin dari pengobatan sifilis. Abortus dan kematian janin selama atau tidak lama setelah pengobatan biasanya tidak disebabkan karena gagalnya pengobatan akan tetapi karena pengobatan terlambat diberiakan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
(SOAP)
I. Data Subyektif
a. Identitas
Nama : Ny. Rani Nama : Tn. Amir
Umur : 26 tahun Umur : 30 tahun
Alamat : Cirebon Alamat : Cirebon
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Suku / bangsa : Sunda/Indonesia Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
b. Anamnese
Klien datang pada pukul 14.00 WIB dengan G1 P0 A0 .
- Keluhan utama :
terdapat luka yang bulat, lonjong dan bila diraba terasa keras dan tidak nyeri pada tempat masukknya kuman
- Riwayat kesehatan lalu :
Ibu tidak pernah menderita penyakit kronis sebelumnya.
- Masala khusus :
Stadium I : Pembengkakan kelenjar getah bening di daerah sekitar tempat infeksi yang pada, kenyal, pada perabaan tidak sakit.
Stadium II : panas, sakit kepala, sakit tulang, lesi pada tempat yang lembab yang pada lipatan kulit disebut kondiloma lata, pembesaran kelenjar getah bening yang menyeluruh ( Limfadenitis Generalisata ).
Stadium III : muncul setelah 3-10 tahun stadium I. Keadaan ini tidak menular, tapi dapat menyerang semua organ tubuh. Kelianan yang khas adalah suatu nodus yang melunak, pecah dan membentuk ulkus. Menyerang sistem peredaran darah dan syaraf.
II. OBJEKTIF
1. keadaan umum : baik
kesadaran emosional : Stabil
2. Tanda –tanda vital :
TD : 130/90 mmhg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 23x/ menit
Suhu : 37,5 0 C
3. Tinggi badan :
BB : 65 kg
4. Muka :
Odema : -
Cloasma : tidak ada
Konjungtiva : merah tua
Sclera : putih
5. Mulut dan gigi :
Kebersihan : bersih
Gigi : atas dan bawah lengkap tidak ada karies.
Gusi : tidak ada perdarahan.
6. Kelenjar Tyroid : tidak ada pembengkakan.
7. Kelenjar getah bening : tidak ada kelainan.
8. Dada :
Jantung : lemah
Paru –paru : Wheezing negatif, ronchi negatif.
Payudara :
Bentuk : simetris
Kebersihan : baik
Areola mamae : Hyperpigmentasi
Colostrum : tidak ada
9. Punggung dan pinggang :
Posisi tulang belakang : lordosis
CVAT : tidak nyeri
10. Ekstrimitas atas dan bawah :
Tangan :
Odema : positif
Kuku : tidak sianosis
Palmar : tidak pucat
Kaki :
Odema : Positif
Kemerahan : negatif
Varitas : negatif
11. Abdomen :
Bekas luka operasi : tidak ada
Benjolan : tidak ada
Konsistensi : tegang
Bentuk : simetris
12. Pemeriksaan kebidanan :
- Auskultasi :
DJJ : 140 x/ menit
Frekwensi : teratur
- Anogenital :
Vulva/vagina : luka.
- Pemeriksaan penunjang :
HB : 10 gr %
Leukosit : 8000
Golongan darah : O
Protein urine : ++
III. ASSESMENT
Tanggal 28 Maret 2008 pukul 14.00 WIB
Ibu mengalami pemyakit syfilis stadium I, dengan tanda sebagai berikut :
- Munculnya luka ( mulkus durum) yang kemerahan dan basah didaerah vagina.
- Poros usu atau mulut.
- Muncul ditempat Spirochaeta.
- Terjadi pembengkakan getah bening.
IV. PLANNING
Dengan dilakukan upaya pencegahan deteksi dini pada penderita sifilis terutama pada ibu hamil baik secara menular dan kontak mereka sebaiknya tidak mengabaikan pencarian penderita sifilis laten tanpa gejala untuk mencegah kambuhnya penyakit dan mencegah kecacatan yang disebabkan menifestasi klinis yang muncul terlambat.
1. didik masyarakat tentang cara – cara umum menjaga kesehatan, berikan petunjuk tenyang kesehatan dan hubungan seks yang sehat. Jelaskan manfaat tentang menunda aktivitas seksual sampai pada usia matang secara seksual dan mengurangi jumlah pasangan seksual. Pemeriksaan serologi sifilis sebaiknya dilakukan untuk semua kasus PMS dan sebagai prosedur rutin pada perawatan antenatal. Sifilis kongenital dicegah dengan melakukan pemeriksaan serologis pada kehamilan dini dan diulang lagi pada kehamilan tua dan pada saat partus pada populasi dengan prevalensi tinggi, berikan pengobatan kepada mereka yang hasil pemeriksaan serologisnya positif.
2. lindungi masyarakat dari infeksi sifilis dengan cara mencegah dan mengendalikan PMS pada para pekerja seks komersial (PSK) dan pelanggan mereka melalui penyuluhan tentang bahayanya memilki banyak pasangan seksual dan hindari hubungan seksual denagn orng yang tidak dikenal. Dari penyuluhan tentang tindakan profilaksis untuk mencegah infeksi sebelum, pada waktu dan sesudah pemajanan. Terutama sekali ajarkan tentang cara-cara menggunakan kondom yang tepat dan konsisten.
3. sediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini dan pengobatan dini PMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini melalui poenyuluhan kesehatan masyarakat dan jelaskan juga tentang gejala- gejala PMS dengan cara-cara penyebarannya, bentuk fasilitas pelayanan kesehatan ini hendaknya sesuai dengan budaya setempat dan mudah diakses dan dapat diterima oleh masyarakat, tanpa mempertimbangkan status sosial ekonomi seseorang. Buatlah program penemuan kasus secara intensif termasuk kegiatan melakukan anamnesa penderita, motofikasi pasangan seksual mereka. Lakukan pemeriksaan serologis lain untuk mengesampingkan kemungkinan infeksi PMS lainnya atau infeksi HIV.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bahwa yang terpenting dalam pengobatan sifilis adalah pengobatan yang tepat waktu agar mendapatkan hasil yang terbaik. Dan memberika pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan :
- Bahaya PMS dan komplikasinya
- Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
- Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondon jika tidak dapat menghindarkan lagi.
- Cara-cara menghindari infeksi PMS dimasa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Obstetri fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
http://www.geocities.com/HotSpring/4530/pms.htm?200828.
2 comments:
Yups mampir nih sobat.. postingannya ok banget deh
Terima kasih atas kunjungannya, saya akan sering mampir juga ke Blog Anda. Salam buat anda.... saya banyak terinspirasi oleh blog anda.
Post a Comment